0 0
Read Time:2 Minute, 5 Second

JAKARTA – Satu tong pakan ikan lele lahir secara spontan dari ide seorang guru sastra. Selain memberikan aspek praktis dalam peternakan, alat ini juga memberikan pemahaman baru tentang pola komunikasi interdisipliner.

Didik Suharijadi, Guru Besar Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jember (Unez), menciptakan terobosan baru dalam budidaya ikan lele. Ia memanfaatkan tong di area taman kampusnya yang tidak digunakan untuk budidaya ikan. Gentong digunakan sebagai wadah beternak ikan lele dengan sistem pemberian pakan dan pertukaran air yang sepenuhnya otomatis.

“Sistem pemberian pakan otomatis memberikan pakan tiga kali sehari untuk menghindari kanibalisasi ikan karena selalu kenyang. Pemberian pakan diatur menggunakan timer pada pukul 07.00, 15.00, dan 01.00,” Didik, Unej, Jumat ( 24/5/2024) demikian rilis resminya.

Dalam proyek inovatifnya ini, ia menerapkan teknologi otomasi untuk menyederhanakan dan meningkatkan efisiensi budidaya ikan lele. Dalam penerapan teknologi tersebut, Didic banyak meminta bimbingan dari para guru besar Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Unage yang lebih ahli di bidang teknologi tepat guna.

Alat-alat yang digunakan dalam budidaya ikan bermacam-macam, seperti tong, panel surya, timer, baterai, sisa dan wadah pakan yang diambil dari berbagai kemasan makanan bekas.

Dengan memanfaatkan lingkungan, menurut Didik, budidaya ikan lele dapat memberikan banyak manfaat, salah satunya membiasakan siswa berkomunikasi, mengasah kemampuan berbahasa, dan mempertemukan berbagai ilmu dari berbagai pakar di bidang lain untuk membantu mempromosikan yang sesuai. Teknologi. .

Reaksi awal para siswa tampaknya terkejut melihat teknologi digunakan dengan cara yang tidak ada hubungannya dengan studi sastra. Namun setelah dijelaskan bahwa fungsi utama linguistik adalah mendokumentasikan perkembangan kosa kata di segala bidang, mahasiswa baru memahami pentingnya memperhatikan bidang lain.

“Di era digital ini, istilah kuncinya adalah diseminasi ilmu pengetahuan. Jika masyarakat sudah memahami istilah dan nama alat, bisa membeli sendiri, belajar sendiri, bahkan berkreasi sendiri, maka tentunya sampai batas tertentu kita mengandalkan ahlinya. Harus jatuh,” kata Didik.

Penggunaan alat yang sederhana dapat mengajarkan siswa untuk belajar menggunakan alat yang sederhana sehingga menjadi kreativitas yang bernilai tinggi.

Saat ini peternakan lele ini telah beroperasi kurang lebih tujuh bulan dan telah melalui dua kali masa panen yang masing-masing panen berlangsung selama tiga setengah bulan. “Jadi masa penyemaiannya memakan waktu tiga setengah bulan. “Pada bulan ketiga panen mulai meningkat secara mencicil, karena pertumbuhan ikan tidak selalu seragam,” ujarnya.

Peternakan ini diharapkan tidak hanya menghasilkan ikan tetapi juga menjadi sarana edukasi bagi siswa berbagai mata pelajaran. “Biarkan mahasiswa sastra belajar kosa kata, mahasiswa teknik belajar bagaimana meningkatkan otomatisasi, mahasiswa peternakan mempelajari efisiensinya, mahasiswa sosial ekonomi mempelajari peluangnya sebagai usaha ekonomi bagi masyarakat perkotaan”, kata Didic.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D