0 0
Read Time:3 Minute, 12 Second

dianrakyat.co.id, JAKARTA – Dosen Departemen Pulmonologi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI), Dr. Aditya Wirawan, Ph.D., Sp.P. mengatakan bahwa vaping tidak boleh dianggap lebih aman dibandingkan rokok biasa. Kedua jenis rokok tersebut masih mengandung bahan beracun yang dapat membahayakan tubuh.

“Deskripsi bahwa vaping lebih aman dibandingkan rokok biasa merupakan hal yang cukup umum,” kata Dr. Aditya Wirawan, Ph.D., Sp.P dalam keterangannya, Sabtu (02/06/2024).

Salah satunya adalah vaping tidak melibatkan proses pembakaran, sehingga banyak yang berasumsi bahwa vaping lebih aman dibandingkan rokok biasa. Namun, Dr Aditya menekankan bahwa penting untuk melihat bukti ilmiah yang ada untuk memahami seberapa benar klaim tersebut.

Ia menjelaskan, perbedaan utama antara vape dan rokok biasa terletak pada komposisi kimia dan proses pembakarannya. Beberapa zat beracun pada rokok biasa tidak ditemukan pada uapnya, dan beberapa zat beracun pada uap tidak ditemukan pada rokok biasa.

“Tetapi hal itu tidak membuat vaping aman. Para peneliti masih mempelajari lebih lanjut tentang dampak vaping terhadap kesehatan dalam jangka pendek dan jangka panjang,” kata dr Aditya yang juga merupakan dokter spesialis paru di RSUI.

Lebih lanjut Dr Aditya mengatakan, penggunaan rokok elektrik atau e-rokok dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, antara lain iritasi saluran pernapasan, bronkitis akut, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan rokok elektrik atau cedera paru terkait vaping (EVALI).

“Waktu yang dibutuhkan seseorang untuk merasakan efek vaping bisa berbeda-beda tergantung beberapa faktor, seperti sensitivitas individu terhadap nikotin dan seberapa banyak yang dihirupnya,” kata dr Aditya.

 

Beberapa efek mungkin akan terasa jika uapnya dihirup dengan cepat, terutama jika uap tersebut mengandung nikotin. Efek ini dapat terjadi dalam hitungan detik atau menit setelah terhirup.

Beberapa efek yang mungkin dirasakan adalah peningkatan energi, ketenangan atau sensasi nikotin lainnya tergantung pada sensitivitas dan toleransi individu terhadap nikotin. Selain pengguna, orang sekitar yang menghirup uap atau biasa disebut second hand vapor juga terkena dampaknya.

Paparan asap rokok tidak sama dengan paparan asap rokok biasa. Menurut Action on Smoking and Health (ASH), sebagian besar zat berbahaya dalam asap rokok biasa tidak terdapat dalam uapnya, dan jika ada, zat tersebut terdapat dalam jumlah yang jauh lebih kecil (

Meskipun dampaknya mungkin berbeda dengan asap rokok biasa, aerosol yang menguap tetap menimbulkan risiko kesehatan. Dampak dari asap uap antara lain iritasi saluran pernapasan, bronkitis, sesak napas, eksaserbasi asma, dan lain-lain. masalah, terutama pada anak-anak dan orang yang sudah memiliki gangguan kesehatan pernafasan, kata dr Aditya.

Pada saat yang sama, pengaruh uap tidak hanya mempengaruhi seseorang, tetapi juga lingkungan. Dr. Aditya mengatakan uap dan limbahnya mengandung nikotin dalam kadar tinggi dan bahan kimia beracun lainnya yang dapat menjadi sumber pencemaran lingkungan.

Vaping dapat meningkatkan jumlah nikotin dan partikel halus (PM2.5) di udara dalam ruangan, meski lebih sedikit dibandingkan rokok biasa. Selain itu, uapnya juga mengandung senyawa organik yang mudah menguap dan logam yang dapat menyebabkan pencemaran udara dalam ruangan.

“Meski belum banyak penelitian yang secara khusus mengamati dampak vaping pada tanaman, beberapa bahan kimia dalam vaping, seperti logam berat dan senyawa organik yang mudah menguap, dapat membahayakan tanaman jika terakumulasi dalam konsentrasi tinggi.” dalam vaping beracun bagi banyak hewan dan dapat menyebabkan keracunan jika terhirup dalam jumlah banyak dalam jangka waktu lama atau jika e-liquid vape tertelan,” kata dr Aditya.

Kekhawatiran lainnya adalah peningkatan jumlah pengguna vaping dalam beberapa tahun terakhir, yang menyebabkan peningkatan pelaporan penyakit paru-paru terkait vaping, atau EVALI.

Dr Aditya, hal ini bisa menimbulkan masalah kesehatan masyarakat baru. Meski vape mengandung bahan yang berbeda, namun hal ini tidak menjadi alasan untuk menjadi alternatif pengganti rokok biasa, karena sama-sama mengandung nikotin, karsinogen, dan bahan beracun lainnya.

Jadi merupakan tanggung jawab masyarakat secara keseluruhan untuk memahami dan menyebarkan pesan bahwa vaping tidak boleh dianggap lebih aman dibandingkan rokok biasa.

“Potensi risikonya masih ada, dan penelitian masih terus dilakukan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan rokok elektrik dengan kerusakan paru-paru atau masalah kesehatan lainnya,” kata dr Aditya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D