0 0
Read Time:3 Minute, 3 Second

dianrakyat.co.id, JAKARTA – Mengubah cara berpikir (rethinking) menjadi solusi kekerasan seksual. Hal ini bisa dimulai dengan pemahaman bahwa laki-laki dan perempuan adalah setara. Perempuan bukanlah penyebab fitnah. dan perubahan paradigma Menyalahkan korban karena membantu korban.

“Setelah refleksi, kita perlu melaksanakan proyek program baru yang memperkuat kebijakan untuk mendukung SDGs untuk mengakhiri kekerasan berbasis gender (GBV), untuk menciptakan program dan kegiatan yang bertujuan mencegah GBV.” Komite Nasional untuk Perempuan (COMNAS) Profesor Alimatul Kibtia ungkapnya dalam keterangan tertulis saat mengikuti seminar internasional di Aula Kasman Singodimejo FISIP Universitas Muhammadiyah (UMJ). Pada hari Jumat tanggal 5 Maret 2024

“Selanjutnya, kita harus memperkuat partisipasi seluruh pihak yang terlibat. Termasuk tokoh agama Terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kebijakan, program dan kegiatan yang berkaitan dengan kesetaraan dan keadilan gender. serta pemenuhan hak reproduksi dan seksual. untuk bekerja sama menegakkan hukum yang bertujuan untuk memenuhi hak-hak perempuan,” tambah Alimatul.

Presiden UMJ Profesor Dr. Ma’mun Murod mengatakan lokakarya mengenai kebijakan dan praktik kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dan Australia memiliki agenda positif. Karena dapat memberikan perbandingan dan kajian antara kebijakan dan praktik terkait kekerasan dalam rumah tangga di dua negara. Menurutnya, salah satu permasalahan kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia disebabkan lemahnya penegakan hukum. Ini bukan hanya faktor ekonomi dan politik.

“Kekerasan dalam rumah tangga juga dikaitkan dengan rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia. Perempuan menempati posisi serius dan tinggi. Jadi ketika ada kekerasan dalam rumah tangga. Perempuan seringkali menjadi korban kaum dominan. Padahal kita tahu ada laki-laki yang menjadi korban. “Persentasenya lebih sedikit,” kata Ma’mun.

Prof Dr Avi Satispi, Dekan FISIP UMJ, mengatakan kekerasan dalam rumah tangga bisa terjadi pada siapa saja. khususnya perempuan dan anak-anak

“Saya berharap para peserta bisa belajar lebih banyak tentang kekerasan dalam rumah tangga. dan kesadaran lingkungan Karena Australia adalah negara tetangga Indonesia. Negara ini memiliki standar dan pedoman yang tinggi untuk kekerasan dalam rumah tangga,” katanya.

Bapak Woro Srihasthuti Tulisayaningram, Deputi Koordinator Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan dan Pemuda, Koordinasi BPM Republik Indonesia dan Kementerian Kebudayaan, menjelaskan Kebijakan dan Rencana Aksi Nasional untuk Mengakhiri Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak. Mempercepat pengurangan kekerasan, katanya, adalah pendekatan Pentahelix, yang berarti para aktor sudah mempunyai peran masing-masing, seperti pemerintah, media, akademisi, dunia usaha, dan masyarakat.

“Tantangannya adalah melindungi korban, sehingga kita bisa berupaya mempercepat regulasi dan mengoordinasikan kerja sama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah,” jelas Vuro.

Profesor Patrick O’Leary (Profesor, School of Health Sciences and Social Work, Griffith University) Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Australia: Sebuah Tinjauan menjelaskan bahwa kekerasan dalam rumah tangga merupakan masalah sosial yang signifikan dan serius di Australia. Hal ini mencakup tingkat kekerasan dan dampaknya terhadap anak.

Lalu bagaimana menyikapi kekerasan dalam rumah tangga dengan kebijakan, hukum, praktik, masyarakat, dan penelitian.

Menurut Patrick, angka kekerasan dalam rumah tangga bisa dikurangi dengan langkah-langkah preventif yang bisa dilakukan pelaku. Hal ini dapat dilakukan melalui intervensi inovatif dan berbasis nilai. Tapi itu ditentukan oleh bukti. hukuman hukum Inisiatif masyarakat Respon masyarakat untuk menciptakan norma-norma sosial Peran pengawas Pemerintah daerah Organisasi dan bisnis serta penggunaan teknologi Ini adalah alat untuk intervensi dan pencegahan.

Profesor Donna McAuliffe (Profesor Pekerjaan Sosial dan Pemimpin Akademik Ilmu Kesehatan di Universitas Griffith) berbicara tentang kekerasan dalam rumah tangga. Pendidikan Etika dan Pekerjaan Sosial: Refleksi Menurutnya, mahasiswa harus berpikiran terbuka. dan dapat berdampak positif terhadap kekerasan dalam rumah tangga di lingkungan sekitar. Karena siswa jujur ​​dan mempunyai tekad yang kuat. dan pemahaman yang kuat tentang keadilan sosial dalam membantu orang lain dan korban

Dr Amy Young (Peneliti Beacon, Griffith University) Kekerasan Keluarga: Intervensi bagi Pelaku dan Dampaknya terhadap Anak. Dia mengatakan penting bagi layanan tersebut untuk memiliki respons komprehensif dalam memerangi kekerasan dalam rumah tangga. Aplikasi mana yang bisa membantu, seperti aplikasi Be Be.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D