dianrakyat.co.id, JAKARTA – Pakar kesehatan Yayasan Rumah Sakit Islam (Yarsi) Indonesia, jurnalis Udin, mengatakan optimalisasi data genom berperan dalam peningkatan efektivitas pengobatan penyakit yang diderita tuberkulosis ( pasien TBC).
“Dengan menggunakan teknologi genomik, kita bisa mengetahui obat mana yang cocok,” ujarnya saat ditemui di Universitas Yarsi Jakarta, Rabu (29/05/2024).
Peta genom mengidentifikasi semua asam deoksiribonukleat atau DNA dan memberikan berbagai informasi untuk mengetahui kelainan dan karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang. Jika ada kelainan, kata dia, genom menjadi prediktor seseorang akan menderita penyakit tertentu atau tidak di kemudian hari.
Para jurnalis mengatakan bahwa data genom sangat penting untuk merawat pasien sesuai dengan karakteristik masing-masing. “Misalnya saya punya darah tinggi dan obatnya ada 10 jenis, mana yang terbaik untuk saya? Dengan genomik kita bisa tahu (obat mana yang cocok),” ujarnya.
Pesatnya perkembangan teknologi kesehatan saat ini, lanjutnya, membuat teknologi genomik semakin populer karena perawatan dan pengobatan penyakit mulai mempertimbangkan pola DNA individu seseorang.
Kalaupun penyakitnya sama, kata dia, pemberian obatnya mungkin tidak sama karena cocok dengan sampel DNA. Pengobatan berbasis DNA kini mendapat perhatian pemerintah.
Pada tahun 2022, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membentuk Inisiatif Ilmu Biomedis dan Genomik (BGSI) yang bertugas mengumpulkan data genom masyarakat Indonesia.
Jumlah data genom yang dikumpulkan saat ini berjumlah 4000 dan terus meningkat seiring berjalannya waktu. Meski jumlahnya masih kecil dibandingkan total jumlah penduduk, namun data tersebut sangat berharga bagi visi keadaan kesehatan di Indonesia.