0 0
Read Time:3 Minute, 57 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Umat Islam perlu memahami aturan merayakan Idul Fitri. Sebagian besar ulama sepakat bahwa merayakan Idul Fitri termasuk dalam kategori Sunnah Suqaqat yang sangat dianjurkan namun tidak wajib. Hal ini didasarkan pada larangan Nabi untuk berpuasa pada hari raya Idul Fitri, dengan menekankan bahwa hari raya tersebut memiliki nilai keagamaan dan diharapkan oleh umat Islam.

Padahal Rasulullah SAW melarang puasa pada dua hari yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. (Mutafaq Ali)

Dalam Islam, perayaan Idul Fitri ditegaskan sebagai sunat yang lebih dianjurkan daripada wajib. Hal ini tercermin dari amalan umat Islam dalam merayakan hari raya ini, antara lain shalat sunnah berjamaah dan mengamalkan nilai-nilai kebaikan dan persatuan.

Dari sudut pandang ini, perayaan Idul Fitri tidak hanya sekedar ibadah, namun juga sebagai sarana mempererat tali silaturahmi antar sesama umat Islam dalam merayakan keberkahan Ramadhan yang lalu.

Namun, pentingnya merayakan Idul Fitri tidak bisa diabaikan Idul Fitri dianggap sebagai momen kegembiraan, penyucian, dan pembagian pahala serta ampunan dari Allah SWT. Dalam pelaksanaannya, festival ini penuh dengan zikir, syukuran dan upaya memohon ampun atas dosa yang dilakukan

Berikut dianrakyat.co.id ulas secara mendalam tentang aturan merayakan Idul Fitri pada Kamis (28/3/2024) dan keutamaan merayakannya.

Aturan merayakan Idul Fitri dilihat dari larangan berpuasa pada hari tersebut menunjukkan pentingnya hari raya ini dalam ajaran Islam. Rasulullah SA melarang keras puasa pada hari raya Idul Fitri, sebagaimana disebutkan dalam hadits Mutfaq Alai.

Larangan ini menegaskan bahwa Idul Fitri merupakan momen yang dianggap berbeda dan istimewa dari hari-hari lainnya. Dalam pandangan sebagian besar ulama, merayakan Idul Fitri merupakan kaidah suqaqat sunnah yang artinya sangat dianjurkan dan wajib. Menjelaskan pentingnya festival ini dalam praktik keagamaan umat Islam

Aturan merayakan Idul Fitri semakin hari semakin jelas, berdasarkan prioritas menghadiri Salat Idul Fitri. Sholat Idul Fitri merupakan bagian integral dari perayaan dan merupakan bentuk ibadah yang dilakukan oleh semua kelompok Muslim, tanpa memandang jenis kelamin, usia atau status.

DR KH M. Hamdan Rasheed, MA dalam bukunya “Panduan Muslim Sehari-hari” menjelaskan bahwa shalat Idul Fitri bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk musafir. Oleh karena itu, menghadiri dan melaksanakan salat Idul Fitri menjadi kewajiban moral sebagai bagian dari identitas dan amalan keagamaan umat Islam.

Namun terdapat kekhawatiran dalam undang-undang terkait perayaan Idul Fitri, khususnya partisipasi perempuan yang sedang menstruasi. Dalam situasi seperti ini, mereka dihimbau untuk tetap ikut salat Idul Fitri meski tidak menunaikan salat wajib

Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwa Azarorun Niyam Shole menegaskan bahwa wajib bagi wanita yang sedang menstruasi untuk ikut salat Idul Fitri dan mengagungkan nama Allah melalui Takbir. Hal ini mengacu pada inklusivitas praktik keagamaan Islam di mana seluruh anggota masyarakat diharapkan untuk berpartisipasi dalam upacara keagamaan secara bersama-sama.

Secara keseluruhan, pendapat sebagian besar ulama menegaskan bahwa perayaan Idul Fitri termasuk dalam aturan sunat Suqaqat, yang menunjukkan pentingnya hari raya ini dalam praktik keagamaan umat Islam. Puasa Idul Fitri dilarang, pilihan semua kalangan, termasuk wanita haid, adalah mengikuti Salat Idul Fitri sekaligus mengikuti perayaan keagamaan.

Keutamaan merayakan Idul Fitri mencakup berbagai aspek yang tercermin dalam ajaran Islam, sebagaimana tertuang dalam buku “Panduan Muslim Sehari-hari” karya T.R. KH. M.Hamdan Rasheed, M. dan Saiful Hadi El-Suda Merayakan kesuksesan Pertama-tama, Idul Fitri adalah hari yang penuh kebahagiaan dan kegembiraan bagi umat Islam di seluruh dunia Sebab pada hari itu umat Islam merayakan keberhasilannya menjalankan puasa Ramadhan secara utuh, yang mempunyai kemampuan menerima pahala dan ampunan dari Allah SWT. Hari bahagia dalam Islam Selain itu, Idul Fitri juga dianggap sebagai hari paling suci dalam Islam. Rasulullah SWT bersabda bahwa Allah SWT telah memberikan dua hari besar kepada umat Islam, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Libur Idul Fitri hendaknya diisi dengan puasa, syukur dan ikhtiar mencari ampunan Hal ini membedakannya dengan hari raya pada masa Jahiliyya yang tidak mempunyai makna keagamaan menurut ajaran Islam. Tanda-tanda berakhirnya Ramadhan Keistimewaan Idul Fitri lainnya adalah merupakan hari berbuka puasa yang merupakan arti dari kata “Idul Fitri” dan “Fitri”. Hari ini menjadi momen bagi umat Islam untuk berbuka puasa atau kembali makan setelah sebulan berpuasa di bulan Ramadhan Dosa akan diampuni Selain itu, Idul Fitri kembali menjadi hari suci bagi umat Islam. Kata “fitri” merujuk pada kesucian atau penyucian dari segala dosa dan kesalahan Sebuah hadis menyatakan bahwa orang yang berpuasa Ramadhan karena keimanan akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Hari pembagian hadiah Terakhir, Idul Fitri adalah hari pembagian pahala dan ampunan dari Allah SWT kepada orang-orang yang berpuasa Ramadhan dan beramal shaleh atas iman. Pentingnya momen ini dalam menerima rahmat dan ampunan Allah tergambar dalam hadits yang menyebutkan bahwa Allah akan mengampuni orang yang keluar setelah shalat Idul Fitri. Dari riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka dosa masa lalunya akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D