0 0
Read Time:2 Minute, 19 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta Puasa selama sebulan di bulan Ramadhan menjadi momen bagi penderita GERD (Gastroesophageal Reflux) untuk mengalami perbaikan kondisinya. Banyak pasien dengan penyakit gastroesophageal reflux melaporkan bahwa kondisi mereka membaik selama puasa Ramadhan.

Tak hanya pengalaman pasien GERD, hasil penelitian tahun 2016 yang dilakukan Radhiyatam M pun menunjukkan hal serupa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien penyakit gastroesophageal reflux yang menjalani puasa Ramadhan mengalami penurunan gejala klinis dibandingkan pasien penyakit gastroesophageal reflux yang tidak berpuasa.

Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan gejala gastroesophageal reflux membaik selama Ramadhan. Salah satunya karena kebiasaan makan yang sudah teratur, yakni hanya saat sahur dan berbuka, kata Lianda Siregar, dokter spesialis penyakit dalam, subspesialis gastroenterologi, hepatologi.

“Selain itu, asupan jajanan tidak sehat yang dimakan sepanjang hari juga dikurangi. Saat berpuasa, disarankan untuk menjaga emosi dan mengendalikan diri agar bisa mengelola stres dengan lebih baik,” tambah praktisi Pondok Indah Lianda. Rumah Sakit – Puri Indah..

Untuk mencegah kambuhnya penyakit gastroesophageal reflux, Lianda mengingatkan pasien untuk menjaga asupan makanan saat sahur dan berbuka.

“Penyakit gastroesophageal reflux merupakan masalah pencernaan sehingga kondisi tersebut dapat diatasi dengan terapi makanan yang tepat,” kata Lianda.

Bagi penderita GERD yang ingin berpuasa, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti: Jangan pernah melewatkan makanan pembuka. Sahur akan memberikan energi yang dibutuhkan selama berpuasa. Pelajari tentang makanan dan minuman yang memicu peningkatan asam lambung. Ini bisa berbeda untuk setiap orang. Pilihlah makanan yang “aman” untuk lambung Anda, seperti karbohidrat, biji-bijian olahan, buah-buahan, sayuran berserat tinggi, serta protein nabati dan hewani. Hindari makanan berlemak, pedas atau asam. Hindari juga makanan dan minuman yang mengandung kafein, seperti kopi, coklat, dan teh kental. Jangan menunda berbuka puasa. Buka puasa merupakan waktu untuk memulihkan energi dan mengisi kembali seluruh nutrisi dan vitamin yang hilang sepanjang hari atau tidak diperoleh saat berbuka puasa. Saat sahur dan berbuka puasa, mulailah makan perlahan dengan makanan lunak. Pastikan menu buka puasa mengandung karbohidrat kompleks, protein, lemak, buah dan sayur. Pertimbangkan teknik memasak yang lebih sehat seperti mengukus, memanggang, memanggang, merebus, menumis dengan sedikit minyak, atau menggoreng dengan air fryer. Biasakan makan secukupnya saat sahur dan berbuka. Makan terlalu banyak sekaligus akan membuat perut Anda bekerja lebih keras. Makanlah secara perlahan dan dalam jumlah yang cukup. Hindari langsung berbaring setelah makan. Berikan waktu sekitar 3 jam untuk tidur setelah makan untuk mencegah gejala refluks. Oleh karena itu, pasien GERD tidak disarankan untuk terus tidur setelah Idul Fitri. Tangani stres dengan baik. Stres merupakan salah satu faktor risiko GERD.

Penyakit refluks gastroesofagus bisa kembali muncul saat puasa. Ketidaknyamanan akibat penyakit ini berlipat ganda karena tidak bisa diatasi melalui pola makan.

Jika hal tersebut terjadi, Lianda menyarankan untuk tidak melanjutkan puasa karena alasan kesehatan.

“Jika hal ini terjadi, tidak perlu memaksakan diri untuk tetap berpuasa. Sebaiknya segera minum obat yang diresepkan dokter untuk mengatasi gastroesophageal reflux,” kata Lianda.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D