dianrakyat.co.id, Jakarta PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menyalurkan kredit infrastruktur senilai Rp 301,17 triliun hingga akhir tahun 2023. Harga tersebut mengalami kenaikan sebesar 15,95 persen year-on-year (YoY) dari posisi Rp 26.525 pada tahun 2022. Istilah kredit infrastruktur mengacu pada klasifikasi dalam Peraturan Presiden (Tujuan) 38 Tahun 2015.
Corporate Banker Bank Mandiri Susana Indah Chris Indriati mengatakan, pembiayaan dilakukan di berbagai subsektor seperti jalan, transportasi, minyak dan gas serta energi terbarukan, ketenagalistrikan, telekomunikasi, perumahan rakyat dan perkotaan. Kredit ini mencakup pembangunan jalan tol, bandara, pelabuhan, dan jalur kereta api yang digunakan masyarakat.
“Di luar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan wujud komitmen Bank Mandiri untuk terus menjadi mitra dalam memperkuat infrastruktur negara,” kata Susana Indah dalam keterangan publik, Rabu (14/2/2024).
Penyaluran kredit infrastruktur BMRI sebagian besar diarahkan pada subsektor transportasi yang tumbuh sebesar 24,79 persen secara tahunan menjadi Rp78,29 triliun pada akhir tahun 2023. Kemudian, listrik tumbuh sebesar 18,34 persen menjadi Rp51,50 triliun.
Kemudian, subsektor telekomunikasi tumbuh 13,41 persen menjadi Rp 28,0 triliun pada tahun 2023. Selain itu, penyaluran kredit infrastruktur sektor migas dan energi terbarukan meningkat 30,33 persen menjadi Rp 27,74 triliun.
Susanna Indah melihat peluang pertumbuhan yang berkelanjutan bagi sektor infrastruktur di masa depan. Berdasarkan riset tim Bank Mandiri, belanja infrastruktur akan meningkat sebesar Rp423,4 triliun pada APBN 2024, atau 6 persen dari Outlook APBN 2023 sebesar Rp399,6 triliun.
Strategi Infrastruktur tahun 2024 akan fokus pada mendukung Proyek Strategis Nasional (PSN) sebagai katalis pertumbuhan ekonomi dalam negeri dan meningkatkan daya saing Indonesia secara berkelanjutan.
Sasaran pembangunan infrastruktur mencakup belanja infrastruktur pelayanan dasar seperti transportasi dan konektivitas, pendidikan dan kesehatan, serta teknologi, informasi dan komunikasi.
Hal ini membuktikan bahwa pembangunan infrastruktur sangat penting sebagai mesin untuk menciptakan perekonomian berkelanjutan di masa depan. Bank Mandiri berkeyakinan untuk terus memberikan kredit infrastruktur dengan memenuhi perannya sebagai mitra pemerintah dan agen perubahan.
Oleh karena itu, Bank Mandiri akan terus mendukung pembiayaan infrastruktur dari hulu hingga hilir dengan keahlian yang relatif lengkap dengan tetap menerapkan prinsip diskresi,” lanjut Susanna.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andrey Asmoro mengatakan sektor infrastruktur mempunyai peran besar dalam memacu pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan hasil riset tim ekonom Bank Mandiri, dampak ekonomi dari proyek infrastruktur yang diprioritaskan pemerintah seperti jalan tol, light rail transport (LRT) Jabodetabek, sektor pariwisata, dan sektor industri total nilai proyeknya Rp. 430,0 triliun, berpotensi meningkatkan pendapatan domestik bruto (PDB) sebesar Rp 690,5 triliun.
“Proyek infrastruktur mempunyai dampak kualitatif yang sangat besar terhadap perekonomian, termasuk penciptaan lapangan kerja,” kata Andrey.
Selain itu, pembangunan berbagai proyek infrastruktur kemungkinan akan mendatangkan 2,4 juta tenaga kerja baru. Pada saat yang sama, dalam jangka menengah dan panjang, pembangunan infrastruktur juga dapat memberikan dampak positif pada industri sekunder seperti penyediaan listrik dan gas untuk industri manufaktur dan properti, makanan dan minuman, transportasi dan pergudangan.