0 0
Read Time:3 Minute, 17 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Dunia media sosial baru-baru ini dihebohkan dengan viralnya video penggerebekan sebuah wisma yang diduga ditempati oleh seseorang dengan gangguan hoarding.

Dalam video tersebut terlihat sebuah ruangan yang dipenuhi tumpukan barang dan bau yang tidak sedap sehingga menimbulkan dugaan pemilik kamar tersebut hendak melakukan penyerangan.

Fenomena ini menarik perhatian banyak orang dan menimbulkan pertanyaan: apa penyebab hoarding disorder? Apa itu Gangguan Penimbunan?

Hoarding disorder adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami kesulitan yang ekstrim dalam membuang barang-barang yang dianggap tidak perlu.

Menurut pakar keperawatan jiwa Universitas Muhammadiyah Surabaya Uswatun Hasanah, kondisi ini ditandai dengan adanya kebutuhan mendesak untuk menyimpan barang-barang tersebut, meski bagi orang lain mungkin barang-barang tersebut tidak penting, seperti dikutip dari laman resmi UM Surabaya, Rabu, Juli. 17 2024. Apa penyebab gangguan penimbunan?

Penderita gangguan hoarding sering kali mengumpulkan barang-barang yang dianggap tidak perlu di rumah, di tempat kerja, atau bahkan di tempat umum, sehingga dapat menimbulkan masalah kesehatan, keselamatan, dan sosial.

Menurut American Psychiatric Association pada tahun 2013, mereka menghadapi masalah yang terus-menerus dalam membuang barang-barang ini karena perasaan yang kuat untuk menyimpannya.

Upaya untuk mengurangi unsur-unsur tersebut memerlukan kesulitan besar dan seringkali berakhir pada keputusan untuk mempertahankannya.

Akibatnya, kekacauan yang diakibatkannya dapat mengganggu efektivitas penggunaan ruang hidup, sebagaimana dikutip dalam Psikiatri.

Orang yang menderita hoarding disorder mempunyai ciri khas tersendiri. Ciri-ciri tersebut bersifat umum dan tingkat keparahannya bisa berbeda-beda pada penderita hoarding disorder, termasuk kutipan dari buku Klikdokter: Hoarding: Kecenderungan membeli dan mengoleksi barang dalam jumlah banyak, padahal barang tersebut sudah tidak berguna atau rusak. Kesulitan membuang barang: Dia kesulitan membuang barang, meskipun barang tersebut tidak memiliki nilai praktis atau emosional yang signifikan. Ruangan yang berantakan: Ruang keluarga atau ruang kerja sering kali berantakan, sehingga mengganggu efisiensi penggunaan ruang. Kekhawatiran berlebihan: merasa cemas atau cemas karena harus membuang barang tertentu, padahal barang tersebut sudah tidak diperlukan lagi. Merasa perlu menabung: Keinginan kuat untuk menyimpan barang baru tanpa membuang barang lama, meski ruang penyimpanan sangat terbatas. Keterlibatan emosional yang mendalam: Mengatribusikan nilai emosional yang berlebihan pada objek tertentu, dengan asumsi bahwa kehilangannya akan menyebabkan kerugian atau kesusahan yang besar. Gangguan fungsional: Kondisi ini seringkali mengganggu kehidupan sehari-hari, baik secara fisik (akibat kekacauan dan kebersihan yang kurang) maupun secara sosial (akibat kesulitan menjaga hubungan dengan orang lain). Kesulitan mengambil keputusan: Kesulitan mengambil keputusan mengenai suatu barang, seperti memutuskan mana yang akan disimpan atau dibuang.

Penting untuk disadari bahwa gangguan penimbunan bukan hanya masalah kosmetik atau kebersihan, namun secara umum juga berdampak pada kesejahteraan dan kesehatan orang yang mengalaminya.

Dikutip dalam website Jenderal Brigham McLean, gangguan penimbunan bisa berpotensi berbahaya karena: Keterbatasan ruang: Menyimpan terlalu banyak barang dapat membuat ruangan menjadi sangat berantakan dan tidak dapat digunakan secara efektif. Kehilangan rumah Anda: Meningkatnya kekacauan dapat membuat rumah tidak dapat dihuni. Isolasi Sosial: Banyak orang dengan gangguan penimbunan cenderung menghindari orang lain masuk ke rumahnya, yang dapat menyebabkan isolasi sosial yang mendalam. Masalah kesehatan mental: Isolasi sosial yang berkepanjangan dapat memperburuk masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Masalah pemeliharaan – Rumah yang tidak dirawat dengan baik juga dapat mengganggu kebersihan dan kesehatan secara keseluruhan.

 

Gangguan menimbun dapat diobati dengan terapi perilaku kognitif (CBT), meskipun prospeknya seringkali tidak optimis. CBT adalah pendekatan utama yang direkomendasikan untuk pengobatan gangguan penimbunan.

Terapi ini membantu penderita hoarding disorder untuk mengubah cara berpikir dan bertindak dalam hal menimbun barang-barang yang dianggap tidak perlu.

Dalam hal pengobatan medis, penelitian tentang penggunaan obat pada gangguan penimbunan masih terbatas dan tidak terkontrol dengan baik, sehingga kesimpulan dari literatur ini terbatas. Saat ini, belum ada penelitian terkontrol ketat yang mendukung efektivitasnya.

Namun, terdapat beberapa bukti manfaat beberapa obat, termasuk paroxetine, venlafaxine pelepasan diperpanjang, garam amfetamin, methylphenidate, methylphenidate pelepasan diperpanjang, dan atomoxetine.

Namun, tidak ada data yang membandingkan efektivitas relatif obat-obatan ini. Penggunaan obat-obatan ini hanya boleh dipertimbangkan setelah terapi perilaku kognitif yang terbukti untuk gangguan penimbunan telah dicoba.

Bagi sebagian orang, obat-obatan ini mungkin memberikan manfaat dan membantu memperbaiki gejalanya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D