dianrakyat.co.id, Jakarta – Build Your Dreams (BYD) harus melalui proses yang sangat panjang hingga bisa mencapai ukuran seperti saat ini. Setidaknya perusahaan teknologi global asal China ini membutuhkan waktu 30 tahun.
Jacob Ma, Education Manager BYD Asia-Pasifik dan Assistant Managing Director PT BYD Motor Indonesia, mengatakan BYD didirikan pada 1995 sebagai perusahaan baterai. Saat itu, BYD menyewa rumah untuk dijadikan kantor dengan jumlah pekerja hanya 20 orang.
“Tetapi setelah tiga tahun kami memulai cabang di Eropa, dan dua tahun kemudian kami bermitra dengan dua raksasa seluler global. Baru pada tahun 2003 kami memproduksi mobil sendiri,” jelasnya di IIMS 2024.
Ia mengatakan BYD hanya memiliki satu kantor pusat setelah 12 tahun berkarir. Dan pada tahun 2023, BYD akan menjadi produsen kendaraan listrik (EV) terbesar di dunia.
“20 tahun adalah waktu yang sangat singkat untuk tumbuh begitu cepat dan merupakan suatu kebanggaan bagi BYD untuk mencapai hal ini,” katanya.
Dan hingga saat ini, merek yang berkantor pusat di Shenzhen, Guangdong, Tiongkok ini telah menjual lebih dari enam juta unit Kendaraan Energi Baru (NEV), yang juga dikenal sebagai kendaraan listrik.
Lebih lanjut Jacob mengatakan, teknologi yang diciptakan BYD terkait kendaraan listrik sangat beragam. Salah satunya adalah Blade Battery yang diperkenalkan pada tahun 2020 dan telah diintegrasikan ke seluruh produk mobil listrik BYD.
Kemudian e-platform diperkenalkan pada tahun 2021. Menurut Jacob, e-platform membuat ruang mesin lebih efisien dari segi ruang dan keselamatan. Penemuan lainnya adalah sistem mesin powertrain delapan-dalam-satu yang sangat canggih.
Sebagai pemain terkemuka di industri baterai, BYD memiliki pengetahuan mendalam tentang siklus hidup baterai, termasuk desain, produksi, dan daur ulang. Dan menurut Jacob, tidak semua produsen baterai memiliki fasilitas daur ulang seperti BYD.
“BYD sendiri bekerja sama dengan mitra untuk mengelola program daur ulang baterai dan mengubahnya menjadi sumber energi lain yang disimpan dalam sistem penyimpanan energi, termasuk tata surya. Hal ini memungkinkan BYD memiliki ekosistem energi yang terintegrasi penuh,” ujarnya.
Sekadar informasi, BYD memiliki dua strategi utama dalam menjalankan aktivitasnya, yakni transportasi energi ramah lingkungan dan rantai industri yang lengkap.
Dalam strategi transportasi energi ramah lingkungan, BYD ingin merevolusi semua kendaraan berjalan menjadi mobil listrik. Artinya BYD menginvestasikan banyak waktu dan uang pada mobil penumpang biasa dan semua kendaraan yang dapat diubah menjadi mobil listrik. Jika strategi ini berhasil 100 persen, maka akan meningkatkan potensi pengurangan polusi di dunia.
BYD optimis mampu menerapkan strategi tersebut karena teknologi BYD telah tertanam di berbagai sistem transportasi umum di berbagai negara. Di Indonesia, keberadaan BYD bermula dari kendaraan utilitas umum berbasis EV yang digunakan untuk armada Transjakarta dan unit taksi.
Di Singapura, teknologi BYD sudah terpasang di bus, mobil, taksi, dan truk Singapura. Sedangkan 80 persen bus listrik di Inggris sudah menggunakan teknologi BYD. Di AS, BYD juga telah menyematkan teknologi yang sama pada bus dan truk tronton listrik.
Pada strategi kedua, seluruh rantai industri berperan penting dalam kesuksesan BYD saat ini. BYD merakit hampir seluruh komponen EV termasuk baterai dan BMS (sistem manajemen baterai) secara mandiri, yang memberikan BYD kekuasaan penuh untuk mengelola produksi di departemen produksi.
Selain itu, BYD dapat dengan cepat mengirimkan kendaraan ke pelanggan dan mengganti kendaraan listrik dengan cepat, sehingga memungkinkan BYD untuk memproduksi secara massal.
“Untuk mewujudkan energi transportasi ramah lingkungan, kita perlu berkolaborasi dengan banyak pihak, karena kita tidak bisa berjuang sendirian,” kata Jacob.
“Kami berharap ke depannya BYD dapat lebih banyak melakukan kerja sama dengan pelaku industri, khususnya di bidang intelijen energi dan teknologi masa depan,” tutupnya.