0 0
Read Time:2 Minute, 52 Second

dianrakyat.co.id, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) DKI Jakarta mengungkap beberapa nama produk kosmetik ilegal yang disita. Berdasarkan hasil pantauan, produk kosmetik impor ilegal yang disita sebanyak 970 buah, total 415 ribu lembar, nilainya meningkat menjadi Rp 11,4 miliar.

Direktur Badan Pengawas Obat dan Makanan Taruna Ikrar mengatakan, sebagian besar produk kosmetik yang diimpor secara ilegal berasal dari China atau China, Filipina, Thailand, dan Malaysia.

Tindakan penegakan hukum dan peningkatan pemantauan terhadap produk kosmetik impor ilegal akan dilaksanakan pada Juni-September 2024.

Taruna juga menyebut beberapa produk kosmetik ilegal yang disita yakni Lameila yang terdiri dari bedak, maskara, pensil alis, lipstik, eyeliner dan lain-lain.

Lalu ada juga produk kosmetik impor ilegal dengan merek Brilliant SVMY yang juga banyak produknya seperti blush on, BB Cream, maskara, bedak, Cushion dan lain sebagainya.

Jadi merek ilegal itu Lameila, Brilliant, dan Bale Meta. Kenapa perlu kami jelaskan? Supaya masyarakat tahu kalau itu tidak terdaftar pada kami di Badan POM, kata Taruna dalam konferensi pers organisasi tersebut. Satgas melakukan pengawasan terhadap barang-barang tertentu yang termasuk dalam Undang-Undang Perdagangan Kosmetik Ilegal di Kantor BPOM, Gedung Bhineka Tunggal Ika, Jakarta, Senin (30/09/2024).

Taruna menegaskan, produksi dan peredaran produk kosmetik impor ilegal tidak hanya menimbulkan risiko bagi kesehatan masyarakat, tetapi juga menimbulkan ketidakadilan bagi operator sah dan kelestarian produk kosmetik lokal.

“Jadi kami di Badan POM sangat tegas dan akan berusaha semaksimal mungkin untuk melindungi produk dalam negeri,” ujarnya.

 

Oleh karena itu, Badan POM berkomitmen menerapkan pengawasan berimbang terhadap kosmetik. Hal ini dilakukan dengan mendukung pelaku usaha dalam memenuhi ketentuan sesuai peraturan perundang-undangan dan memberikan edukasi kepada masyarakat.

“Dukungan Badan POM terhadap pelaku usaha penting bagi kami. Memberikan bantuan dan bimbingan, memberikan kemudahan dalam berusaha kemudian mendorong perusahaan untuk tetap memegang komitmen menjamin mutu, keamanan dan legalitas produk kosmetik,” tutupnya.

Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bermitra dengan organisasi nirlaba internasional Pharmaceutical Security Institute (PSI) untuk memberantas obat palsu dari Indonesia. Diketahui, organisasi ini didukung oleh 40 produsen farmasi internasional. Hal tersebut disampaikan Direktur BPOM Taruna Ikrar.

Taruna Ikrar mengatakan, informasi PSI mengenai peredaran obat palsu penting mengingat luasnya cakupan pengawasan BPOM. Kerja sama ini, jelas Taruna, mendukung pencapaian tujuan pertumbuhan Indonesia.

Ketua PSI Todd Ratcliffe mengatakan PSI dibentuk karena adanya ancaman terhadap kesehatan masyarakat dari obat-obatan palsu. Todd mengatakan timnya mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang pemalsuan narkoba dan membagikan informasi tersebut kepada penegak hukum, lembaga penegak narkoba, dan lembaga pemerintah lainnya yang berdedikasi untuk memerangi masalah tersebut.

“Sebelumnya kami belum bekerja sama secara intensif dengan BPOM. Namun setelah adanya COVID-19 dan tantangan yang kami hadapi, saya rasa tahun lalu adalah pertama kalinya kami bekerja sama dengan BPOM,” ujarnya, dilansir ANTARA.

Todd mengatakan, sebelumnya PSI telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Filipina dan ingin mengulanginya dengan Indonesia.

Dalam pertemuan informal tersebut, BPOM dan PSI membahas tujuan membangun hubungan dan inisiasi kerja sama PSI dengan otoritas pengawas farmasi di berbagai aspek. 

 

Selain soal obat, Direktur BPOM dan Direktur PSI bertukar pikiran mengenai label gula, garam, dan lemak (GGL) baik di Indonesia maupun di negara lain.

Di akhir pertemuan, Direktur BPOM dan Direktur PSI sepakat bahwa pertemuan ini dapat ditindaklanjuti dengan komunikasi intensif untuk melanjutkan kerja sama antara BPOM dan PSI.

Kepala BPOM didampingi oleh Direktur yang membidangi keamanan, mutu, dan pengendalian impor-ekspor narkotika, narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif, serta perwakilan bidang pencegahan dan pencegahan serta bidang siber obat dan makanan. Ramesh Raj Kishore, Direktur Regional PSI Asia Pasifik, juga hadir.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D