dianrakyat.co.id, Jakarta Raksasa pertambangan Australia BHP mengumumkan akan menutup tambang nikelnya di Australia Barat setidaknya selama tiga tahun.
Penutupan tambang ini diputuskan karena kelebihan pasokan di pasar nikel global. Mengutip ABC News, Jumat (7/12/2024), BHP mengumumkan akan mulai menangguhkan operasi di kilang nikel Kwinana di Perth, pabrik peleburan Kalgoorlie, dan tambang utamanya di Mt Keith dan Leinster mulai Oktober mendatang.
Dikatakan bahwa keputusan tersebut akan ditinjau pada bulan Februari 2027 dan akan terus menginvestasikan sekitar $450 juta per tahun untuk mendukung potensi dimulainya kembali perekonomian.
Dalam sebuah pernyataan, Perdana Menteri Australia Barat Roger Cook mengatakan langkah tersebut akan berdampak pada ribuan pekerja.
“Pemerintahan saya akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk mendukung pekerja dan komunitas regional selama masa sulit ini,” katanya.
Tambang yang terkena dampak termasuk operasi West Nickel milik BHP dan proyek West Musgraves di Goldfields.
Perusahaan pertambangan tersebut mengatakan proyeksinya menunjukkan harga nikel akan turun tajam dalam lima tahun ke depan, sehingga memberi jalan bagi pertumbuhan kuat produksi nikel murah di negara lain. 1.600 pekerja yang bersangkutan
Presiden aset nikel BHP di Australia Barat, Jessica Farrell, mengatakan 1.600 karyawan garis depan di seluruh operasi akan terkena dampak langsung dari penutupan tambang BHP.
“Siapa pun yang berada di garda depan dan ingin bekerja di BHP sudah memiliki pekerjaan di BHP,” ujarnya, meski belum ada rincian lebih lanjut mengenai usulan pemindahan tersebut.
“Kami terus bekerja dengan seluruh karyawan kami yang lain dan mendukung perusahaan mengenai opsi relokasi kami.
Dia mengatakan keputusan itu “sulit tetapi perlu”.
“Kami jelas mengambil keputusan ini karena kami melihat kelebihan pasokan di pasar nikel,” jelas Farrell.
“Kami memperkirakan kelebihan pasokan akan terus berlanjut hingga akhir dekade ini, namun keputusan kami akan ditinjau kembali pada tahun 2027.
BHP mengatakan pihaknya akan membentuk dana komunitas sebesar AUD20 juta untuk mendukung kota-kota yang terkena dampak penutupan tambang, meskipun tidak jelas untuk apa dana tersebut akan digunakan pada tahap ini.
Pasar nikel global telah mengalami perubahan besar selama 18 bulan terakhir.
Dominasi pasar Indonesia yang semakin besar menyebabkan harga produk ini turun sekitar USD 30.000 per tahun. ton dengan harga USD 16.000 per ton, sehingga unit usaha nikel BHP tidak memperoleh keuntungan.
Analis pertambangan independen Peter Strachan mengatakan Indonesia telah tumbuh dari 6 persen produksi nikel global menjadi 53 persen saat ini.
“Ini bukan perubahan siklus di industri nikel, ini masalah sistemik,” ujarnya.
Teknologi pemrosesan baru, yang diproduksi melalui kerja sama dengan produsen baja Tiongkok, memungkinkan Indonesia dan Filipina memasok nikel dengan diskon 30 persen dibandingkan pasokan Australia, kata Strachan.
Produsen nikel Australia, termasuk Nickel West, telah kehilangan daya saingnya.
Strachan mengatakan penutupan Nickel West akan memberikan kejutan bagi industri pertambangan di WA dan orang-orang yang bekerja di dalamnya.
“Akan ada konsekuensinya bagi semua orang di ekosistem,” katanya.
“Menurut saya, tekanan terhadap harga rumah di Kalgoorlie-Boulder dan Kwinana sudah mulai terjadi dan banyak orang di Perth Barat akan mencari pekerjaan menjelang akhir tahun,” tambahnya.
Kerugian ekonomi akibat penutupan ini akan paling parah terjadi di ladang emas Australia Barat, tempat BHP mengoperasikan pabrik peleburan nikel Kalgoorlie, serta operasinya di Mt Keith dan Leinster.
Walikota Kalgoorlie-Boulder Glenn Wilson mengatakan dampak ekonominya akan signifikan bagi wilayah tersebut.
“Menarik untuk melihat dampak ekonominya karena banyak industri jasa yang mendukung BHP Kalgoorlie-Boulder semuanya akan terkena dampak penangguhan ini,” tambahnya.