dianrakyat.co.id, Jakarta Presiden terpilih Prabowo Subianto dikabarkan juga akan membentuk Kementerian Perumahan Rakyat yang terpisah dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Niat membentuk Kementerian Perumahan Rakyat merupakan langkah nyata pemerintah untuk mempercepat kerja penyediaan perumahan nasional.
Namun karena persoalan perumahan sangat sulit, banyak pihak yang berharap kementerian dipimpin oleh menteri yang paham akar permasalahannya.
“Persoalan perumahan sangat sulit sehingga kita tidak bisa belajar dengan cepat. “Saat ini permasalahan pembayaran utang, biaya perumahan dan distribusi masyarakat khususnya generasi milenial perlu diselesaikan dengan cepat dan tepat,” kata analis real estate Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat di Jakarta (9/9/2024 ). ).
Ia mengatakan, diperlukan menteri yang memahami sejarah dan penerapan undang-undang tersebut serta mampu membawa perubahan berkelanjutan dalam undang-undang perumahan, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Kalau perlu, ada menteri yang bersedia menangani urusan rumah tangga secara adil.
“Ini bagus bagi masyarakat yang sudah paham (perumahan), karena akan memudahkan percepatan pencapaian perumahan yang terjangkau bagi semua kalangan,” kata Sarri yang juga merupakan Senior Research Advisor Knight. Franc Indonesia.
Sementara itu, Leads Property Manager Martin Samuel Hutapea menilai menteri perumahan terpilih harus memahami apa yang penting dalam pengelolaan perumahan. Hal ini mencakup hubungan antara jumlah penduduk, daya beli, lapangan kerja, bentang alam, dan ketersediaan lahan. Saat ini yang membutuhkan perawatan adalah mereka yang kesulitan mencari tempat tinggal, padahal sudah bekerja.
“Siapapun mereka, mereka perlu mengetahui permasalahan industri real estate dan memperbaiki cara kerjanya. Oleh karena itu, kita membutuhkan orang-orang yang memiliki ide untuk menyelesaikan permasalahan real estate,” ujarnya.
Ketua Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda menegaskan, reformasi Kementerian Perumahan Rakyat membawa harapan bahwa persoalan penyediaan akomodasi atau hunian menjadi sangat penting untuk diurus pemerintah, begitu juga dengan penyediaan sandang dan pangan.
Soal kemampuan Menteri Perumahan Rakyat, Presiden akan percaya bahwa beliau adalah orang yang memahami kondisi pasar perumahan saat ini dan terlibat langsung sebagai ahli sehingga kebijakan yang diambil sesuai dengan harapannya. kata Ali.
Menurut dia, menteri-menteri yang ditunjuk presiden harusnya yang memahami model tersebut secara makro dan mikro, karena tanpa itu semua perusahaan perumahan akan tetap ada.
“Khususnya dari kalangan pengusaha atau profesional. Namun baik pengusaha maupun profesional juga perlu memahami politik, karena sektor perumahan ke depan akan penuh dengan politik,” jelas Ali.
Harapan yang sama juga diungkapkan Presiden Asosiasi Real Estate Indonesia (AREBI) Jenderal Lucas Bong yang berharap Kementerian Perumahan Rakyat dipimpin oleh menteri yang memahami sektor tersebut dengan baik. Menurutnya, pemahaman ini penting karena industri perumahan Tanah Air tertinggal beberapa dekade dari negara tetangga.
“Akan lebih baik jika bapak ahli dan paham betul masalah perumahan. Kita sudah lihat ada ahli seperti Menteri Basuki di bidang konstruksi. Kami yakin orang seperti itu juga akan setia mengelola sektor perumahan.” kata Lukas.
Selain itu, katanya, banyak profesional yang perlu memimpin, seperti pengembang, yang berasal dari organisasi pengembangan perangkat lunak. Mereka sudah memahami seluk beluk, termasuk proses sertifikasi, sehingga mampu tampil baik saat terpilih.
Sementara itu, dalam diskusi perumahan yang dilakukan kelompok perumahan, pedagang real estate Fajar R. Zulkarnaen mengatakan, hingga saat ini sektor perumahan sepertinya masih terabaikan.
“Kami ingin menambah nama dan kewenangannya di Kementerian Perumahan dan Pembangunan Perkotaan. Kenapa? Sebab, ke depan sebagian besar masyarakat Indonesia akan tinggal di perkotaan. Ini fenomena global yang tidak bisa dihindari, jadi kalau tidak disiapkan, termasuk perumahan, itu akan menjadi tantangan baru dan lebih besar,” kata Fajar.
Hal penting lainnya adalah Kementerian Perumahan dan Pembangunan Perkotaan harus dijalankan oleh orang atau orang-orang yang memahami perumahan dan properti dalam skala besar.
Karena kalau bicara politik, kalau orangnya tidak paham soal perumahan, tidak paham apa itu zonasi, dan proses perizinan yang menghalanginya, maka pada akhirnya kementerian bisa menerima apa saja. Vadi atau tidak. dia tahu jalan yang benar.
“Jangan bingung. Oleh karena itu ia harus ahli, yaitu orang yang telah mempunyai bagian atas rumah dan harta benda. “Jika ada kementerian dan jumlah yang tepat, maka kami berharap program perumahan 3 juta rumah Prabowo-Gibran dapat berhasil dilaksanakan,” kata Wakil Ketua DPP Real Estate Indonesia (REI) Bidang Kerjasama Investasi ini.