0 0
Read Time:4 Minute, 0 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta Menteri Perindustrian (Manperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan beras analog sagu bisa menjadi bahan pangan pokok pengganti beras, apalagi saat terjadi kelangkaan.

Hal tersebut disampaikan Menperin karena Indonesia memiliki lahan sagu seluas 5,5 juta hektare dengan kapasitas produksi pati sagu sebanyak 34,3 juta ton. “Pemerintah saat ini berupaya memenuhi kebutuhan pangan dari sumber alternatif untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Sumber alternatif khususnya sagu banyak tersedia dan terdapat potensi untuk mengembangkan sagu sebagai sumber pangan alternatif karbohidrat utama,” ungkapnya. Menteri Perindustrian Dikutip dari Antara, Senin (25/3/2024).

Selain sebagai alternatif makanan pokok masyarakat, beras analog sagu dinilai menyehatkan karena kandungan pati resisten (tahan gores) yang tinggi serta indeks glikemik atau cepat atau lambatnya pencernaan unsur karbohidrat, kata Menteri Perindustrian. Makanan menurunkan kadar gula darah dalam tubuh. Jadi menurutnya hal ini baik untuk mencegah diabetes.

Menperin menambahkan, pihaknya akan selalu berkoordinasi dengan Kementerian dan Lembaga (K/L) terkait untuk memenuhi kebutuhan pasokan bahan baku.

“Jadi kalau industri sabun sudah siap, sekarang kita harus siapkan lagi pasokan di hulu, pasokan bahan sabun,” ujarnya. Produsen penyegelan

Sebelumnya pada Jumat (8/3), Direktur Jenderal Industri Pertanian Kementerian Perindustrian Putu Julie Adika mengatakan pihaknya menggandeng beberapa industri besar produsen tepung sagu nasional pada tahun lalu untuk meningkatkan pemanfaatan produk tersebut. .

“Pemanfaatan produksi industri tepung sagu nasional masih sangat rendah yakni kurang dari 30 persen. Hal ini disebabkan industri masih terbatas dalam mendapatkan bahan baku hewani,” ujarnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan pemerintah bekerja sama dengan industri tepung sabun untuk mengembangkan model bisnis industri dengan menggunakan bahan baku sabun basah produksi UMKM.

Pemanfaatan sabun basah oleh UMKM mampu memperlambat proses oksidasi sehingga memperluas jangkauan bahan baku industri dan dapat memberikan nilai tambah bagi petani biji sabun.

Sebelumnya, harga banyak bahan pangan naik pada awal pekan ini. Harga buncis juga meningkat signifikan.

Hingga Senin (25/3/2024) pukul 11.38 WIB, Rp510 hingga Rp510 per kilogram, berdasarkan harga rata-rata nasional, mengutip data panelharga.badanpangan.go.id naik menjadi 34.260.

Selain bawang merah, harga beras premium juga mengalami kenaikan. Harga beras premium naik 0,37 atau Rp60 menjadi Rp16.410. Harga beras premium ini lebih tinggi dibandingkan harga eceran tertinggi (HET) satu kilo beras premium sebesar Rp 14.900 hingga April 2024.

Antara mengutip, di Pulau Jawa, Lampang, dan Sumsel, HET beras premium diberlakukan dari sebelumnya Rp 13.900 per kilogram menjadi Rp 14.900 per kilogram.

Sementara itu, harga beras moderat turun. Rata-rata harga beras mengalami kenaikan sebesar 0,21 persen atau Rp30 menjadi Rp14.180.

Tak hanya beras dan bawang bombay, harga telur ayam juga mengalami kenaikan sebesar 0,76 persen atau Rp240 menjadi Rp31.940. Begitu pula dengan harga minyak goreng kemasan polos. Harga minyak goreng kemasan reguler naik 0,73 persen atau Rp130 ​​menjadi Rp17.910 per liter.

Selain itu, bahan pangan lain yang harganya turun adalah cabai merah polong dan cabai merah. Cabai merah keriting turun 1,45 persen atau Rp660 menjadi Rp44.730 per kg. Kari merah turun 2,52 persen atau Rp1.240 menjadi Rp47.950 per kg.

Sedangkan ikan bandeng turun 0,33 persen atau Rp110 menjadi Rp33.350 per kilogram dan garam halus beryodium turun 0,09 persen atau Rp10 menjadi Rp11.620 per kilogram.

Daftar Harga Makanan Hari Ini:

Berikut daftar rata-rata harga pangan nasional yang dilansir Panel Harga Badan Pangan Nasional: Beras premium Rp 16.410 per kg Beras medium Rp 14.180 kg Bawang putih curah Rp 41.780 per kg Bawang merah Rp 34.260 per kg Rp 40, Rp 40 per kg Rp 44.950 Kedelai kering Rp 13.310 per kg Daging sapi murni Rp 135.490 per kg Ayam ras Rp 37.630 per kg Telur ayam ras Rp 31.940 per kg 10 g, Rp 70 g Gandum per liter Minyak goreng curah Rp 15.820 Tepung (bulk) Rp 10.670 kg Tepung terigu kemasan ( non-curah) 13.520 kg.

Perum Blog sebelumnya memberitakan Ombudsman RI sempat meragukan penyebab harga beras masih tinggi meski sudah ada distribusi Stabilisasi Harga dan Pasokan Pangan (SPHP) beras. Salah satunya dugaan penyalahgunaan beras SPHP yang dikemas ulang menjadi beras komersil dan dijual di atas harga yang diumumkan.

Padahal, ketentuan harga beras SPHP kemasan 5 kg memiliki acuan yang berbeda dengan harga eceran tertinggi (HET) beras premium yang naik Rp 1.000 per kg. Rinciannya, Rp10.900 per kilo untuk Zona 1, Rp11.500 untuk Zona 2, dan Rp11.800 untuk Zona 3.

Menyikapi situasi tersebut, Kepala Badan Pangan Nasional (BAPNAS) Arif Prasetyo Adi memastikan beras SPHP akan tetap diperkenalkan ke pasar bersamaan dengan HET beras sentral sesuai zonasi. “Kalau beras SPHP bukan Rp 13.900 per kilogram, tapi Rp 10.900.

Jika masyarakat melihat ada kejanggalan, Arif meminta masyarakat segera melaporkannya ke pihak terkait. “Teman-teman Satgas Pangan Polri selanjutnya akan mengontrol lapangan dan membantu kita bersama,” ujarnya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D