dianrakyat.co.id, Jakarta – Hari Perawat Internasional jatuh setiap tanggal 12 Mei atau hari ini. Hari Perawat Internasional 2024 adalah saat yang tepat untuk mengingat apa yang dilakukan perawat untuk menyelamatkan negara.
Dunia keperawatan tidak lepas dari sosok Florence Nightingale yang juga dikenal dengan sebutan Lady With the Lamp. Tanggal 12 Mei disebut Hari Perawat Internasional karena bertepatan dengan hari ulang tahun Florence.
Dia adalah seorang perawat Inggris, aktivis sosial, dan ahli matematika yang paling dikenal sebagai pendiri keperawatan modern.
Pengalamannya sebagai perawat selama Perang Krimea (Rusia Utsmaniyah dan sekutu Prancis) menjadi dasar gagasannya tentang kebersihan.
Ia mendirikan rumah sakit St. Thomas dan Nightingale School of Nursing pada tahun 1860. Upayanya untuk mereformasi layanan kesehatan sangat mempengaruhi kualitas layanan di abad ke-19 dan ke-20.
Menurut History.com, Florence Nightingale lahir pada 12 Mei 1820, di Florence, Italia dari pasangan Frances Nightingale dan William Shore Nightingale. Dia adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Keluarga Nightingale yang kaya di Inggris berasal dari kelas sosial atas.
Ibunya, Frances, berasal dari keluarga bisnis dan sangat bangga berada bersama sekelompok orang berpengaruh. Meski ibunya gemar banyak berkumpul, Florence Nightingale sendiri disebut-sebut tidak senang dengan lingkungan sosial yang ramai. Dia suka menjauh jika memungkinkan.
Saat itu, ayah Florence adalah William Shore Nightingale, seorang pemilik tanah kaya yang memiliki dua perkebunan di Lea Hurst, Derbyshire, dan Embley Park, Hampshire.
Florence dibesarkan di sebuah rumah keluarga di Lea Hurst, tempat ayahnya memberinya pendidikan klasik, termasuk belajar bahasa Jerman, Prancis, dan Italia.
Sejak usia muda, Florence Nightingale telah aktif dalam kegiatan amal, melayani orang sakit dan miskin di desa-desa dekat taman keluarganya. Pada usia 16 tahun, dia menyadari bahwa keperawatan adalah panggilan hidupnya. Ia percaya bahwa itulah tujuan hidupnya.
Namun, ketika Florence memberi tahu orangtuanya tentang keinginannya menjadi perawat, mereka tidak senang.
Faktanya, orang tuanya melarang dia bekerja sebagai tukang kayu. Di era Victoria, seorang wanita di Florence adalah seorang sosialita yang bercita-cita menikah dengan pria kaya daripada mengambil pekerjaan yang dianggap rendahan oleh kelas sosial atas.
Pada usia 17 tahun, dia menolak lamaran pernikahan dari pria kaya, Richard Monckton Milnes. Hal ini didasarkan pada tekadnya untuk mengikuti panggilannya sebagai perawat meskipun orang tuanya tidak menyetujuinya.
Kecakapan intelektualnya memberi Florence keberanian untuk mendaftar sebagai mahasiswa perawat di Rumah Sakit Lutheran Pastor Fliedner di Kaiserwerth, Jerman pada tahun 1844.
Pada awal tahun 1850-an, Florence kembali ke London dan bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit Penyandang Cacat Middlesex.
Pekerjaan yang dia lakukan di sana sangat mengesankan majikannya sehingga mereka mempromosikannya menjadi supervisor setahun setelah dia lulus.
Situasi ini menjadi sangat menantang ketika Florence diserang oleh wabah penyakit dan kondisi yang buruk memungkinkan penyakit tersebut menyebar.
Misi Florence adalah memperbaiki kondisi sanitasi, yang menghasilkan penurunan angka kematian di rumah sakit secara signifikan. Sayangnya, kerja keras tersebut berdampak buruk pada kesehatannya. Dia baru saja pulih ketika tantangan terbesar terhadap profesi perawat muncul, dengan pecahnya Perang Krimea pada tahun 1853.
Pada akhir tahun 1854, Florence menerima surat dari Menteri Perang Sidney Herbert, yang memintanya untuk mengorganisir korps perawat untuk merawat tentara yang sakit dan menaklukkan Krimea.
Florence berdiri dan menjawab panggilannya. Dia segera mengumpulkan 34 perawat dari berbagai kelompok agama dan melakukan perjalanan bersama mereka ke Krimea beberapa hari kemudian. Selama perang, ia menjadi pilar perawatan para prajurit dan berhasil mencapai keunggulan yang menjadi pendiri keperawatan modern.