JAKARTA – Pemerintah terus mewaspadai risiko yang akan dihadapi Indonesia jika Amerika Serikat (AS) mundur. Kepala Badan Kebijakan Moneter Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu), Febrio Kacaribu mengatakan, langkah yang diharapkan telah diambil pemerintah selama ini karena kekacauan yang terjadi di AS memang sudah seharusnya terjadi.
“Ini benar-benar mengharukan, jadi kita tunggu dulu, tapi tentunya akan terus kita pantau dengan ketat karena kita harus mengantisipasi terjadinya kekacauan,” jelasnya saat ditemui di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (6/8/2021). 2024).
Febrio mengakui, kondisi perekonomian AS saat ini berada di bawah ekspektasi pemerintah Indonesia. Salah satunya berkaitan dengan tingkat pengangguran yang lebih tinggi dari perkiraan.
Kemudian kebijakan suku bunga mereka, yang menurut pasar sebenarnya harus dipangkas terlebih dahulu, bahkan di awal tahun. Namun dari Indonesia, kami melihat dinamika suku bunga dan ekspektasinya sudah berubah sejak awal tahun, jelasnya.
Ia juga menjelaskan, pemerintah sejak awal memperkirakan Bank Sentral AS, The Fed, akan memangkas suku bunga acuannya sebanyak tiga kali. Namun, ternyata keadaan berubah dalam waktu satu tahun atau beberapa bulan kemudian.
“Sekarang, dengan data terbaru, kemungkinan besar kita akan melihat kesepakatan mengenai pengurangan lebih lanjut,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Airlangga Hartarto juga mewaspadai perlambatan ekonomi AS yang akan mengakibatkan arus modal keluar dari pasar dalam negeri atau larinya masyarakat Indonesia ke AS. Karena hal ini akan menyebabkan tingkat suku bunga internal menjadi lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi.
Namun kita tahu bahwa kita harus memastikan tidak terjadi pelarian modal karena perbedaan suku bunga Indonesia dan negara lain, termasuk dolar AS, kata Airlangga.
Oleh karena itu, Airlangga berharap suku bunga Bank Sentral atau The Fed bisa diturunkan pada kuartal IV 2024. “Oleh karena itu, kalau kita lihat suku bunga kita dibandingkan inflasi, kesenjangannya sangat tinggi,” kata Airlangga. .