0 0
Read Time:2 Minute, 16 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta, Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Manx) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, upaya pencegahan sembelit harus fokus pada pemenuhan pola makan ibu hamil dan bukan hanya anak kecil.

“Selain fokus pada anak kecil, ibu hamil juga harus kita kejar karena banyak hal yang kita lihat pada anak kecil dengan berat badan lahir rendah sudah teratasi,” ujarnya kepada Said Nasional pada upacara peringatan Hari Gizi Nasional di Bidgar, Jakarta Pusat. Minggu, 28 Januari 2024.

Penting untuk memastikan kebutuhan nutrisi ibu hamil terpenuhi baik jumlah maupun variasinya agar janin dalam kandungan dapat berkembang dengan baik. Sehingga berat badan saat lahir cukup atau lebih dari 2,7 kg sehingga mengurangi risiko terjadinya gangguan pada bayi. 

Menteri Kesehatan: Fokus pada gizi pada tahun pertama kehidupan.

Buddy juga mengatakan, orang tua sebaiknya fokus memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Pikiran anak berkembang pesat ketika usianya kurang dari satu tahun. Pada masa-masa ini, bayi membutuhkan asupan protein untuk perkembangan otaknya.

Tidak berhenti sampai disitu saja, pada masa lima tahun kehidupan anak yakni balita, orang tua harus terus memantau pertumbuhan anak yaitu tinggi badan dan berat badan. Hal ini dirancang untuk mendeteksi tanda-tanda awal sembelit dan masalah kesehatan lainnya.

Apabila hasil berat badan dan pengukuran anak menunjukkan bahwa anak mengalami gangguan pertumbuhan, sebaiknya segera dilakukan intervensi.

“Kalau sedang mengalami masalah gizi, harus pola makan protein hewani. Makanannya boleh apa saja, tapi yang penting ada protein hewani di dalamnya, entah itu telur, ikan, atau daging. Bisa saja,” kata Buddy, mengacu pada Entra.

Buddy mengatakan, jika orang tua ingin anaknya cerdas dan sehat, sebaiknya pastikan di tahun pertama kehidupannya tidak mengalami gizi buruk. 

“Kalau mau sehat dan pintar, anak jangan sampai gizi buruk, karena kalau gizi buruk pasti tidak pintar,” kata pria yang akrab disapa BGS ini.

Pemerintah melaksanakan berbagai program pencegahan dan pengendalian gagap dalam upaya mencapai Indonesia Emas 2045.

“Presiden Jokowi ingin Indonesia menjadi emas, artinya kita menjadi negara maju. Tidak mungkin kalau masyarakatnya tidak sehat dan pintar,” kata Bodi.

Ia menambahkan, jika tidak bisa pintar, gajinya akan lebih rendah.

Menurut WHO (2015), pertumbuhan dan perkembangan anak terhambat akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, ditandai dengan panjang atau tinggi badan yang tidak normal.

Gagap tidak hanya berkaitan dengan terhentinya pertumbuhan fisik anak, tetapi juga menyebabkan buruknya perkembangan otak pada anak. Keterbelakangan mental dapat mempengaruhi kemampuan mental dan belajar anak serta menyebabkan rendahnya prestasi pendidikan.

Dampak jangka panjang dari sembelit dan malnutrisi kronis akan terus dirasakan oleh orang-orang hingga dewasa. Gagap dan kondisi kekurangan gizi lainnya sering dianggap sebagai faktor risiko masalah kesehatan seperti diabetes, tekanan darah tinggi, obesitas, dan kematian akibat infeksi.

Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia, prevalensi sembelit di Indonesia pada tahun 2022 sebesar 21,6%. Pemerintah bertujuan untuk mengurangi kejadian gagap menjadi 14% pada tahun 2024.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D