0 0
Read Time:1 Minute, 58 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Siapa yang tidak suka sarapan? Jajanan yang biasanya enak ini kerap menjadi teman setia saat bersantai atau nongkrong bareng. Tapi, tahukah Anda bahwa di balik rasanya, beberapa camilan favorit Anda ternyata mengandung lemak trans industri?

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lemak trans dihasilkan melalui proses industri yang menambahkan hidrogen ke minyak nabati, sehingga menghasilkan lemak terhidrogenasi parsial (PHO). Dari proses ini dihasilkan minyak nabati yang murah dan tahan lama sehingga banyak digunakan dalam produksi pangan.

Pada tahun 2023, WHO Indonesia akan melakukan penelitian mengenai kandungan lemak trans pada makanan berlemak yang banyak dikonsumsi di Indonesia. 

Dalam penelitian ini digunakan 130 sampel dari 4 kategori pangan yaitu lemak dan minyak, margarin dan selai, pangan kemasan, dan pangan jadi.

Hasilnya, 11 dari 130 sampel, atau hampir 10 persen makanan yang diteliti, mengandung lemak trans, yang mencakup lebih dari 2 persen total lemak. Faktanya, Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan bahwa makanan mengandung tidak lebih dari 2% lemak trans.

Sedangkan sampel lainnya masih mengandung lemak trans dalam batas aman. 

Di bawah ini adalah beberapa contoh makanan dan bahan yang tinggi lemak trans: Mentega dan margarin Shortening atau pemendekan Kue kering Wafel dengan krim coklat Kue beludru merah Roti coklat Mary Croissant dengan coklat Kue kering Denmark

 

Campuran mentega dan margarin merupakan bahan pangan mentah yang mengandung lemak trans dalam jumlah tinggi, misalnya ALT 22,68 gram atau 10 kali lipat dari anjuran WHO.

Meski konsumsi lemak trans harus dibatasi, bukan berarti kita harus menghindari konsumsinya sama sekali. Kabar baiknya, ada banyak makanan ringan yang rendah lemak trans dan aman dikonsumsi dalam jumlah sedang, antara lain roti panggang, roti tawar, donat, wajan besi, brownies, pisang, brownies, dan selai kacang.

Manfaat kesehatan juga dapat diperoleh dengan mengonsumsi produk industri. Misalnya, penelitian menunjukkan bahwa kue redvelvet yang berasal dari produksi industri di rumah mengandung sedikit lemak trans. 

Hasil penelitian Organisasi Kesehatan Dunia sangat mengejutkan, karena makanan ringan yang mudah didapat dan tersedia di mana-mana ternyata mengandung lemak trans yang tinggi.

Oleh karena itu, Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan dua hal untuk mengatasi masalah ini: membatasi jumlah lemak trans pada semua makanan hingga 2% dari total lemak. Melarang produksi, impor, penjualan dan penggunaan PHO pada semua jenis pangan.

Saat ini terdapat 53 negara di dunia yang telah menerapkan salah satu kebijakan tersebut. Sayangnya, Indonesia belum termasuk. 

Negara ASEAN yang sudah memiliki regulasi untuk menghilangkan lemak trans adalah Singapura dan Thailand.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D