0 0
Read Time:2 Minute, 26 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Informasi palsu terus memenuhi dunia maya hingga membuat banyak orang khawatir. Berdasarkan data Kominfo, sejak tahun 2023, kementerian ini telah menghapus 3,76 juta konten negatif di media sosial dan internet.

Menurut Slamet Santos, Direktur Peningkatan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika, 1,9 juta dari tiga konten yang dihapus dari Internet bukanlah konten palsu.

“1,9 juta itu bukan penipuan, itu perjudian online. Konten palsu memang menjadi masalah, dan masalah tidak berhenti di ruang digital, tapi konten perjudian online juga menjadi masalah bagi kami,” kata Slamet kepada Cross-Liputan6. com dan Fimela di Jakarta, Rabu (31/07/2024) Acara Diskusi Generasi dalam rangkaian Liputan6.

Berbicara mengenai perjudian online, Slamet mengumumkan bahwa transaksi perjudian online akan mencapai Rp 327 triliun pada tahun 2023, berdasarkan temuan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).

“Itu adalah cara para bandar untuk menyerap (perjudian online) tanpa berdampak pada perekonomian sekitar, dan 80 persen korban perjudian online adalah masyarakat kelas menengah ke bawah,” kata Slamet.

Sementara terkait konten palsu, Slamet mengatakan, sudah ada 11.600 konten palsu yang dihapus dari internet.

Dalam memerangi konten negatif, termasuk penipuan dan perjudian online, Cominfo juga bekerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan, termasuk mitra Gerakan Nasional Literasi Digital yang saat ini beranggotakan 115 orang. Salah satunya adalah gerakan Cybercreativity yang dipimpin oleh Yosi Mokala.

Penghapusan kebohongan dilakukan melalui empat pilar, yaitu literasi budaya, literasi etika, literasi keterampilan, dan literasi keamanan digital.

Cominfo dan berbagai mitranya di seluruh lapisan masyarakat juga melakukan literasi anti penipuan dan perjudian online. Mulai dari pelajar SD, SMA, Aparatur Sipil Negara (ASN), TNI, Polri dan masyarakat umum.

Sementara itu, Ketua Bidang Kreativitas Siber Yosi Mokalu mengungkapkan, pihaknya telah menggandeng Kominfo untuk memerangi konten palsu dan negatif lainnya. Sebab banyak kebohongan dan konten negatif yang tersebar di masyarakat.

“Kalau ditanya kenapa banyak beredar barang palsu, mungkin salah satu penyebabnya adalah kurang seimbangnya antara pesatnya perkembangan teknologi digital dan etika, kurangnya literasi digital dan pengetahuan digital lainnya. banyak sekali yang palsu di Internet,” kata Yosi.

Yosi menjelaskan, konten negatif di internet tidak hanya palsu, tapi banyak hal lainnya. Seiring perkembangan digital yang sangat pesat, konten-konten ini menyebar dengan sangat mudah di ruang digital. Apalagi penyebaran informasi benar atau salah sangat cepat dibandingkan zaman dahulu.

Menurut Yossi, seiring berkembangnya teknologi, sifat pengguna yang terkadang ingin terlihat sebagai “orang pertama yang menyebarkan” juga mempercepat penyebaran barang palsu.

Sebenarnya, ketika mendapat suatu informasi, seseorang harus memverifikasi kebenarannya terlebih dahulu.

 

Untuk itu, salah satu upaya Yosi selain memberikan edukasi tentang etika berinternet adalah dengan mengisi internet dengan konten-konten yang baik.

“Saat saya berkolaborasi dengan Siberkreasi dan Kominfo, saya banyak membuat konten baik yang berhubungan dengan literasi digital maupun konten yang lebih mudah diakses seperti konten lagu,” kata Yosi.

Konten literasi digital yang dibalut dengan sesuatu yang menyenangkan, seperti lagu atau video kreatif, akan lebih populer di kalangan generasi muda, kata Sabab Yosi. Apalagi jika konten tersebut diposting oleh rekan-rekan yang memiliki banyak pengikut.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D