dianrakyat.co.id, Jakarta Ekonom senior Faysal Basri mengkritisi rencana pembuatan kantor keluarga yang diajukan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Ia melihat efektivitas rencana ini di Indonesia.
Dia mengatakan harapan agar uang keluarga kaya bisa bermanfaat bagi Indonesia tidak bisa terwujud. Menurutnya, sistem kantor keluarga sudah tidak relevan di Indonesia. “Penghasilannya (orang super kaya) pun tidak kena pajak, biasanya begitu. kata Faisal saat ditemui di Jakarta, Kamis (4/7/2024).
“Jadi ditanya apa tujuannya menambah cadangan devisa, bukan, bukan menambah cadangan devisa, artinya hari ini dia bawa uang, besok bisa transfer ke mana saja, kapan saja, kan, saya tidak mengerti.” lanjutnya.
Ia mengatakan, tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini adalah sektor pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan penurunan industri. Faisal tidak mendapat manfaat dari kantor keluarga
“Mereka tidak membangun pabrik dan datang ke sini, ekonomi hanya bisa digunakan untuk mencuci uang, itu saja, itu kerja ekstra,” ujarnya. Tujuan Kantor Keluarga
Faisal kembali mempertanyakan tujuan kantor keluarga di Indonesia. Jika ingin membimbing orang kaya agar berhemat, dia melihat ada opsi lain yang bisa jadi pilihan.
“Kembali, apa gunanya? Kalau kita tahu tujuannya apa, kita bisa memperkirakan apakah bisa tercapai atau tidak, saya tidak melihatnya, kecuali tujuannya untuk mendatangkan uang. , sekarang disebut investor.
Sebelumnya diberitakan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengusulkan pembentukan Economic Management Center (WMC) milik Presiden Jokowi (Jokowi) untuk menarik dana kantor keluarga di luar negeri.
Berdasarkan data The Wealth Report, Menko Luhut mengatakan jumlah orang kaya di Asia diperkirakan akan tumbuh sebesar 38,3 persen pada periode 2023-2028. Peningkatan jumlah aset keuangan global yang diinvestasikan di luar negara asalnya juga diperkirakan akan terus meningkat.
“Ketika saya keluar dari tren ini, saya melihat Indonesia sebagai peluang untuk menarik uang ke kantor keluarga dunia,” ujarnya di akun Instagram resmi @luhut.pandjaitan, Senin (1/7/2024).
Berdasarkan perhitungan terakhir, tambahnya, ada sekitar $11,7 miliar dana yang dikelola oleh kantor keluarga di seluruh dunia. Menurutnya, kantor keluarga merupakan upaya menarik kekayaan negara lain untuk menumbuhkan perekonomian nasional.
“Memiliki kantor keluarga tidak hanya meningkatkan perputaran modal dalam negeri, tetapi juga memberikan kemampuan untuk meningkatkan produk domestik bruto dan lapangan kerja melalui investasi dan konsumsi dalam negeri,” kata Luhut.
Saat ini terdapat beberapa negara di dunia yang menampung aset-aset ini. Dua di antaranya berasal dari Asia, yakni Singapura dengan 1.500 kantor keluarga, dan Hong Kong dengan 1.400 kantor keluarga.
Meski demikian, Luhut menilai perkembangan kondisi geopolitik Hong Kong terkini dan perubahan regulasi investasi Singapura telah meningkatkan risiko dan ketidakpastian investor.
“Hal inilah yang memungkinkan Indonesia memanfaatkan peluang menjadi alternatif dengan membangun Wealth Management Center, karena kondisi pertumbuhan ekonomi sangat kuat, kondisi politik juga stabil dan arah geografis kita moderat”, tegasnya.