0 0
Read Time:2 Minute, 35 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Vape, rokok elektronik atau pod kini sedang menjadi tren di kalangan remaja. Populer karena variasi rasa, bentuknya yang elegan, dan keyakinan bahwa vaping lebih aman dibandingkan rokok tradisional.

Namun tahukah Anda bahwa vaping sama sekali tidak aman bagi remaja? Bahaya kesehatan yang tersembunyi mengintai di balik asap yang menipu.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) yang dilansir Henry Ford, sekitar 25% siswa sekolah menengah pertama dan 50% siswa sekolah menengah atas telah mencoba produk tembakau pada tahun 2019.

Peningkatan ini disebabkan oleh popularitas produk vaping. Banyak remaja dan dewasa muda yang keliru memandang produk vaping sebagai alternatif yang lebih aman dibandingkan rokok tradisional, bahkan sebagai alat bantu berhenti merokok.

Namun menurut Amanda Holm dari Henry Ford Health System, spesialis pengobatan tembakau, hipotesis tersebut belum terbukti.

“Tidak ada bukti kuat bahwa vaping efektif untuk berhenti merokok, terutama jika dibandingkan dengan obat-obatan yang direkomendasikan dan terbukti,” kata Holm.

“Saya khawatir vaping justru memperpanjang atau memperkuat kecanduan nikotin dan membuat orang lebih cenderung kembali merokok.”

Wakil Menteri Kesehatan Dante Saxono Harbuono menegaskan pemahaman tersebut tidak akurat seperti dilansir Kementerian Kesehatan RI.

Rokok elektronik sama berbahayanya dengan rokok tradisional. Bahan-bahan dalam rokok elektrik meliputi nikotin, bahan kimia, dan perasa beracun.

Berikut beberapa bahaya vaping di kalangan remaja: 1. Berhenti vaping lebih sulit dibandingkan merokok.

Satu kapsul vape mengandung jumlah nikotin yang sama dengan sebungkus 20 batang rokok. Hal ini membuat vaping lebih sulit untuk dihentikan dibandingkan merokok biasa. 2. Vape mengandung zat yang sangat adiktif

Remaja yang menggunakan rokok elektrik empat kali lebih mungkin mengalami kecanduan nikotin. Pasalnya, kadar nikotin pada produk vape tidak terkontrol sehingga mudah memicu kecanduan.

Menurut Dr. Holm, “Kita belajar dari pengalaman dengan rokok bahwa semakin muda seseorang mulai mengonsumsi nikotin, semakin kuat kecanduannya di kemudian hari.” 3. Berbahaya bagi sistem pernapasan dan kardiovaskular

Nikotin dalam vape dapat meningkatkan detak jantung dan tekanan darah sehingga menyebabkan masalah jantung di kemudian hari. Vaping juga memicu respons peradangan dalam tubuh yang dapat merusak kesehatan jantung.

Pada saluran pernafasan, uap vape meskipun tidak mengandung tar seperti rokok tradisional, dapat menyebabkan iritasi dan peradangan pada saluran pernafasan serta mengganggu fungsi paru-paru. 4. Merusak perkembangan otak

Paparan nikotin pada uap rokok dapat merusak perkembangan otak remaja yang berlanjut hingga usia 25 tahun. Hal ini dapat menghambat kemampuan belajar, daya ingat dan konsentrasi mereka. Lebih buruk lagi, nikotin meningkatkan risiko kecanduan di masa depan terhadap zat lain, termasuk rokok tradisional.

Menurut American Lung Association seperti dilansir Kementerian Kesehatan RI, vape mengandung beberapa bahan berbahaya dan beracun. Propilen glikol atau gliserin menghasilkan uap air dan dapat menyebabkan iritasi pernafasan. Nikotin dalam berbagai kadar antara 0-100 mg/ml. Narkoba ini sangat adiktif dan berdampak negatif terhadap perkembangan otak remaja. Zat karsinogenik berupa asetaldehida atau formaldehida menyebabkan kanker. Acrolein, zat yang digunakan untuk membunuh gulma, dapat menyebabkan kerusakan paru-paru yang tidak dapat diperbaiki. Diacetyl, bahan kimia yang terkait dengan penyakit paru-paru bronkiolitis. Dietilen glikol adalah bahan kimia beracun yang terkait dengan penyakit paru-paru. Logam berat seperti nikel dan timbal. Kadmium merupakan logam beracun yang dapat menyebabkan penyakit pernafasan. Benzena adalah senyawa organik mudah menguap yang ditemukan di knalpot mobil.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D