JAKARTA – Alumni LSPR Dhita Widya Putri berbagi cerita tentang usahanya belajar puasa di Hungaria. Dengan jumlah penduduk Muslim yang sedikit di Hongaria, pelajar ini harus menahan lapar dan haus di tengah masa transisi yang terjadi di sana.
Dhita Widya Putri merupakan alumnus London School of Public Relations (LSPR) dengan gelar Sarjana Ilmu Komunikasi dan Master of Science. Beliau sedang menyelesaikan studi doktoral (PhD) di Universitas Debrecen dengan jurusan Manajemen dan Bisnis.
Baca juga: Kisah Ramadhan Pelajar Indonesia di Rusia, Puasa 15 Jam dan Kangen Suara Azan
Seiring pergantian musim di Hongaria, Dhita harus beradaptasi dengan suhu dan iklim yang hangat. Kemudian, dengan sedikitnya jumlah umat Islam di Hongaria, para ASN di Lembaga Pelayanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) III Jakarta harus sangat berhati-hati dalam menekan kepentingan mereka.
“Godaannya berat sekali hehe, apalagi di universitas, kadang jam belajarnya tidak bisa ditebak, bahkan seharian penuh, bahkan setengah hari, bertemu teman dan dosen saat makan siang, sungguh menyebalkan bukan., apalagi di tengah jam hehe, tapi enak dilakukan. “Cuma penuh rasa syukur, enak,” ujarnya saat ditanya di WhatsApp, Selasa (26/3/2024).
Baca Juga: Kisah Pemenang Beasiswa Chevening Puasa Tarawih di Inggris dimulai pukul setengah 10 malam
Waktu tetap di Hongaria tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. Waktu Imsak di Hongaria jatuh sekitar pukul 04.00 dan waktu berbuka sekitar pukul 18.00 CET (Waktu Eropa Tengah).
Puasa di negara lain tidak perlu membuat Dhita masuk Islam karena sudah terbiasa berpuasa Sunnah.
Namun karena perbedaan budaya di Hongaria, Dhita merasakan toleransi yang tinggi dari para pelajar di negara tersebut. Mahasiswa Hongaria, kata dia, menghormati umat Islam yang berpuasa.
“Lagipula walaupun beda agama, tapi non-Muslim di sini penuh toleransi, tidak mau makan di depan kita. Meski kita boleh berciuman,” ujarnya.