JAKARTA – Gerhana matahari, salah satu fenomena astronomi yang menarik untuk diamati, kini bisa dilakukan berdasarkan permintaan. Para ilmuwan telah menemukan cara untuk menghasilkan gerhana buatan.
Melalui proyek yang disebut Proba-3, para ilmuwan menghubungkan dua pesawat ruang angkasa untuk menciptakan “gerhana sesuai permintaan”. Melalui kalibrasi yang rumit ini, proyek ini bertujuan untuk mencapai penerbangan luar angkasa pertama yang terstruktur secara tepat dan berencana untuk memperoleh pengamatan baru terhadap Matahari.
Sebelumnya, Badan Antariksa Eropa (ESA) meluncurkan satelit Proba-3 yang terdiri dari coronagraph dan okultisme pada sebuah acara di Belgia pekan lalu.
Menurut rencana yang diumumkan ESA, okulter tersebut akan terbang sekitar 150 meter di atas coronagraph. Setelah kedua satelit mencapai lokasi yang benar, okulter membuat bayangan di permukaan coronagraph, yang kemudian menutupi Matahari untuk mengungkap corona.
“Kedua pesawat ruang angkasa ini akan bertindak sebagai instrumen besar sepanjang 150 meter,” kata Dietmar Pilz, direktur teknologi, teknik, dan standar ESA, seperti yang dilaporkan Vienna News.
“Untuk mencapai hal ini merupakan tantangan teknis yang luar biasa, karena ketidakselarasan sekecil apa pun, hal itu tidak akan berhasil,” kata Pilz.
Proses pengembangan proyek memakan waktu lama dan dilakukan oleh konsorsium negara anggota ESA yang dipimpin Spanyol dan Belgia. “Jadi saya sangat senang melihat Proba-3 ada di sini hari ini, siap diluncurkan,” ujarnya.
Eksperimen serupa dilakukan pada tahun 1975 ketika astronot Amerika dan Uni Soviet bekerja sama menciptakan gerhana buatan.
Namun, Proba-3 bertujuan untuk mencapai prestasi ini secara rutin dan sukses. “Ini akan menunjukkan berbagai konfigurasi penerbangan formasi dan menguji teknik pertemuan di orbit. Setelah terbukti, penerbangan formasi akan mendukung misi masa depan,” kata Pilz.