dianrakyat.co.id, Jakarta – Indonesia menunjukkan komitmennya terhadap pembangunan berkelanjutan melalui penerapan prinsip-prinsip Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola (ESG) di berbagai sektor ekonomi.
Presiden kita sudah berkomitmen untuk lebih banyak melakukan pembangunan, namun harus lebih bersih. Oleh karena itu, pemerintah telah menetapkan visi emas Indonesia yang mencakup delapan agenda pembangunan, 17 tujuan, dan 45 indikator, kata Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam, Vivi Yulaswati. . , pada acara ESG Simposium 2024 di Indonesia pada Selasa, 19 November 2024.
Sebagai langkah strategis, Indonesia bertujuan untuk mencapai emisi net-zero pada tahun 2060 atau lebih awal. Penerapan ESG menjadi pilar utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Vivi juga mengapresiasi peran pengusaha yang mengintegrasikan prinsip keberlanjutan dalam operasionalnya, seperti penggunaan energi terbarukan, daur ulang, dan efisiensi sumber daya.
Menurut Vivi, banyak perusahaan di Indonesia yang mulai mendapat kritik atas emisinya, namun ia yakin langkah dekarbonisasi yang dilakukan sudah mengarah ke arah positif.
Di sisi lain, Indonesia bercita-cita menjadi negara maju pada tahun 2045, bertepatan dengan 100 tahun kemerdekaan. Namun Vivi mengingatkan, tanpa langkah konkrit, Indonesia berisiko tertinggal dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
“Vietnam dan Filipina diproyeksikan akan bergabung dengan negara-negara maju lebih cepat. “Kita harus berlari lebih cepat dengan fokus pada pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan”, tutupnya.
SCG mengadakan Simposium ESG 2024 bertajuk “Pertumbuhan Hijau Inklusif untuk Indonesia Emas” di Jakarta. Acara ini menyoroti pentingnya mengintegrasikan pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan untuk mencapai visi Indonesia Emas pada tahun 2045 dan Net Zero Carbon Emissions pada tahun 2060.
“Kami terus menjajaki inisiatif operasional ramah lingkungan, mulai dari inovasi produk hingga infrastruktur ramah lingkungan. “Dengan kolaborasi yang terstruktur, SCG siap menjadi mitra utama Indonesia untuk mencapai tujuan strategis tersebut,” kata Presiden dan CEO SCG Thammasak Sethaudom pada Simposium ESG 2024, Selasa (19/11/2024).
Country Director SCG Indonesia Warit Jintanawan menjelaskan transisi dari energi fosil ke energi terbarukan merupakan langkah penting menuju pengurangan perubahan iklim dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Selain itu, hal ini juga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi hijau dengan menciptakan peluang investasi baru.
Acara ini merupakan wadah kolaborasi antar pemangku kepentingan, baik pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat, untuk mengatasi permasalahan lingkungan seperti deforestasi, polusi, dan krisis iklim. Dengan pendekatan ESG 4 Plus, SCG berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan di Indonesia.
“Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan ekonomi global. “Kami berharap stabilitas ekonomi, lingkungan hidup, dan sosial dapat berjalan beriringan melalui langkah-langkah konkrit seperti ini”, pungkas Thammasak.
Sebelumnya, SCG kembali memperkuat komitmennya terhadap keberlanjutan melalui peluncuran “Bezt Eco Friendly Cement”, sebuah inovasi baru pada semen rendah karbon. Produk ini dipresentasikan pada ESG Symposium 2024 Indonesia yang digelar di Jakarta pada Selasa (19/11/2024).
“Keberlanjutan bukanlah tujuan akhir, melainkan inti dari bisnis SCG. Kami percaya inovasi seperti ini dapat menciptakan sinergi antara lingkungan dan perekonomian,” kata Presiden dan CEO SCG Thammasak Sethaudom.
Ia juga menegaskan bahwa inovasi ini merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk mendukung transisi Indonesia menuju pertumbuhan ekonomi hijau.
Semen ini menggunakan bahan baku daur ulang seperti terak semen, fly ash dan limbah industri. Proses produksinya menggunakan energi terbarukan yang mampu mengurangi emisi karbon hingga 50 kg per ton.
Selain itu, produk ini juga mendapatkan skor sertifikasi Green Label sebesar 95% dan memenuhi standar SNI ketahanan 127% serta unggul 7% dibandingkan produk sejenis.
SCG juga mengembangkan teknologi lain seperti “Carbon Capture” untuk mengurangi emisi karbon dan Bahan Bakar dan Bahan Baku Alternatif (AF/AR), yang menggunakan limbah sebagai bahan bakar alternatif.
“Dengan teknologi ini, kami mampu mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil hingga 20% sekaligus meningkatkan efisiensi produksi,” tambah CEO SCG Indonesia Peramas Wajananat.
SCG berharap inovasi ini tidak hanya mendukung tujuan emisi karbon net-zero pada tahun 2060, namun juga mempercepat terwujudnya visi Indonesia Emas pada tahun 2045.