dianrakyat.co.id, Jakarta – Pentingnya memahami dampak vaksin booster di tengah upaya pemerintah menggalakkan program vaksinasi dosis ketiga. Vaksin booster merupakan dosis tambahan yang diberikan setelah vaksinasi primer untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap Covid-19.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberikan izin penggunaan darurat untuk lima jenis vaksin booster di Indonesia, yakni Pfizer, Moderna, Sinovac, AstraZeneca, dan Zifivex.
Efek vaksin booster umumnya serupa dengan efek vaksinasi dosis pertama dan kedua, namun intensitasnya mungkin berbeda-beda. Beberapa efek samping yang umum termasuk nyeri di tempat suntikan, kelelahan, sakit kepala, dan demam ringan. Meski jarang terjadi, efek samping yang lebih serius, seperti reaksi alergi parah, tetap harus dipertimbangkan.
Untuk mengimbangi efek ringan dari suntikan booster, Anda disarankan untuk banyak istirahat, banyak minum air putih, dan mengonsumsi obat pereda nyeri jika diperlukan. Jika terjadi gejala yang lebih parah atau berkepanjangan, penerima vaksin disarankan untuk segera menghubungi petugas kesehatan terdekat.
Pemahaman yang lebih baik mengenai efek vaksin booster dapat membantu masyarakat lebih siap menghadapi proses vaksinasi dosis ketiga.
Berikut dianrakyat.co.id pada Rabu (7/8/2024) mengulas penjelasan lengkap mengenai efek samping suntikan booster.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, pemerintah Indonesia terus menggalakkan program vaksinasi booster atau dosis ketiga di masyarakat. Vaksin booster ini dapat diterima secara gratis oleh seluruh masyarakat, sebagai vaksinasi primer (dosis 1 dan 2).
Tujuan utama pemberian vaksin booster adalah untuk meningkatkan dan meningkatkan pertahanan tubuh terhadap virus COVID-19, terutama dengan munculnya varian baru.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) telah memberikan izin penggunaan darurat (EUA) untuk lima jenis vaksin sebagai vaksin booster. Berdasarkan laman resmi BPOM, kelima vaksin tersebut adalah Sinovac atau CoronaVac dari PT Bio Pharma, Komirnati dari Pfizer, AstraZeneca (Vaxzeveria dan Koconevac), Moderna dan Zifivex.
Masing-masing vaksin tersebut telah melalui proses evaluasi yang ketat untuk memastikan keamanan dan kemanjurannya sebagai vaksin booster. Efek dari kelima jenis vaksin booster ini telah dipelajari dalam uji klinis dan pengawasan pasca pemasaran.
Persetujuan ini mencakup penggunaan homolog (vaksin booster sama dengan vaksin primer) dan heterolog (vaksin booster berbeda dengan vaksin primer). Keputusan ini diambil setelah evaluasi menyeluruh terhadap data keamanan dan kemanjuran setiap vaksin.
Efek dari vaksin booster yang diamati selama proses evaluasi menunjukkan profil keamanan yang dapat diterima dan peningkatan respons imun yang signifikan.
Menurut laporan BPOM, efek samping vaksin booster Sinovac antara lain: Reaksi lokal atau nyeri di tempat suntikan, biasanya derajat satu dan dua.
Efek samping ini biasanya ringan dan hilang dalam beberapa hari. Nyeri pada bekas suntikan merupakan reaksi umum yang menandakan sistem imun tubuh sedang bekerja. 2. Efek vaksin Pfizer Booster
Berdasarkan data yang dikeluarkan BPOM, efek samping vaksin booster Pfizer antara lain: nyeri di tempat suntikan nyeri otot nyeri sendi demam
Efek samping ini biasanya ringan sampai sedang dan berumur pendek. Demam biasanya hilang dalam 1-2 hari, sedangkan nyeri otot dan sendi bisa berlangsung beberapa hari lebih lama. 3. Efek vaksin booster AstraZeneca
Menurut informasi BPOM, efek samping vaksin booster AstraZeneca antara lain: nyeri di tempat suntikan ruam gatal bengkak sakit kepala menggigil atau demam kelelahan
Efek samping ini biasanya ringan hingga sedang dan hilang dalam beberapa hari. Sakit kepala dan rasa lelah biasanya berlangsung 1-2 hari, sedangkan nyeri di bekas suntikan bisa bertahan hingga seminggu. 4. Pengaruh vaksin booster modern
Berdasarkan data yang disampaikan BPOM, efek samping vaksin booster Moderna antara lain rasa lemas, sakit kepala, atau mual disertai demam
Efek samping ini biasanya ringan dan berumur pendek. Rasa lemas dan sakit kepala biasanya hilang dalam 1-2 hari, sedangkan demam jarang berlangsung lebih dari 24 jam.
Menurut laporan BPOM, efek samping vaksin booster Zifivax antara lain: nyeri di tempat suntikan, nyeri otot, atau sakit kepala mialgia, rasa lelah, demam, mual, diare (tingkat 1 dan 2), mual.
Efek samping ini biasanya ringan hingga sedang. Nyeri dan kelelahan di tempat suntikan biasanya hilang dalam beberapa hari, sedangkan gejala gastrointestinal seperti mual dan diare jarang bertahan lebih dari 24 jam.
Penting untuk diingat bahwa efek vaksin booster mungkin berbeda-beda pada setiap individu. Kebanyakan orang mengalami efek samping ringan yang hilang dalam beberapa hari. Namun, jika efek samping terus berlanjut atau memburuk, disarankan untuk segera menghubungi ahli kesehatan.
Berdasarkan penilaian BPOM, frekuensi, jenis, dan tingkat keparahan efek samping (AE) yang dilaporkan setelah pemberian dosis booster umumnya ringan dan sedang.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun efek vaksin booster mungkin tidak menyenangkan, vaksin-vaksin ini secara umum aman dan manfaatnya dalam melindungi terhadap Covid-19 lebih besar daripada risiko efek samping jangka pendeknya.