SYDNEY – Chiton, makhluk laut mungil bersisik, memiliki keunikan dibandingkan makhluk lain di dunia hewan. Hewan ini mempunyai ribuan mata bulat kecil pada cangkangnya yang tersegmentasi.
Mata yang disebut ocelli ini terbuat dari mineral aragonit, dan meskipun kecil dan primitif, diyakini mampu melihat dengan jelas, membedakan bentuk dan cahaya.
Namun, beberapa spesies chiton memiliki “bintik mata” yang kecil dan bertindak sebagai piksel individu, mirip dengan mata majemuk serangga atau udang mantis. Mata ini membentuk sensor visual yang didistribusikan ke seluruh cangkang chiton.
Sebuah studi baru yang menyelidiki asal usul sistem visual unik chiton telah mengungkapkan evolusi signifikan pada hewan penghuni batu ini. Nenek moyang mereka mengembangkan mata empat kali dalam dua cara berbeda, menghasilkan dua jenis sistem visual yang berbeda saat ini.
Penelitian ini menunjukkan bagaimana evolusi memberikan solusi berbeda terhadap masalah dasar seperti cara menggunakan cahaya untuk melarikan diri dari predator. Ia menyerupai kepiting dan bentuk tubuhnya yang progresif, yang telah berevolusi setidaknya lima kali.
“Kami tahu ada dua jenis mata, jadi kami tidak mengharapkan empat sumber independen,” ahli biologi evolusi dan penulis utama studi tersebut, Rebecca Varney dari University of California, Santa Barbara, melaporkan dalam Science Alert Minggu (17). /3/2024).
“Fakta bahwa chiton mengembangkan mata empat kali dalam dua cara berbeda sungguh menakjubkan bagi saya.”
Para peneliti di Museum Sejarah Alam Santa Barbara merekonstruksi sejarah evolusi ini dengan membandingkan fosil dan menganalisis sampel DNA dari spesimen. Hasilnya menunjukkan bahwa kedua sistem visual berkembang dua kali secara berurutan.
Anehnya, kelompok chiton dengan struktur visual serupa tidak berkerabat dekat. Mereka adalah saudara jauh yang terpisah jutaan tahun.
Spesies dengan lubang lebih sedikit pada cangkangnya mengembangkan mata cangkang yang lebih pendek dan lebih kompleks.
Kiton yang lebih tersebar kemudian mengembangkan bola mata yang lebih banyak dan sederhana.
Para peneliti menyimpulkan bahwa peran sejarah sifat dalam membentuk hasil evolusi sangat penting untuk memahami bagaimana dan mengapa sifat dapat berevolusi dengan cara yang dapat diprediksi.