0 0
Read Time:2 Minute, 0 Second

dianrakyat.co.id, JAKARTA – Presiden PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiatmadja mengatakan jika Bank Indonesia (BI) memang menaikkan suku bunga acuannya, maka perseroan akan mengkaji terlebih dahulu situasi internal banknya. masa depan

“Kalau memang kita butuh, kita naikkan juga (suku bunga), misalnya suku bunga deposito dinaikkan atau tidak. Kalau menurut kita cukup, kita tidak akan menyesuaikan. Jadi menurut saya fleksibilitasnya tergantung situasi masing-masing dan kondisi masing-masing. situasi tergantung pada.

Jika BCA menaikkan suku bunga, kata Jahja, BCA tidak serta merta menaikkan suku bunga simpanan dan pinjaman. Perbankan akan tetap fokus pada kondisi domestik untuk beberapa waktu setelah suku bunga acuan BA yang baru ditetapkan, katanya.

Katanya, “Kalau suku bunga BA naik, bunga pinjaman mungkin tidak langsung naik. Perlu atau tidak, itu harus dilihat.”

Jahja mengatakan, kinerja BCA sejauh ini sangat baik dengan laju pertumbuhan sebesar 17,1 persen pada kuartal I 2024. Padahal, menurut dia, kinerja kredit biasanya negatif pada kuartal I. Ia mencoba untuk mencapai keseimbangan antara likuiditas yang memadai dan selisih kredit yang sehat

Zaza mengatakan, rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) BCR saat ini berada pada kisaran 70-71 persen yang berarti masih dalam kategori sehat.

“Tapi sekali lagi, kita lihat permintaan kita. Kalau likuiditas kita bagus, saya kira kita tidak perlu langsung menaikkan (suku bunga BCA). Suku bunga BI hanya patokan atau acuan,” ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, banyak ekonom yang memperkirakan suku bunga acuan BI atau BI-rate akan naik untuk menstabilkan nilai tukar rupee terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Nilai tukar rupiah menguat di atas Rp 16.000 terhadap dolar AS usai libur panjang Idul Fitri atau hari kerja pertama pada Selasa (16/4). Volatilitas nilai tukar rupiah hingga hari ini masih berada pada kisaran di atas Rp16.000

Terkait volatilitas rupee belakangan ini, Jahja menilai pelemahan rupee tidak terjadi secara langsung akibat ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Menurut dia, permintaan dolar AS pada kuartal I tahun ini sangat besar, salah satunya karena persiapan pengusaha menghadapi Idul Fitri.

Pedagang biasanya membutuhkan bahan baku menjelang lebaran sehingga permintaan impor pun meningkat.

Jahja juga mengingatkan, banyak perusahaan besar yang membagikan dividen pada kuartal I sehingga sebagian dividennya mengalir ke investor asing.

“Juga kita lihat kemarin ada dump obligasi dari investor kita dan investor asing, jadi itu juga berdampak. Artinya kalau mereka dump, dolar akan ditarik,” ujarnya.

Kendati demikian, Jahja juga memperkirakan keseimbangan supply-demand dolar AS akan kembali normal. Oleh karena itu, nilai tukar rupee berpeluang menguat

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D