dianrakyat.co.id, Hari Jantung Sedunia di Jakarta jatuh setiap tanggal 29 September untuk mengingatkan masyarakat akan upaya yang dapat dilakukan untuk melindungi diri dari penyakit jantung.
Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Siti Nadia Tarmizi, Hari Jantung Sedunia tahun 2024 mengusung tema Use the Heart for Action.
“Tema nasionalnya adalah Bergerak menyehatkan jantung. Tujuannya untuk memberikan edukasi dan literasi kepada masyarakat tentang pentingnya kesehatan jantung melalui upaya deteksi dini, manajemen faktor risiko dan manajemen penyakit penyerta yang dapat memicu penyakit jantung,” ungkapnya. Nadia pada media briefing online Senin (23/9/2024).
Penyakit jantung telah menjadi penyebab utama kematian di dunia selama 20 tahun terakhir. Kematian global akibat penyakit jantung mencapai 18,6 juta setiap tahunnya.
Angka kematian diperkirakan meningkat menjadi 20,5 juta pada tahun 2020 dan 24,2 juta pada tahun 2030.
Nadia menambahkan, penyakit jantung mulai terdeteksi sejak usia muda. Faktanya, orang muda diketahui memiliki risiko yang jauh lebih rendah dibandingkan orang lanjut usia.
“Penyakit jantung ini dimulai pada usia muda dan kita tahu sebenarnya risikonya jauh lebih rendah,” kata Nadia.
Nadia pun membeberkan alasan mengapa banyak anak muda yang menderita penyakit jantung.
“Kita tahu mengapa ada perubahan usia pada penderita penyakit jantung karena perubahan gaya hidup. Tentu saja gaya hidup yang tidak sehat, kurang aktivitas, merokok, ada perbedaan antara rokok konvensional dan rokok pilihan, sama-sama meningkatkan risiko jantung. penyakit. “
Selain itu, pola makan yang tidak sehat juga meningkatkan risiko penyakit jantung. Terutama pada mereka yang mengalami obesitas, hipertensi, diabetes melitus.
“Itulah yang menyebabkan orang terkena penyakit jantung koroner. Dan 50 persen orang yang mengidap penyakit jantung koroner mengalami serangan jantung mendadak,” jelas Nadia.
Beberapa perilaku utama yang dapat meningkatkan angka penyakit jantung adalah: Merokok Kurangnya aktivitas fisik Kurangi makan buah dan sayur.
Pola makan cenderung menyebabkan hiperkolesterolemia, gangguan kolesterol, tinggi gula, garam, dan lemak (GGL) serta meningkatkan faktor risiko penyakit jantung.
Pada tahun 2022 hingga 2023, kasus penyakit jantung akan meningkat. Hal ini juga meningkatkan biaya pengobatan.
“Biaya penyakit kardiovaskular seperti stroke dan jantung merupakan biaya terbesar bagi jaminan kesehatan nasional.”
Nadia mengingatkan, penyakit jantung merupakan penyakit tidak menular yang memerlukan proses panjang untuk menderitanya.
“Penyakit tidak menular bukan disebabkan oleh penularan virus, bakteri atau lainnya, melainkan oleh tiga hal yaitu faktor genetik, lingkungan, dan perilaku.”
“Jadi jantung sangat-sangat dipengaruhi oleh faktor perilaku. Untuk mengendalikannya, pastikan konsumsi gula dan lemak Anda tidak berlebihan. Pola makan sehat isi piring saya,” saran Nadia
Ia juga mengingatkan warga untuk menghindari konsumsi rokok dan alkohol. Jika faktor risiko tersebut terkendali, lanjut Nadia, masyarakat bisa terhindar dari penyakit jantung.
Ada dua kekuatan dalam advokasi mandiri risiko penyakit jantung, tambah Nadia. Yang pertama adalah menghindari faktor risiko.
Namun jika faktor risikonya terabaikan dan timbul penyakit seperti hipertensi, diabetes atau lainnya, pada tahap ini pun kita masih bisa mencegahnya agar tidak berdampak pada penyakit yang lebih serius. Hal ini untuk mengendalikan penyakit-penyakit tersebut, tutupnya.