0 0
Read Time:2 Minute, 43 Second

Jakarta – 2015. Dalam wawancara menarik dengan media terkemuka Vanity Fair, George Miller menyatakan bahwa dirinya kini menjadi seorang feminis.

Saya berubah dari pria dominan menjadi dikelilingi oleh wanita cantik. “Saya tidak bisa menjadi seorang feminis.” katanya kepada reporter Katie Rich.

Setelah menonton Mad Max: Fury Road (2015), kita tahu bahwa apa yang dikatakan George bukan sekadar untuk mempromosikan filmnya. Dengan segudang pengalamannya, ia tidak takut untuk berkembang dan berani menempatkan wanita sebagai pusat dunia fiksinya.

Mad Max: Fury Road menunjukkan hal ini dengan lantang, mentah, dan terang-terangan. Kita melihat aktris peraih Oscar Charlize Theron tampil dengan rambut pendek, berpenampilan liar, dan tak kenal takut di antara sekelompok pria yang bisa memburunya kapan saja. Di dunia yang tidak mengenal aturan dan masih didominasi oleh laki-laki, George menyatakan dukungannya terhadap perempuan dengan jelas.

Anda tidak harus menjadi seorang wanita untuk menjadi seorang feminis. Kami hanya butuh empati. Selain George, sutradara auteur lain seperti Martin Scorsese selalu berani mendukung karakter perempuan dalam filmnya.

Foto: Warner Bros. Gambar

Dalam Killers of the Flower Moon, Martin jatuh cinta dengan seorang wanita India bernama Molly Burkhart. Dia mencoba melihat segala sesuatu melalui mata Molly dan bersimpati padanya.

Menurut Kompas, saya sempat dianggap sebagai sutradara feminis saat menyutradarai miniseri Asya Story (2020). Diadaptasi dari cerita yang sangat populer di Wattpad dan disiarkan di layanan streaming Genflix, miniseri ini berfokus pada Asya, yang diperkosa oleh seniornya lalu hamil dan merasa seluruh dunianya hancur berantakan.

Menjadi seorang laki-laki dan tampil sebagai penjahat dalam cerita seperti ini, saya harus berhati-hati di mana saya berdiri. Jadi saya meluangkan waktu untuk mendengar apa yang dialami perempuan seperti Asia setelah tragedi mengerikan ini dan bagaimana mereka terus berdamai dengan dampaknya.

George membutuhkan waktu sembilan tahun untuk menemukan kembali perspektifnya sebagai seorang feminis untuk melanjutkan kisah Furiosa. Namun kini setelah George benar-benar memahami situasinya, tidak sulit bagi kita untuk melihat seberapa besar simpati George terhadap karakter fiksi tersebut.

Pasalnya cara pandangnya sebagai seorang feminis justru menjadikan karakternya tidak hanya tangguh tetapi juga seorang pejuang dan penyintas.

Foto: Warner Bros. Gambar

Di Furiosa: a Mad Max Saga, kita bertemu Furiosa di masa mudanya. Dalam adegan pembuka yang mengesankan dan bertempo cepat, kita melihat Furiosa untuk pertama kalinya di dunia yang sangat berbeda dari yang dia kenal.

Dunia Furiosa sebelumnya adalah dunia yang hijau, dunia yang tenang dan damai. Dia tiba-tiba tenggelam dalam dunia yang penuh kekerasan dan peraturan yang tidak teratur, berkat itu dia beradaptasi dengan sangat cepat.

Furiosa tidak pernah digambarkan sebagai korban yang meratapi nasib buruk yang menimpanya. Dari sudut pandang George sebagai seorang feminis, terungkap bahwa Furiosa telah menempuh perjalanan panjang untuk bertahan hidup di dunia asing ini selama bertahun-tahun.

Oleh karena itu, preferensi gender menjadi ambigu dan menjadi kurang penting baginya. Furiosa hanya tahu satu hal: bertahan hidup dan membalas kematian tragis ibunya.

Dengan alur cerita yang begitu tipis, George tahu bagaimana cara meneruskan cerita. Dia memaksimalkannya dan menghidupkan karakternya dengan cara yang menarik, menggunakan semua elemen aksi yang dia miliki untuk menghasilkan pertunjukan yang meriah tanpa henti.

Foto: Warner Bros. Gambar

Di dunia fiksi George, kita lupa bahwa Furiosa adalah seorang perempuan, bahwa dia sebenarnya adalah korban. George tidak memberikan waktu kepada Furiosa untuk meratapi kemalangannya, sehingga Furiosa akhirnya tumbuh dewasa, namun tetap dengan sisi femininnya yang seringkali tidak dapat dihindari.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D