0 0
Read Time:1 Minute, 49 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Maxi Rein Rondonuwu menegaskan, tidak ada hubungan antara penyebaran nyamuk Wolbachia dengan tingkat virulensi nyamuk Aedes aegypti penyebab demam berdarah dengue. demam.

Maxi menjelaskan, ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti di wilayah penyebaran nyamuk Wolbachia masih sama. Tanda dan gejala orang yang digigit nyamuk Aedes aegypti juga sama, seperti demam tinggi yang diikuti nyeri otot, mual, muntah, sakit kepala, mimisan, dan gusi berdarah.

“Secara umum, tanda dan gejalanya sama. Faktanya, tidak ada perbedaan jumlah nyamuk Aedes aegypti sebelum dan sesudah pelepasan Wolbachia, kata Maxi di Jakarta (1/4), Senin.

Sejauh ini nyamuk ber-Wolbachia telah menyebar di 5 kota yaitu Semarang, Kupang, Bontang, Bandung, dan Jakarta Barat.

Dalam menentukan kelima bidang tersebut, kesiapan pemangku kepentingan dan masyarakat setempat juga menjadi pertimbangan.

Semarang menjadi tempat pertama penyebaran nyamuk ber-Wolbachia, disusul Bontang dan Kupang. Hingga saat ini, penerapannya belum menyeluruh di seluruh wilayah.

Di Kota Semarang, nyamuk pembawa Wolbachia tersebar di 4 subwilayah, di Kota Bontang 3 subwilayah, dan Kota Kupang 1 subwilayah. 

 

 

Sedangkan di wilayah Bandung, nyamuk pembawa Wolbachia hanya menyebar di 1 kecamatan yaitu Pesangrahan di Kecamatan Ujung Berung. General Manager Maxi menambahkan, distribusi nyamuk pembawa Wolbachia belum diterapkan di Jakarta Barat.

Sebab, kita masih menunggu kesiapan masyarakat dan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) Daerah Khusus Jakarta dan Kementerian Kesehatan yang sempat tertunda akibat pergantian kepemimpinan di DKI Jakarta. .

Maxi mengungkapkan, hasil pantauan bersama Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan di 5 kota menunjukkan setelah pelepasan ember berisi nyamuk ber-Wolbachia, konsentrasi nyamuk Aedes aegypti mengandung Wolbachia di alam berkisar sekitar 20%. .

Jumlah tersebut, lanjut Maxi, masih lebih rendah dibandingkan persentase nyamuk Aedes aegypti pembawa Wolbachia yang idealnya di alam sebesar 60%.

“Ketika populasi mencapai 60 persen, pelepasan nyamuk yang terinfeksi Wolbachia akan dihentikan secara bertahap dan hanya setelah 2 tahun, 4 tahun, 10 tahun dan seterusnya, hasil penurunan kasus demam berdarah akan mulai terlihat. beroperasi di kota Yogyakarta,” kata Maxi.

 

Penyebaran nyamuk yang mengandung Wolbachia terbukti efektif menurunkan angka kejadian demam berdarah di kota Yogyakarta. Sejak pertama kali didistribusikan pada tahun 2017, nyamuk yang mengandung Wolbachia telah terbukti menurunkan kasus demam berdarah sebesar 77% dan rawat inap sebesar 86%.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D