dianrakyat.co.id, Jakarta – Sekretaris Jenderal Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Machmud mengatakan ekspor tuna Indonesia akan meningkat pada Mei 2024. Faktanya, harga ikan global saat ini sedang rendah.
Matchmud mengatakan ekspor tuna-cakalang (TCT) pada Mei 2024 akan sangat tinggi baik dari nilai ekspor maupun volumenya. Dari segi nilai, ekspor meningkat 4,3 persen, ujarnya. Sedangkan volume ekspor meningkat 17,4 persen dibandingkan capaian ekspor Tuna-Cakalang-Tongkol pada Mei 2023.
“Pada data Mei 2024 kita melihat ada peningkatan yang sangat kuat pada ikan tuna dibandingkan dengan yang lain, ada sedikit penurunan pada udang secara year-on-year (tahun ke tahun),” kata Machmud dalam jumpa pers. bertajuk Mendorong Hulu dan Hilir Perikanan Tuna Indonesia. , Kantor KPK, Jakarta, Kamis (20 Juni 2024).
“Harga tuna naik 4,3 persen dan kuantitasnya naik 17,4 persen,” imbuhnya.
Diakuinya, perbedaan persentase tersebut disebabkan oleh turunnya harga tuna internasional. Jadi angka volumenya lebih tinggi dari angka pertumbuhan dari segi nilai.
Machmud mengatakan penurunan harga ini tidak hanya terbatas pada produk tuna saja. Namun, hal ini juga terjadi pada produk kelautan dan perikanan lainnya.
“Tren ini tercermin pada data harga perikanan global, dimana harga banyak komoditas termasuk udang, tuna, dan rumput laut sedikit turun,” ujarnya.
Menurut dia, penurunan harga tersebut disebabkan kenaikan biaya logistik. Sementara itu, pelaku usaha dan regulator di masing-masing negara masih menjaga harga eceran di tingkat konsumen.
“Mungkin karena situasi perekonomian saat ini dan biaya logistik yang terus meningkat, kami menjaga harga di tingkat konsumen, makanya kami turunkan harga,” ujarnya.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat nilai ekspor tuna Indonesia pada tahun 2023 mencapai USD 927,2 juta atau Rp 14,7 triliun. Melihat potensi tersebut, dipandang perlu untuk mengatur populasi tuna di perairan domestik.
Budi Sulistio, Direktur Jenderal Departemen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, mengatakan penangkapan ikan tuna harus dilakukan secara berkelanjutan. Dengan demikian, hasil tangkapannya bisa dimanfaatkan sekaligus menjaga populasi di lautan.
“Tuna merupakan salah satu sumber protein hewani terbaik sehingga harus berkelanjutan untuk dinikmati generasi sekarang dan masa depan,” kata Budi dalam keterangannya, Kamis (16/05/2024).
Ia mengatakan upaya utama menjaga kelestarian sumber daya tuna adalah menghindari eksploitasi dan praktik penangkapan ikan yang bertanggung jawab bagi nelayan dan perusahaan budidaya perikanan. Populasi tuna terus dipantau untuk menjaga kelestariannya.
Untuk memperkuat hal ini, pemerintah bekerja sama dengan Marine Stewardship Council (MSC) untuk memastikan keberlanjutan tuna dan mengurangi dampak penangkapan ikan tuna terhadap ekosistem laut. MSC adalah organisasi non-pemerintah yang fokus pada penemuan sumber daya tuna.
Indonesia sendiri merupakan produsen tuna terbesar di dunia, memproduksi sekitar 19,1 persen dari total pasokan tuna dunia. Jumlah produksi ini akan meningkat menjadi 1,5 juta ton pada tahun 2023.
Ekspor tuna Indonesia (termasuk tuna cakalang) bernilai USD 927,2 juta pada tahun 2023. Kontribusi ikan tuna Indonesia terhadap total nilai ekspor ikan Indonesia mencapai 16,47 persen. Produk ini diekspor ke berbagai negara antara lain Amerika, Italia, Jepang, Vietnam, Australia, Singapura, dll.
Artinya, konsumen global semakin sadar akan pentingnya produk tuna berkelanjutan. Dan kami menyampaikan kepada dunia bahwa produk tuna yang masuk ke pasar dari Indonesia menyadari prinsip tersebut, tegasnya.
Tidak hanya pemerintah, perusahaan juga harus menjaga populasi tuna di perairan Indonesia. Salah satunya Aruna berasal dari Indonesia.
Startup pemasaran ikan terintegrasi ini berfokus pada penangkapan ikan tuna berkelanjutan.
“Sejalan dengan komitmen Indonesia, Aruna selalu menerapkan praktik penangkapan ikan tuna yang bertanggung jawab untuk mendukung keberlanjutan populasi tuna dengan menyediakan produk tuna yang bersumber secara berkelanjutan,” kata Co-Founder dan Head of Sustainability Aruna Uttari Octaviani.
Di luar aspek komersial, konsumen produk tuna dapat terlibat dalam melindungi populasinya, kata Utari. Beberapa metode tersebut antara lain; Pertama, belilah produk tuna dari sumber yang berkelanjutan. Kedua, mengurangi konsumsi ikan tuna yang terancam punah. Ketiga, mendukung program konservasi tuna
“Dengan menerapkan praktik penangkapan ikan yang berkelanjutan, kita dapat menjamin tersedianya protein terbaik untuk generasi mendatang dengan tetap menjaga kesehatan dan keseimbangan ekosistem laut,” tutupnya.