0 0
Read Time:1 Minute, 54 Second

dianrakyat.co.id Techno – Jika kita ingin hidup di dunia modern, kita tidak bisa lepas dari ketergantungan terhadap luar angkasa. Satelit yang mengorbit di atas kita memberikan layanan telekomunikasi, penentuan posisi yang tepat, dan menjaga kita tetap aman dengan prakiraan cuaca dan berbagai analisis lainnya, mulai dari pemantauan kebakaran hutan, banjir, es, dan polusi yang dilepaskan ke atmosfer. Namun, jumlah satelit telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dan hal ini telah mengubah lingkungan orbit. Pada pertengahan Juni 2024, terdapat 11.780 satelit yang mengorbit planet kita menurut Kantor Urusan Luar Angkasa Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNOOSA). Sebagian besar satelit ini beroperasi dan berada di orbit rendah Bumi (LEO), seperti dilansir IFL Science orbit. juga dikenal sebagai Orbit Geosynchronous (GEO), terletak di ketinggian 35.786 km di atas ekuator bumi, diperlukan agar Bumi dapat berotasi. Saat ini terdapat 552 satelit di GEO yang menyediakan satelit ramalan cuaca secara permanen. Orbit pusat bumi adalah ruang yang lebarnya dari ketinggian 2.000 km, merupakan lokasi utama sistem navigasi satelit (GPS), GLONASS dan BeiDou di orbit ini. Saat ini terdapat 8.110 satelit di LEO dan 6.050 di antaranya berasal dari Mega Starlink SpaceX. Proyek yang dilakukan oleh perusahaan Elon Musk ini bertujuan untuk menggandakan jumlah satelitnya saat ini menjadi sekitar 12.000, dan selanjutnya dapat diperluas menjadi 34.400 satelit. Salah satu kekhawatiran utama adalah bagaimana hal ini akan mengubah langit malam, baik dari segi astronomi maupun polusi cahaya, bahkan di area tanpa cahaya buatan. Luar angkasa sangatlah luas, namun jalur yang menarik dan berharga hanyalah sebagian kecil, satelit harus menyesuaikan jalurnya dari waktu ke waktu, dan semua pergerakan ini menyebabkan beberapa di antaranya bertabrakan. Namun apa jadinya jika satelit-satelit tersebut tidak berfungsi lagi, ada sekitar 3.000 objek yang orbitnya akan terus berubah tetapi tidak dapat dikendalikan? Konflik di luar angkasa bisa menjadi pertanda buruk. Tabrakan menimbulkan tabrakan hanya karena sepotong puing luar angkasa terurai menjadi kumpulan puing luar angkasa. Para ilmuwan khawatir kita mungkin mengalami sindrom Kessler, di mana jumlah tabrakan dan jumlah sampah luar angkasa meningkat pesat. Situasi ini dapat membuat seluruh wilayah di bumi berbahaya untuk dilalui. Tangerang atur jalur truk sampah di TPA Rawa Cat, warga: lancar dan bersih Antrean truk yang biasa melintas dari pagi hingga sore setiap hari sudah tak terlihat lagi. dianrakyat.co.id.co.id 18 Oktober 2024

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D