0 0
Read Time:5 Minute, 14 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Mengetahui apa yang membuat air laut terasa asin penting untuk memahami dinamika lingkungan laut dan ekosistem di dalamnya. Air laut mengandung rata-rata 3,5 persen garam, namun tingkat salinitasnya berbeda-beda di berbagai belahan dunia.

Studi menunjukkan bahwa proses erosi, aktivitas pembangkit listrik tenaga air, dan kondisi iklim lokal merupakan beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap salinitas air laut. 

Air hujan yang mengandung asam karbonat akibat erosi batuan, penguapan berlebihan dari titik panas, dan mineral dari aktivitas panas bumi bawah laut menjadi penyebab utama salinitas air laut. Selain itu, kontribusi garam dari gunung berapi bawah laut dan dataran garam juga memainkan peran penting. Semua faktor ini bergabung untuk meningkatkan salinitas air laut.

Meskipun semua air laut asin, salinitasnya bervariasi dari satu tempat ke tempat lain.

Misalnya, Laut Mati di Yordania sangat asin karena penguapan yang tinggi dan limpasan yang rendah. Namun laut di dekat muara sungai besar atau di daerah dengan curah hujan tinggi memiliki salinitas yang rendah.

Berikut dianrakyat.co.id mengulas permasalahan salinitas air laut secara mendalam, Rabu (19/6/2024).

Menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), salah satu penyebab utama salinitas air laut adalah erosi dan pengangkutan mineral dari darat ke laut. Ketika hujan jatuh ke tanah, air hujan mengandung karbon dioksida terlarut dari udara, yang menghasilkan asam karbonat, sehingga air hujan menjadi kurang asam.

Curah hujan ini secara fisik dan kimia menimbulkan korosi pada batuan bumi. Proses ini memecah batuan dan mengangkut garam dan mineral terlarut sebagai ion. Ion-ion ini mengalir ke laut melalui sungai. Hal ini juga dijelaskan dalam buku Beragam Ilmu yang Harus Anda Ketahui karya Amalina Asrari.

Sebagian besar ion-ion ini, seperti klorida dan natrium, tidak digunakan oleh kehidupan laut dan tetap berada di air laut untuk waktu yang lama, sehingga meningkatkan konsentrasinya dan membuat air laut menjadi asin. 2. Pengaruh suhu dan penguapan

Salinitas air laut, istilah ilmiah untuk salinitas air laut, bervariasi di seluruh dunia dan dipengaruhi oleh suhu dan laju penguapan. Di daerah dengan suhu tinggi, seperti Laut Mati di Yordania, banyak terjadi penguapan sehingga meningkatkan konsentrasi garam di air laut.

Hal ini membuat air laut di wilayah ini lebih asin dibandingkan wilayah lainnya. Sebaliknya, di daerah bersuhu rendah seperti di dekat kutub, salinitas menurun karena rendahnya penguapan dan tingginya curah hujan, sehingga menambah air tawar ke laut dan menurunkan konsentrasi garam. 3. Aktivitas termal laut

Sumber penjelasan lain mengapa air laut terasa asin adalah aktivitas panas bumi di bawah laut. Menurut National Ocean Service NOAA, air laut merembes ke celah-celah dasar laut dan memanaskan magma dari inti bumi. Proses pemanasan ini menimbulkan reaksi kimia yang mengubah komposisi air laut.

Air kehilangan oksigen, magnesium, dan sulfat karena mengambil logam seperti besi, seng, dan tembaga dari batuan di sekitarnya.

Air panas yang dikeluarkan oleh udara bawah laut menyatukan logam-logam ini. Sebagian garam di laut berasal dari letusan gunung berapi bawah laut yang melepaskan mineral langsung ke laut. Proses kelistrikan ini menambahkan garam ke air laut, mengubahnya menjadi garam.

 

 

Garam juga berkontribusi terhadap salinitas air laut. Deposit garam dalam jumlah besar yang terjadi di kerak bumi. Tempat yang terkenal adalah taman nasional di barat laut Teluk Meksiko.

