0 0
Read Time:2 Minute, 8 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Kebiasaan duduk dalam waktu lama dianggap salah dan bisa mempengaruhi bentuk tulang belakang. Lantas, apakah kebiasaan ini menjadi penyebab skoliosis?

Dokter spesialis ortopedi, konsultan tulang belakang RS EMC Pulomas Nika Perdana Khardiansyah memberikan jawabannya.

Oleh karena itu, skoliosis yang sering membawa masyarakat ke klinik sebenarnya adalah skoliosis idiopatik. Yang disebut idiopatik itu maksudnya sampai saat ini kita belum mengetahui penyebabnya, kata Niko dalam siaran khusus Liputan6 Senin Sehat di SCTV Tower, Jakarta pada Rabu (6/11/2024).

“Bukan akibat duduk lama, biasanya idiopatik. Tapi kalau ada perasaan skoliosis, punggung bengkok, lalu duduk dengan posisi yang salah dalam waktu lama bisa jadi masalah, tambah sudutnya, tapi tidak.” intinya,” imbuhnya usai sesi Talkshow EMC Healthcare Hybrid Spine Center bertajuk. Tulang Belakang? Jangan Khawatir, Ini Solusinya!

Kebiasaan lain yang dianggap berdampak buruk bagi kesehatan tulang adalah menyilangkan kaki sambil duduk. Apakah aktivitas ini ada hubungannya dengan skoliosis?

“Tidak ada hasil langsung,” katanya.

Ada persepsi di masyarakat bahwa pengobatan skoliosis dianggap sulit dan membutuhkan biaya yang besar. Apakah ini benar?

Terkait pengobatan skoliosis, Niko mengatakan penyakit ini tidak sulit jika pasien berkonsultasi ke dokter tepat waktu.

“Nggak (sulit), jadi pengobatan skoliosisnya 60 sampai 70 persen kalau di usia yang tepat, apalagi yang idiopatik, pengobatannya tergantung sudut sebenarnya. Totalnya 20 sampai 40 derajat, pakai korset. cukup di situ saja, tidak perlu dipotong,” jelas Nico.

Dengan bantuan korset, dokter akan membantu meluruskan tubuh pasien yang sudah bungkuk, karena tulang sedang tumbuh.

“Jika kamu tidak memberi mereka korset, mereka akan bengkok.”

Saat menggunakan korset, lanjut Nico, punggung pasien tidak lurus. Namun setidaknya kondisi skoliosisnya tidak bertambah dan pertumbuhannya menjadi lebih tepat.

“Jadi 60 sampai 70 persen (masalah skoliosis) terkoreksi dengan brace, tapi orang sering terlambat, kurvanya lebih dari 45 derajat.”

Selain korset, skoliosis juga bisa diobati. Prosedur ini dilakukan bila sudut skoliosis besar.

“Bisa (bekerja) kalau sudutnya terlalu besar, biasanya lebih dari 45 derajat, dan berdampak pada bagian tubuh lain. Misalnya, jika skoliosis meluas hingga ke tulang rusuk, maka dapat mengganggu pernapasan. “Jika di punggung bawah, rasa sakitnya sangat parah dan Anda tidak dapat melakukan apa pun, kami biasanya melakukan operasi.”

Kini, soal keberhasilan operasi skoliosisnya, Nico berbicara tentang rumah sakit.

“Tingkat keberhasilannya sangat bergantung pada pengaturan rumah sakit. Jika rumah sakit memiliki peralatan yang tepat, maka risiko kerusakan otak bisa dikurangi. Karena ada dokter, ahli saraf, yang memastikan keamanan saraf selama persalinan.”

Di sisi lain, lebih mudah memasang selongsong pelurus tulang. Misalnya saja bentuk mata elang dengan teknologi augmented reality yang membantu dalam penentuan posisi pena yang benar.

Jadi risikonya kecil sekali, bukan nol persen, tapi kecil sekali, tutupnya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D