dianrakyat.co.id, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan laju inflasi terkini. Plt Direktur BPS Amalia Adininggar Widyasanti memaparkan data Juli 2024, terjadi penurunan bulanan (month-on-month/mtm) sebesar 0,18 persen, atau penurunan harga konsumen dari 106,28 menjadi 106,09.
Kemudian secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Juli 2024 terjadi tingkat inflasi sebesar 2,13%. Bandingkan dengan Juli 2023. Kemudian secara tahun kalender (year-to-date/YTD), BPS mencatat inflasi Juli 2024 sebesar 0,89 persen. Angka-angka tersebut dibandingkan dengan yang terjadi pada Desember 2023.
Dalam jumpa pers di kantornya, Kamis (1/8/2024), Amalia mengatakan, “Penurunan harga pada Juli 2024 lebih tinggi dibandingkan Juni 2024, dan merupakan penurunan harga yang ketiga kalinya pada tahun 2024”.
Dijelaskannya, kelompok konsumen yang memberikan kontribusi terhadap penurunan harga bulanan makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,97 persen dan memberikan kontribusi terhadap penurunan harga sebesar 0,28 persen. Berikutnya adalah pakaian dan sepatu. Kelompok terakhir memberikan kontribusi penyusutan sebesar 0,11 persen dan memberikan kontribusi penyusutan nol persen.
Terakhir, lanjut Plt Direktur BPS, ada produk yang berkontribusi terhadap depresiasi mata uang, antara lain cabai rawit dan beras dengan kontribusi sebesar 0,04 persen. Kemudian emas perhiasan, kopi bubuk, kentang, tembakau mesin, dan tembakau kretek dengan kontribusi moneter masing-masing sebesar 0,01%.
“Hal lainnya, kelompok pendidikan juga memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap depresiasi nilai tukar yaitu sebesar 0,04 persen atau mengalami inflasi sebesar 0,69 persen,” tambah Amalia.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi angka tersebut. Pertama, perkembangan hujan. Pada Juni 2024, hujan ringan akan terjadi di sebagian wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Kondisi ini berlanjut hingga Dasarian II Juli 2024. Rendahnya curah hujan berdampak pada produksi sayuran seperti lada dan bawang merah.
Kedua, meningkatkan produktivitas. BPS menyebutkan pasokan dari perusahaan industri besar seperti Brebes, Kendal, Demak, Bima, dan Nganjuk sudah kembali lancar.
Ketiga, saat tahun ajaran baru. Kegiatan belajar mengajar telah dimulai kembali di sekolah. “Ini adalah masa yang bisa mempengaruhi mata uang,” kata Amalia.
Terakhir, terkait luas panen padi. Berdasarkan hasil pengambilan sampel wilayah (KSA) pengamatan pada bulan Juni 2024, terjadi penurunan produksi padi pada bulan Juni-Juli 2024, setelah melewati puncak panen pada bulan April-Maret 2024.