0 0
Read Time:3 Minute, 41 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Masyarakat terus memantau perkembangan kasus dugaan pelecehan anak yang dilakukan selebriti Aghnia Punjabi. Sayangnya, kisah sejumlah netizen mengecam orang tua korban. Komentar daring seperti “Bagaimana kabar ibunya masih bekerja?” dan “Di mana orang tua saat anaknya ditindas?” dilihat sekali atau dua kali.

Faktanya, tren ini sudah berkali-kali ditunjukkan. Melansir CNBC, Senin (1/4/2024), kolumnis dan kontributor senior Federalist, Bethany Mandel, mencatat bahwa setelah seorang anak terluka atau terbunuh, para ibu di dunia segera menyadarinya, tidak mampu memiliki cukup belas kasih untuk memahaminya. . bahwa terkadang hal buruk terjadi, bahkan pada anak dengan orang tua terbaik sekalipun.

Lantas mengapa banyak orang yang terdorong untuk menyalahkan orang tua korban, yang dalam banyak kasus juga menjadi korban, padahal anak-anaknya menjadi korban kekerasan, alih-alih mengkritik kelompok yang melakukan tindakan keji tersebut? Mandel mencatat bahwa banyak orang tua yang tidak mau percaya bahwa sesuatu yang buruk bisa menimpa anak mereka.

“Orang tua ingin percaya bahwa mereka bisa mencegah hal ini. Jadi mereka yakin pasti ada sesuatu yang bisa dilakukan orang tua lain untuk mencegah tragedi ini,” kata Mandel. “Bencana jarang terjadi dengan cara yang sistematis, dapat diprediksi, atau dapat diprediksi.”

“Terkadang hal buruk menimpa orang baik, bisa terjadi kapan saja dan ini adalah salah satu hal paling menakutkan dalam hidup,” katanya. “Untuk mengatasi ketakutan ini, kebanyakan dari kita berpura-pura bahwa hal ini tidak dapat dan tidak akan terjadi (pada kita dan orang-orang di sekitar kita).”

Mandel menegaskan, pada akhirnya kesalahan selalu ada di pihak pelaku. “Menanamkan gagasan bahwa kita dapat melindungi anak-anak kita dari segala jenis kejahatan atau bahwa kitalah yang harus disalahkan atas apa pun yang terjadi pada mereka adalah hal yang merugikan orang tua dan pada akhirnya bagi anak-anak kita,” katanya.

“Demi kepentingan kita semua, kita harus benar-benar berdiskusi bagaimana orang tua dari semua lapisan masyarakat bisa melindungi anak-anaknya, namun tidak memikirkan atau berpendapat sedikit pun bahwa ini adalah kesalahan orang tua,” tegasnya. .

Aghnia sebelumnya merilis foto yang memperlihatkan anak kecilnya mengalami luka besar di bagian mata kirinya, dan juga terdapat luka di area telinga, rangkum saluran Showbiz dianrakyat.co.id, Senin (1/4/2024). Selang beberapa hari, ia membagikan informasi terkini mengenai kondisi sang putri.

Ia bersyukur mata kirinya yang awalnya bengkak parah, berangsur-angsur membaik. “Hari ini matanya lebih banyak membaca, alhamdulillah,” tulisnya di Instagram Story-nya pada Minggu, 31 Maret 2024.

 

Namun muncul luka baru, tepatnya di area mata kanan, kata Aghnia. Tak lupa ia juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan perhatian dan kepedulian terhadap keluarganya, terutama anak-anaknya. Ia merasa bayinya disayang banyak orang.

“Aku ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua orang yang peduli padaku, keluargaku, teman-teman dan kerabatku, serta semua orang yang telah memberiku hadiah di rumah jadi aku tidak bisa menandainya satu per satu. Hatiku, terima kasih,” dia dikatakan. “Jujur aku tidak bisa berhenti menangis, banyak sekali orang yang membantu Cara tanpa diminta dan siapa yang peduli. Masya Allah.”

Ia melanjutkan, “Kepada saudara atau teman yang menjengukku namun tidak bisa menemuiku, aku minta maaf karena kondisiku yang belum stabil dan aku ingin fokus pada kesembuhan Kana dulu. Jadi terima kasih atas pengertian Anda.

Sementara itu saluran dianrakyat.co.id Surabaya memberitakan, Kepolisian Resor (Polresta) Malang Kota membeberkan alasan penganiayaan terhadap tersangka anak Aghnia yang merupakan perempuan berusia 27 tahun asal Jawa Timur berinisial IPS. Kasatreskrim Polres Malang Kompol Danang Yudanto mengungkapkan, pelaku sempat marah kepada korban yang masih anak-anak.

Pelaku marah, kata Kapolsek Danang, karena korban berinisial JAP (3) menolak menerima obat untuk mengobati luka paku. Penolakan tersebut membuat pelaku merasa marah, setelah itu penyerangan pun terjadi. Selain rasa marah karena korban tidak mau menyerahkan obatnya, menurut perbuatan tersangka, masih banyak faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya penganiayaan tersebut.

“Tersangka mengaku saat itu salah satu anggota keluarganya sedang sakit. Namun hal tersebut tidak bisa dijadikan alasan untuk melakukan kekerasan terhadap anak,” kata Kompol Danang di Kota Malang, Sabtu, 30 Maret 2024. , seperti dilansir Antara.

Saat ini, Polresta Malang sedang melakukan penyelidikan menyeluruh atas dugaan penyerangan tersebut dan meninjau rekaman CCTV. Hal ini untuk memastikan adanya kejadian lain yang dilakukan tersangka terhadap korbannya. – Kami masih menyelidiki, tentunya masih menganalisis. Kami akan mengkaji apakah ada bentuk kekerasan lain yang bisa kami deteksi dan identifikasi dalam rekaman tersebut, ujarnya.

Polisi juga memeriksa empat orang saksi yang merupakan orang tua korban dan dua orang yang bekerja di rumah Aghnia. Saat kejadian penganiayaan terjadi, orang tua korban sedang berada di Jakarta.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D