0
0
JAKARTA – Banyak orang terkaya di Prancis diperkirakan akan meninggalkan negaranya di tengah kekhawatiran mengenai ketidakstabilan politik dan prospek pajak yang lebih tinggi. Hal itu terjadi setelah liga dari kubu sayap kiri Prancis memenangkan mayoritas pertemuan dewan dalam pemilu Minggu (7/7), mengalahkan perkembangan sayap kanan.
Namun, kelompok sayap kiri masih belum berhasil meraih suara mayoritas. Peristiwa ini berarti bahwa Perancis, yang merupakan pilar Uni Eropa dan tuan rumah Olimpiade musim panas mendatang, kemungkinan besar akan menghadapi konferensi gantung dan kelumpuhan politik.
Beberapa manajer kekayaan, seperti dilansir Bloomberg, mengatakan banyak kliennya yang takut dan mulai mentransfer modal ke luar negeri. Faktanya, beberapa miliarder sedang mempertimbangkan untuk memulai penggusuran.
Sebagian besar orang super kaya di Prancis khawatir, jika kelompok sayap kanan maupun sayap kiri tidak memenangkan pemilu langsung, maka tuntutan seperti pajak yang lebih tinggi akan menjadi solusi yang tepat.
“Kami memiliki pelanggan baru seperti direktur perusahaan yang menanyakan apa yang dapat mereka lakukan untuk melindungi diri mereka sendiri. Setelah Brexit, banyak pemilik bisnis datang ke Prancis, namun orang-orang yang berpenghasilan tinggi akan pergi karena mereka tidak ingin membayar pajak terlalu banyak.” kata Xenia Legendre, Managing Partner firma hukum Hogan Lovells yang berbasis di Paris.
Koalisi sayap kiri Front Rakyat Baru, yang memenangkan mayoritas kursi dalam pemilu, menjanjikan pajak yang lebih tinggi atas keuntungan perusahaan dan orang kaya.
Undang-undang seperti itu akan bertentangan dengan kebijakan yang disetujui oleh Presiden Emmanuel Macron, yang dianggap ramah terhadap orang kaya dan mendapat julukan “presiden orang kaya” utang”.
“Banyak orang mungkin akan hengkang, jika aturan ketat diterapkan. Prancis tidak akan menyukai orang asing dan orang kaya akan hengkang,” prediksi Emmanuel Angelier, direktur perusahaan manajemen keuangan La Financiere d’Orion.
