0
0
LONDON – Ketakutan: Perasaan yang membuat bulu kuduk berdiri, jantung berdebar kencang, dan perut terasa dingin. Perasaan ini bisa menjadi kelumpuhan yang menjijikkan, tapi juga menyenangkan.
Namun, rasa takut juga merupakan emosi yang penting, respons naluriah terhadap bahaya yang meningkatkan peluang kita untuk bertahan hidup.
Namun, rasa takut tidak selalu tepat. Dalam kasus seperti kecemasan dan stres, respons terhadap rasa takut mungkin berlebihan dan tidak proporsional. Dan kondisi tersebut memengaruhi kesehatan mental dan kualitas hidup.
Sebuah tim yang dipimpin oleh ahli saraf Hui-Quan Li dari Universitas California, San Diego, memetakan perubahan kimia otak dan sinyal saraf pada tikus yang mengalami ketakutan parah. Hebatnya, mereka juga menemukan cara untuk mematikannya.
Namun, ada kalanya rasa takut bukanlah respons yang tepat. Dalam kasus seperti kecemasan dan stres, respons rasa takut mungkin tidak proporsional dengan situasi atau lingkungan seseorang, sehingga sangat memengaruhi kesehatan mental dan kualitas hidup.
“Hasil kami memberikan wawasan yang signifikan mengenai mekanisme yang terlibat dalam globalisasi rasa takut,” kata Nicholas Spitzer, ahli saraf di UC San Diego.
“Manfaat dari memahami proses-proses ini pada tingkat detail molekuler adalah apa yang terjadi dan di mana hal itu terjadi, sehingga memungkinkan dilakukannya intervensi spesifik terhadap mekanisme yang mendorong terjadinya masalah tersebut.” Dia menekankan.
Meskipun rasa takut adalah perasaan yang normal, rasa takut yang berlebihan dapat mengganggu kehidupan sehari-hari. Memahami cara kerja rasa takut yang “mengubah” ini dapat membantu kita mengembangkan cara yang lebih efektif untuk mengelola dan mengatasi rasa takut.
Penelitian ini masih dalam tahap awal dan kita masih harus banyak belajar tentang ‘transformasi rasa takut’ ini. Namun, temuan ini membuka pintu bagi cara-cara baru untuk membantu orang-orang yang berjuang melawan rasa takut dan kecemasan.
