0 0
Read Time:3 Minute, 17 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Kehamilan dan persalinan merupakan momen yang penuh kebahagiaan, namun juga merupakan masa yang penuh stres bagi sang ibu. Perubahan fisik dan hormonal serta tuntutan baru dalam merawat bayi yang kurang tidur dapat berkontribusi terhadap stres ibu.

Stres yang tidak dikelola dapat berdampak buruk pada kesehatan mental ibu, seperti kecemasan dan insomnia. Hal ini mempengaruhi kemampuan ibu dalam merawat bayinya dan dapat membahayakan kesehatan mental dan fisiknya.

Menurut Lieke Puspasari, psikolog sekaligus konselor, stres pada ibu hamil biasanya baru muncul pada trimester ketiga menjelang melahirkan.

“Dari trimester ketiga, ibu-ibu mulai merasa tidak nyaman dengan tubuhnya. Perutnya mulai besar sekali, sebelah kiri kurang enak, sebelah kanan kurang enak, saya capek,” kata Lieke dalam diskusi media. 2 April 2024 di Jakarta.

Selain perubahan fisik, ibu juga mengalami perubahan hormonal yang dapat menyebabkan stres pada ibu hamil dan ibu baru. Hormon estrogen dan progesteron akan meningkat saat hamil dan menurun saat melahirkan.

“Ketika (hormon) turun, timbul kecemasan, ketakutan, dan berpikir berlebihan.”

Hal ini dapat menyebabkan baby blues dan depresi pasca melahirkan serta mempengaruhi respon tubuh terhadap stres dengan meningkatkan hormon kortisol.

Penyebab stres pada ibu hamil dan melahirkan lainnya adalah perubahan kebiasaan. Mulai dari kurang tidur, terlalu banyak atau tidak bergerak, emosi yang tidak terkendali, kekhawatiran terhadap bayi, dan sebagainya.

Jika ibu tidak mendapatkan pertolongan atau dukungan yang tepat, hal-hal di atas akan menimbulkan stres.

Stres merupakan respons alami tubuh terhadap perubahan dan tuntutan. Meski stres merupakan hal yang wajar, namun penting bagi ibu untuk mengenali tanda-tandanya agar dapat mengelolanya dengan baik.

Gejala stres pada ibu hamil antara lain nyeri dada dan sesak napas, kata Lieke.

Lalu ada gangguan penglihatan, sakit perut dan otot, mudah lupa, cepat lelah, dan detak jantung cepat, jelasnya.

Tidak semua ibu hamil mengalami stres

Ibu hamil yang stres juga kehilangan minat terhadap hobi atau minatnya dan menjadi lebih mudah tersinggung. Liek menegaskan, tidak semua ibu hamil akan mengalami hal tersebut karena kehamilan setiap orang berbeda-beda.

“Memang pengaruh hormon berbeda-beda pada setiap orang.”

Ciri-ciri ibu baru stres

Sedangkan gejala stres pada ibu baru antara lain nafsu makan meningkat atau menurun, menarik diri dari lingkungan, kesedihan berkepanjangan, serta perasaan tidak berharga dan takut.

“Pokoknya duka berkepanjangan, menangis. Takut terus, ada yang takut malah peduli,” kata Lieke.

Jika Anda mengalami salah satu hal di atas, penting untuk mencari cara mengatasinya sesegera mungkin. Untuk menghindari hal-hal yang tidak perlu.

Mengatasi stres pada ibu hamil dan nifas memerlukan dukungan dan bantuan dari lingkungan, keluarga dan terutama pasangan.

Lieke menjelaskan, hal itu sangat penting bagi kesehatan mental ibu. Saat ibu lelah dan perlu istirahat, suami diharapkan membantu istri mendapatkan istirahat yang berkualitas. Seperti membantu pekerjaan rumah atau membantu mengurus anak sebentar.

Selain itu, para ibu disarankan untuk menghindari makanan manis, banyak mengonsumsi lemak dan protein, serta tidur sebanyak atau sesedikit mungkin.

“Jadi tidurlah sebanyak-banyaknya, tidurlah kalau kita bisa,” kata Lieke.

Melakukan hal-hal yang membuat Anda bahagia dan nyaman juga akan membantu pikiran dan tubuh Anda rileks. Kegiatan bisa dimulai dengan olahraga ringan seperti yoga dan senam hamil.

Para ibu juga bisa meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja dan semuanya akan baik-baik saja, dengan mengatakan, “Kita perlu diyakinkan juga. Katakan pada diri sendiri bahwa ini normal dan kita bisa mengatasinya.”

Sedangkan bagi ibu baru, bantuan profesional akan sangat dibutuhkan ibu jika gejala stres sudah berkembang hingga ibu tidak mampu merawat bayinya.

Ketika seorang ibu mengalami stres saat hamil, dampak yang dirasakan oleh bayi dan ibu bisa sangat serius. Dampak stres pada ibu hamil: Kelainan pada perkembangan janin, jelas Lieck. Mengurangi daya tahan tubuh. Gerakan janin berkurang. Berat badan anak. Lahir prematur. Pendarahan dan tekanan darah tidak stabil. Kekurangan oksigen di dalam rahim. IQ anak menurun. Gangguan tidur. Amukan bayi yang buruk, amukan, dll. Anak-anak berisiko tinggi mengalami gangguan perkembangan seperti autisme dan ADHD.

Di saat yang sama, stres pada ibu baru dapat menyebabkan masalah menyusui, seperti ASI tidak keluar, mengganggu ikatan ibu-anak, dan berujung pada depresi pasca melahirkan.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D