0 0
Read Time:4 Minute, 2 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Strategi dekarbonisasi sektor otomotif Indonesia tidak hanya fokus pada pengembangan kendaraan listrik ramah lingkungan (Battery Electric Vehicles/BEVs), tetapi juga menerapkan pendekatan multi-track. Demikian kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh bankir dan pakar keuangan Cyril Harinowo dalam buku “Multi-paths to vehicle electrification”.

Kami memanfaatkan penelitian perpustakaan, penelitian lapangan, dan teori untuk mengeksplorasi isu-isu industri otomotif terkini. Dalam buku setebal kurang lebih 300 halaman ini, ia berharap dapat memberikan penjelasan rasional mengenai visi NZE (Net Zero Emissions) Indonesia yang dapat mendukung perekonomian, industri, dan keberlanjutan masa depan.

Salah satu peristiwa yang mendorong Sirils untuk menyelidiki hal ini adalah protes pada tahun 2020 ketika Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan bahwa pada tahun 2030 penjualan mobil konvensional akan dilarang dan hanya mobil listrik yang diperbolehkan.

“Ketika saya mendengar apa yang dikatakan Boris Johnson, saya pikir ini adalah sesuatu yang tidak akan pernah bisa diputarbalikkan, sesuatu yang tidak bisa diputarbalikkan. Sementara masyarakat Indonesia sendiri belum sepenuhnya memahaminya,” kata Cyrils yang menghadiri pidatonya baru-baru ini di Jakarta. Dia berbicara di sebuah acara untuk mempromosikan bukunya. .

Namun Sirils mengatakan dari penelitian lapangannya, tampaknya Indonesia dapat mengikuti jejak mereka dengan adanya insentif dari negara-negara Barat dengan prasyarat berbeda.

“Misalnya, jika kita berbicara tentang penggunaan BEV, mobil listrik mungkin tidak menghasilkan emisi apa pun. Namun jika Anda ingin mengisi daya baterai, 80% campuran energi dari sumber listrik berasal dari bahan bakar fosil.” mobil masih mengeluarkan 87 persen emisi karbon.”

 

Adapun isi bukunya, Sirils menulisnya bersama pakar perbankan Ika Maya Sari Kaidir. Mereka menulis 26 bab yang berfokus pada berbagai perkembangan teknologi terkini industri otomotif, dalam upaya mengulas upaya dan kemajuan pengurangan karbon di berbagai negara di Eropa, Amerika, bahkan Asia Tenggara.

Faktanya, upaya dekarbonisasi sektor otomotif sedang dilakukan secara paralel di seluruh dunia. Namun transisi ke kendaraan listrik tidaklah mudah, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Infrastruktur pengisian baterai masih terbatas, namun terdapat kebutuhan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Jumlahnya meningkat,” kata Sirils.

Sebagai tanggapannya, banyak produsen mobil global, termasuk yang beroperasi di Indonesia, menawarkan kendaraan listrik hibrida (HEV) dan kendaraan listrik hibrida plug-in (PHEV). Langkah ini juga bisa dilihat sebagai solusi stagnasi dekarbonisasi jika selalu mengandalkan serapan kendaraan listrik. Selain itu, perang dagang yang intens antara negara-negara Barat dan Tiongkok telah menyebabkan berkembangnya berbagai teknologi.

Pak Cirils mengatakan Brasil adalah contoh terbaik bagi Indonesia. Negara Amerika Latin ini mirip dengan Indonesia sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk yang besar.

Dalam upaya dekarbonisasi, Brazil telah menyetujui penggunaan bioetanol yang dihasilkan dari industri gula sebagai bahan bakar kendaraan. Brazil merupakan produsen bioetanol terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.

Penggunaan bioetanol di Brazil berpotensi mengurangi emisi karbon dari sektor transportasi yang merupakan sumber utama emisi karbon di negara tersebut. Negara ini juga mengembangkan mobil hibrida fleksibel yang menggunakan biodiesel dan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif pengganti solar yang ramah lingkungan.

Dia mengatakan populasi Brasil yang besar dan meningkatnya kesadaran lingkungan dapat mendorong pertumbuhan industri mobil listrik dan kendaraan ramah lingkungan lainnya.

Sementara itu, dia mengatakan Indonesia berpeluang mendominasi rantai pasok kendaraan listrik dan mesin fleksibel, mengingat munculnya berbagai tren teknologi dekarbonisasi. Selain itu, Indonesia dapat menggunakan cadangan nikelnya untuk memproduksi baterai kendaraan listrik dan hibrida.

Sirils mengatakan, pasar kendaraan listrik global saat ini masih relatif terbatas. Tidak hanya di Indonesia tetapi juga di pasar dunia. Oleh karena itu, bagi industri otomotif Indonesia, bisnis saat ini secara bertahap akan bertransisi melalui pengembangan industri otomotif yang memiliki pasar besar seperti mobil hybrid, ujarnya.

Data penjualan mobil Amerika tahun 2023 menegaskan adanya peningkatan signifikan minat masyarakat terhadap kendaraan hybrid. Peningkatan pesat ini mencerminkan perubahan preferensi konsumen terhadap kendaraan yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Seiring semakin populernya mobil hybrid, semakin banyak peluang untuk memperkenalkan inovasi baru.

Memang benar, segmen LCGC yang selama ini identik dengan mobil terjangkau, kini mampu menawarkan varian hybrid dan semakin banyak menggunakan teknologi ramah lingkungan, sehingga menunjukkan aksesibilitasnya terhadap berbagai kelompok masyarakat Masu.

 

Kemunculan Sirils dalam bukunya nampaknya bertentangan dengan tren bahwa hanya tren kendaraan listrik yang mampu menyelesaikan masalah emisi karbon. Namun, ia menekankan pentingnya menyadari bahwa teknologi kendaraan ramah lingkungan tidak hanya terbatas pada kendaraan listrik.

“Saat ini, secara global, hampir semua orang setuju bahwa mobil listrik bukan satu-satunya teknologi mobil ramah lingkungan. Ini berbeda-beda di setiap negara. Norwegia yang mengaku sangat ramah, ternyata sangat ramah lingkungan.

Namun sebaliknya, bagi Indonesia, situasi saat ini memberikan banyak pilihan yang tepat. “Awalnya saya tidak menyadarinya,” tegasnya.

Sirils percaya bahwa penerapan paradigma ini menjadi semakin mendesak karena Indonesia harus menghadapi target Kontribusi Nasional (NDC) pada tahun 2030 sebelum mencapai Visi NZE pada tahun 2060.  

“Jika kita berbicara tentang NDC 2030 dalam hal pembangkitan energi, waktu yang dibutuhkan tinggal lima atau enam tahun lagi. Jadi, dengan 50% potensinya adalah karbon, kendaraan non-listrik yang ramah lingkungan masih menjadi kunci untuk mencapai NDC 2030. “Tapi ide ini adalah ide yang bagus. terkesan berlawanan arah,” tutupnya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D