0 0
Read Time:2 Minute, 15 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Donald Trump memenangkan pemilu presiden AS 2024 Laporan JP Morgan Wealth Management yang dirilis 1 November menemukan volatilitas pasar saham bisa meningkat pasca pemilu.

Namun, hanya ada satu tahun pemilu sejak tahun 1984 dimana pasar melemah 12 bulan setelah pemilu – pada tahun 2000, ketika pasar saham sedang bergulat dengan pecahnya gelembung teknologi.

“Sektor teknologi Nasdaq 100 dan S&P 500 terjual dua digit, sementara penurunan di sektor lain jauh lebih tenang, atau dalam beberapa kasus menguntungkan,” tulis ahli strategi investasi global Alan, Kamis (11/2024) Wynne, dikutip Fortune . .

Namun, ada kemungkinan bahwa inisiatif politik yang memenangkan pemilu dapat mempengaruhi pasar modal pada tingkat sektoral. “Misalnya, kemenangan Partai Republik kemungkinan akan memberikan dorongan yang lebih besar terhadap pengembangan bahan bakar fosil, sementara kemenangan Partai Demokrat dapat lebih mendorong pengembangan energi terbarukan,” kata Rob Haworth, direktur senior strategi investasi di US Bank Asset Management.

Trump merencanakan serangkaian kebijakan proteksionis yang lebih fokus pada pembangunan ekonomi dalam negeri. Antara lain pengurangan pajak korporasi menjadi 15% dari sebelumnya 21%. Kemudian mengenakan bea masuk sebesar 10-20% terhadap seluruh barang impor. Khusus untuk China dikenakan bea masuk sebesar 60%.

Pada hari Rabu (6/11), sebagai reaksi terhadap perkiraan kemenangan Trump, indeks dolar AS (DXY) menguat sebesar 1,32% menjadi 104,8 poin, sedangkan imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun naik 12 basis poin menjadi 4,4%.

 

Di Indonesia, berita kemenangan Trump membuat rupee melemah 0,6% menjadi 15.840 terhadap dolar AS hari ini, level terendah dalam 3 bulan. Sementara itu, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah tenor 10 tahun naik 11 basis poin menjadi 6,85%. Perlu diketahui, pelemahan nilai tukar juga terjadi pada mata uang emerging market lainnya, seperti Ringgit Malaysia yang melemah sebesar 1,3% dan Peso Filipina sebesar 0,58%.

“Kami melihat kebijakan proteksionisme Trump berpotensi memperkuat dolar AS. Secara keseluruhan, hal ini dapat berdampak negatif pada IHSG karena memicu arus keluar investor asing, terutama pada perusahaan-perusahaan yang memiliki eksposur (hutang/impor) yang tinggi terhadap dolar AS,” mengutip penelitian Stockbit Securities.

Dari sudut pandang ekonomi, kebijakan proteksionisme Trump juga dapat berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, mengingat Amerika Serikat merupakan sumber ekspor neto terbesar kedua bagi Indonesia.

Pada perdagangan Rabu (06/11), investor asing mencatatkan outflow asing sebesar Rp1,1 triliun, dengan bank-bank besar seperti BMRI melaporkan Rp583 miliar, BBNI melaporkan Rp132 miliar, dan BBRI melaporkan Rp480 miliar. Sementara itu, beberapa emiten dengan utang tinggi atau impor dolar AS seperti ICBP, PWON, dan MAPI juga mengalami penurunan.

“Di sisi lain, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dapat mempersempit ruang gerak Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga. Konsensus Bloomberg menyerukan penurunan suku bunga BI sebesar -25 basis poin hingga akhir tahun 2024. tulisnya. kelompok riset Stockbit.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D