JAKARTA – Gen Z disebut-sebut sebagai generasi yang paling tidak kuat otaknya di dunia kerja. Hal ini bermula dari keluh kesah beberapa netizen di media sosial yang mengatakan bahwa Gen Z sering berpindah-pindah tempat kerja karena tidak bisa mengikuti perkembangan tempat.
Persoalan ini rupanya mendapat perhatian khusus dari Direktur Jenderal Pusat Kesehatan Jiwa Nasional RS Marzouki Mahdi, Dr. Nova Rianti Yusuf, SPG. Menurutnya, ada beberapa faktor yang membuat Gen Z lebih rentan mengalami gangguan kesehatan mental.
Padahal, jika dirunut lebih jauh, Gen Z lah yang paling vokal soal gaya kerja seimbang atau yang lebih dikenal dengan istilah work-life balance.
“Gen Z pada dasarnya adalah digital nets atau generasi yang tumbuh di era digital,” kata Dr. Nova pada Sound Healing Ceremony di Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jakarta, Rabu (24/7/2021). 2024).
“Dampak negatifnya adalah mereka sering kesulitan membedakan dunia nyata dengan dunia maya,” lanjutnya.
Meski demikian, Dr Nova menjelaskan, perilaku generasi Z justru memberikan dampak yang lebih positif dibandingkan generasi sebelumnya.
Dimana mereka lebih sadar akan pentingnya kesehatan mental yang masih dianggap tabu oleh banyak orang. Selain itu, Gen Z mempunyai cara berpikir yang cepat, meski terkadang terlalu berlebihan dan tidak sesuai dengan situasi dan situasi.
“Mereka adalah generasi yang paling tahu pentingnya kesehatan logam. Mereka ingin mencari pertolongan. Yang penting tidak ada self diagnosis, ini yang selalu kita inginkan,” jelasnya.
“Jangan menyalahkan diri sendiri karena itu tidak benar.” Tapi kesehatan mental ada baiknya untuk diketahui,” ujarnya.