dianrakyat.co.id, Jakarta – PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) mencatatkan kinerja keuangan yang tidak merata pada sembilan bulan pertama tahun 2024. Perusahaan melaporkan peningkatan pendapatan namun penurunan laba pada kuartal III 2024.
PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) meraup omzet bersih Rp 88,46 triliun hingga September 2024, mengutip laporan keuangan yang masuk ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (30/10/2024). Penjualan meningkat 1,34 persen menjadi Rp 87,29 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Beban pokok penjualan meningkat 2,5 persen menjadi Rp74,70 triliun dari Rp72,85 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Di tengah kenaikan harga pokok penjualan, laba kotor perseroan turun 4,7 persen menjadi Rp13,75 triliun hingga September 2024, dari Rp14,44 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Beban penjualan naik 2,33 persen menjadi Rp5,38 triliun hingga September 2024 dibandingkan Rp5,26 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Beban umum dan administrasi meningkat 10,7 persen menjadi Rp2,26 triliun pada September 2023 dari Rp2,04 triliun.
Pendapatan keuangan meningkat menjadi Rp532,89 miliar per September 2024 dari Rp501,42 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Dengan demikian, perseroan membukukan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp5,22 triliun pada periode tersebut, turun 15,80 persen dibandingkan Rp6,20 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Dengan demikian, perseroan mencatat laba dasar dan laba per saham dilusian turun menjadi Rp45 pada kuartal III 2024 dari Rp53 pada periode yang sama tahun lalu. Sejak Desember 2023 hingga September 2024, total ekuitas perseroan turun menjadi Rp 27,03 triliun. 29,86 triliun
Liabilitas meningkat dari Desember 2023 menjadi Rp 25,44 triliun pada kuartal III 2024 menjadi Rp 26,21 triliun. Aset perseroan turun menjadi Rp53,24 triliun pada September 2024 dibandingkan Rp55,31 triliun pada Desember 2023. Perseroan menghimpun kas dan setara kas sebesar Rp6,02 triliun per 30 September 2024 dan Rp2,69 triliun per Desember 2023.
Pada perdagangan 15:37 WIB Rabu 30 Oktober 2024, harga saham HMSP turun 2,14 persen menjadi Rp 685 per saham. Harga saham HMSP dibuka tidak berubah di Rp 700 per saham. Harga saham HMSP sempat setinggi Rp 705 dan terendah Rp 685 per saham. Total frekuensi perdagangan sebanyak 2.350 kali dengan volume perdagangan 198.250 lembar saham. Transaksi tersebut bernilai Rp 13,7 miliar.
Sebelumnya, PT Hanjaya Mandal (HM) Sampoerna Tbk (HMSP) atau HM Sampoerna mengumumkan operasionalnya untuk semester pertama tahun ini yang berakhir 30 Juni 2024.
Pada periode ini, perseroan berhasil mencatatkan peningkatan penjualan. Berdasarkan laporan keuangan perseroan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (24 Juli 2024), penjualan bersih HMSP pada semester I 2024 tercatat sebesar Rp 57,82 triliun. Pendapatan tersebut meningkat 2,96 persen dibandingkan penjualan pada semester I 2023 yang tercatat Rp 56,15 triliun.
Namun seiring dengan peningkatan penjualan, beban pokok penjualan juga meningkat menjadi Rp 49,13 triliun dibandingkan beban pokok penjualan pada semester I 2023 yang sebesar Rp 46,91 triliun. Dampaknya, laba bersih perseroan turun menjadi Rp8,69 triliun pada semester I 2023 dari Rp9,24 triliun.
Pada semester I 2024, perseroan membukukan beban penjualan sebesar Rp3,48 triliun, beban umum dan administrasi sebesar Rp1,5 triliun, pendapatan keuangan sebesar Rp361,85 miliar, dan beban pendanaan sebesar Rp20,3 miliar. Sementara bagian afiliasi terhadap total hasil tercatat sebesar Rp3,7 miliar, pendapatan lain-lain sebesar Rp218,95 miliar, dan beban lain-lain sebesar Rp46,53 miliar.
Setelah beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 3,32 triliun per 30 Juni 2024. Laba tersebut lebih rendah 11,55 persen dibandingkan laba semester I 2023 yang tercatat Rp 3,75 triliun.
Aset perseroan tercatat sebesar Rp51,02 triliun per 30 Juni 2024 dibandingkan Rp55,32 triliun pada akhir tahun lalu. Liabilitas meningkat dari Rp 25,45 triliun pada Desember 2023 menjadi Rp 25,92 triliun pada akhir Juni 2024. Sementara ekuitas turun menjadi Rp 25,1 triliun per 30 Juni 2024 dibandingkan posisi akhir tahun lalu yang masih Rp 29,87 triliun. .
Sebelumnya, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) menyampaikan pandangannya terhadap penurunan penerimaan cukai hasil tembakau. Kementerian Keuangan melaporkan penerimaan rokok dari cukai hasil tembakau mencapai Rp 77,94 triliun pada Mei 2024. Angka tersebut lebih rendah 13,35% dibandingkan Rp 89,95 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Ivan Kahjadi, Presiden Sampoorna, mengatakan hal tersebut tidak lepas dari tarif cukai hasil tembakau yang terus meningkat. Situasi ini dapat memicu peredaran rokok ilegal. Di saat yang sama, perekonomian Indonesia masih tumbuh dari sisi PDB. Namun, daya beli masyarakat melemah.
Ivan mengatakan, Senin (29/07/2024) “Hal-hal tersebut tidak hanya berdampak pada industri tembakau saja, namun industri tembakau juga menghadapi situasi perekonomian seperti ini. Jumlah rokok ilegal juga akan terus meningkat,” kata Ivan, Senin (29/07/2024). .
Menurut Ivan, perbedaan tarif cukai juga menjadi alasan maraknya pasar rokok ilegal. Dimana tarif cukai rokok golongan I akan naik sebesar 5 persen pada semester I tahun 2024.
“Hal-hal ini memang perlu kita cermati, termasuk kebijakan kenaikan tarif ke depan. Kita berharap pemerintah bisa mempertimbangkan hal-hal tersebut sehingga kita bisa menjamin stabilitas industri tembakau legal. Kita bisa,” Evan ditambahkan.
Perusahaan berharap data terukur lainnya, seperti inflasi, juga dapat digunakan sebagai acuan kenaikan tarif. Juga perlindungan dari SKT atau produk tembakau lainnya. Pendapatan bersih HMSP pada semester I 2024 tercatat sebesar Rp 57,82 triliun berdasarkan laporan keuangan perseroan yang diungkapkan ke Bursa Efek Indonesia (BEI).