Kubah-kubah ini dapat melepaskan garam ke dalam air laut melalui proses alami. Seiring waktu, pelepasan garam dari dataran garam ini juga berkontribusi terhadap salinitas air laut, sehingga membuat air laut menjadi asin. 5. Perbedaan salinitas regional

Salinitas air laut tidak sama di seluruh dunia dan dipengaruhi oleh banyak faktor lingkungan. Menurut situs Woods Hole Oceanographic Institution, air laut mengandung sekitar 3,5 persen garam. Namun variasi salinitas regional terjadi karena variasi suhu, penguapan, curah hujan, dan masuknya air tawar dari sungai.

Misalnya, lautan khatulistiwa dan kutub memiliki salinitas yang rendah karena curah hujan yang tinggi dan penguapan yang rendah, sedangkan lautan seperti Mediterania memiliki salinitas yang tinggi karena penguapan yang tinggi dan penguapan air tawar yang rendah. Faktor-faktor ini sangat mempengaruhi salinitas air laut di berbagai belahan dunia.

Meski hampir semua air laut asin, namun tidak semua air laut di dunia memiliki tingkat salinitas yang sama. Perbedaan salinitas dan salinitas di berbagai belahan dunia disebabkan oleh faktor lingkungan seperti suhu, penguapan, curah hujan, dan air tawar dari sungai.

Salinitas air laut rata-rata adalah 3,5 persen, namun terdapat perbedaan besar di berbagai wilayah.

Misalnya, lautan di dekat khatulistiwa dan kutub memiliki salinitas yang rendah karena curah hujan yang tinggi dan penguapan yang rendah. Di sisi lain, lautan di wilayah hangat seperti Laut Merah dan Mediterania memiliki kadar garam yang tinggi karena tingginya penguapan dan rendahnya masukan air tawar.

Contoh utama variasi salinitas adalah Laut Mati di Yordania, yang memiliki salah satu salinitas tertinggi di dunia. Air di Laut Mati memiliki kadar garam 34 persen, lebih tinggi dibandingkan air laut. Tingginya salinitas disebabkan oleh iklim wilayah yang sangat panas dan kering sehingga menyebabkan penguapan air menjadi sangat tinggi.

Selain itu, karena kurangnya curah hujan yang tinggi, garam yang dibawa oleh air sungai yang mengalir ke Laut Mati ikut terperangkap sehingga membuat air menjadi lebih asin. Itu sebabnya orang dan barang bergegas ke Laut Mati karena kepadatannya yang tinggi akibat salinitas yang tinggi.

Faktor lain yang mempengaruhi salinitas antara lain limpasan air tawar dari sungai dan curah hujan, yang dapat menurunkan salinitas di beberapa wilayah lautan. Misalnya, muara sungai besar seperti Sungai Amazon dan Sungai Nil mengalirkan air tawar dalam jumlah besar ke laut sehingga mengurangi salinitas daerah sekitarnya. Selain itu, di daerah tropis dengan curah hujan tinggi, air laut menipis seiring dengan semakin banyaknya hujan yang masuk ke laut.

Fenomena ini disebabkan rendahnya salinitas wilayah ini dibandingkan wilayah yang curah hujannya rendah. Oleh karena itu, keberadaan sungai-sungai besar dan pola curah hujan setempat berperan besar dalam menentukan salinitas air laut di berbagai lokasi.

Aktivitas termal di dasar laut juga berkontribusi terhadap variasi salinitas laut. Dalam proses ini, air laut merembes ke celah-celah dasar laut dan memanaskan magma dari inti bumi sehingga menimbulkan reaksi kimia yang mengubah komposisi air laut. Air laut yang dipanaskan ini mengandung sejumlah besar logam seperti besi, seng, dan tembaga, yang dilepaskan kembali ke laut melalui energi panas bumi.

Aktivitas termal ini menyebabkan erosi di sepanjang dasar laut, menyebabkan perbedaan salinitas antarwilayah. Selain itu, garam yang dihasilkan oleh gunung berapi bawah laut dan air asin yang terbentuk di bawah laut berkontribusi terhadap tingkat salinitas yang berbeda-beda di berbagai wilayah lautan.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D