dianrakyat.co.id, Jakarta PT Pertamina Patra Niaga menegaskan akan terus menyalurkan bahan bakar Pertalite (RON 90) sesuai Keputusan Menteri ESDM (Kepmen) No. 37.K/HK.02/MEM.M/2022 tentang Jenis Bahan Bakar Misi Khusus (JBKP) 10 Maret 2022.
Eko Kristiawan, Regional Director Komunikasi, Komunikasi dan CSR PT Pertamina Patra Niaga wilayah Jawa Barat menjelaskan, identifikasi bahan bakar khusus (JBKP) dilakukan Pemerintah melalui Kementerian. bidang ekonomi. bunga
“Pertamina Patra Niaga berkomitmen melaksanakan keputusan Pemerintah atas pengelolaan JBKP khususnya bensin atau bensin dengan RON 90 dalam hal ini Pertalite untuk didistribusikan kepada masyarakat,” kata Eko.
Eko juga menjelaskan, peruntukan wilayah penyediaan dan pendistribusian JBKP juga telah diatur melalui keputusan menteri sehingga Pertamina tetap mengikuti kebijakan pemerintah tersebut.
“Peruntukan wilayah penyediaan dan pendistribusian Pertalite ditujukan ke seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka kami umumkan Pertalite kini telah tersedia di seluruh wilayah operasi Pertamina Patra Niaga termasuk Region Jawa Barat. Provinsi Banten, DKI Ada Jakarta dan Jawa Barat,” tambah Eko.
Sementara itu, berdasarkan keputusan menteri tersebut ditetapkan bahwa pengaturan, pengawasan, dan pengendalian distribusi volume penyediaan dan penyaluran JBKP dilakukan oleh badan pengawas, khususnya BPH Migas (Badan Pengelola Hilir Minyak Bumi).
“Dalam penyediaan dan pendistribusian Pertalite, Pertamina menyalurkan sesuai kuota yang ditetapkan lembaga,” kata Eko.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Patra Niaga Irto P. Ginting membenarkan melalui keterangan tertulis (5 Juli) bahwa Pertalite masih didistribusikan ke seluruh wilayah.
“Sampai saat ini kami masih mendistribusikan Pertalite di seluruh wilayah sesuai arahan Pemerintah. Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu khawatir.”
Irto mencatat, Pertamina Patra Niaga sebagai pihak yang melaksanakan tugas penyaluran BBM bersubsidi berkomitmen untuk mengikuti dan melaksanakan seluruh kebijakan yang ditetapkan Pemerintah.
Irto mengatakan: “Pada prinsipnya semua kebijakan Pemerintah akan kami laksanakan dan laksanakan, sehingga jika terjadi perubahan penyaluran sebaiknya disetujui oleh kebijakan pemerintah.”
Ditetapkan hingga April 2024, pelaksanaan penyaluran Pertalite ke seluruh Tanah Air sebanyak 9,9 juta kiloliter dari total kuota Pertalite tahun 2024 yang ditetapkan Badan Pengelola Minyak Bumi (BPH) Hilir sebesar 31,7 juta KL. Sedangkan pasar regional Jawa Barat sendiri mencatat penyaluran Pertalite sebanyak 2,7 juta KL hingga saat ini (YTD).
Untuk memantau pelaksanaan penyaluran Pertalite, Pertamina Patra Niaga juga mendorong digitalisasi penyaluran BBM bersubsidi melalui program Matching Subsidi. Program harmonisasi subsidi merupakan upaya untuk menjamin transparansi distribusi BBM bersubsidi.
Dengan digitalisasi, pendistribusian BBM bersubsidi dapat dipantau secara real time dan mencegah potensi kecurangan di sektor tersebut. Selain itu, Pertamina Patra Niaga juga meminta pelanggan untuk selalu menggunakan bahan bakar sesuai spesifikasi kendaraan.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyinggung penghapusan bahan bakar Pertalite pada tahun ini. Ada beberapa poin tanggapannya terhadap pidato tersebut.
Diketahui, pada tahun 2024 konsumsi Bahan Bakar Minyak Kelas Khusus (JBKP) Pertalite akan dibatasi. Implementasi perubahan Peraturan Presiden (Perpres) nomor 191 Tahun 2014 masih berjalan.
Di sisi lain, ada program Langit Biru yang dilaksanakan Pertamina untuk menggalakkan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan. Salah satunya dengan mengganti Pertalite dengan Pertamax Green 92 dengan campuran bioetanol.
“Iya kalau bisa diberikan tanpa kelebihan beban, baguslah,” kata Arifin menanggapi forum pemadaman Pertalite, di Kementerian ESDM, Jakarta, hari ini Senin (15/1/2024).
Sebelumnya, dalam konteks kualitas bahan bakar, Arifin menetapkan standar distribusi global. Misalnya saja mereka menggunakan standar bahan bakar Euro 4 dan Euro 5.
Tujuannya adalah untuk mengurangi kontribusi polutan udara. Ia juga menekankan tingginya kandungan sulfur pada Pertalite dan berharap Pertamina bisa memproduksi bahan bakar lebih ramah lingkungan.
“Kami mendesak Pertamina untuk melaksanakan program renovasi kilangnya agar bisa menghasilkan bahan bakar yang lebih bersih dan ramah lingkungan,” ujarnya.
Pada pertengahan tahun 2023 lalu, PT Pertamina (Persero) kembali meluncurkan Program Langit Biru. Dimana Perseroan berupaya untuk mengurangi jejak karbonnya dengan menciptakan produk-produk yang rendah emisi, seperti salah satu produk Perseroan yaitu Pertamax.
Kini Program Langit Biru Pertamina sudah memasuki tahap kedua. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan pada periode ini penggunaan bahan bakar beremisi tinggi seperti Pertalite ditiadakan.
Upaya Pertamina untuk mengurangi emisi karbon tampaknya sejalan dengan pemerintah. Kementerian ESDM sendiri sedang membahas ekstraksi Pertalite dan konversi ke Pertamax. Upaya ini dilakukan untuk mengurangi polusi udara.
Nicke menulis, Kamis (31/8/2023), “Angka oktan minimal yang boleh dijual di Indonesia adalah 91 sesuai aturan KLHK.”
Pertalite saat ini memiliki nilai oktan (RON) sebesar 90. Sedangkan Pertamax memiliki nilai oktan (RON) sebesar 92.