dianrakyat.co.id, Jakarta Bank Dunia menyoroti program makan siang gratis yang digagas Presiden terpilih RI Prabowo Subianto.
Lembaga keuangan internasional tersebut menilai paket belanja sosial yang direncanakan dalam program ekonomi Prabowo selama 5 tahun ke depan berpotensi meningkatkan pembentukan sumber daya manusia dalam kerangka fiskal yang berkelanjutan.
Namun Bank Dunia tidak menutup kemungkinan bahwa program sosial pemerintahan baru akan mendorong lebih banyak belanja sosial, baik melalui program yang sudah ada maupun yang baru. Ini termasuk program makan siang sekolah gratis yang unggulan.
“Jika program-program ini dilaksanakan secara penuh dan simultan, perkiraan menunjukkan bahwa biaya fiskal dari program-program ini secara bersama-sama dapat mencapai 3 persen PDB pada tahun pertama (2025) dan sekitar 2 persen PDB setelahnya,” ungkap Bank Dunia dalam Perekonomian Indonesia. dikatakan Outlook Report edisi Juni 2024, dikutip Senin (24/6/2024).
“Penerapan bertahap yang dibarengi dengan reformasi perpajakan dapat mencapai tujuan tersebut, memberikan tambahan pendapatan tahunan sebesar 1-1,5 persen PDB akan membantu pemerintah menjaga regulasi fiskalnya,” jelasnya.
Bank Dunia menilai peraturan tersebut membantu terciptanya kerangka kebijakan makroekonomi yang transparan dan kredibel. Hal ini memungkinkan Indonesia berhasil menarik investasi, mendorong pertumbuhan, dan mengatasi guncangan eksternal.
Data dari laporan World Food Program Stand of School Feeding Worldwide tahun 2022 menunjukkan bahwa 418 juta anak di seluruh dunia menerima tunjangan makan siang gratis di sekolah, melebihi tingkat cakupan sebelum pandemi.
“Secara umum, pemberian makanan di sekolah bisa efektif ketika ada kekhawatiran mengenai keamanan pangan. Untuk mencapai hasil gizi yang lebih baik, lebih dari 80 persen program pemberian makanan di sekolah nasional menggabungkan makanan dengan penyediaan intervensi kesehatan dan gizi di sekolah (seperti suplementasi zat gizi mikro, obat cacing, dan obat cacing). ), kurikulum pendidikan kesehatan/gizi, intervensi kebijakan kesehatan sekolah) untuk meningkatkan hasil kesehatan dan membantu memastikan saling melengkapi dengan tujuan intervensi obstruktif dalam 1000 hari pertama.
“Makanan di sekolah juga secara tidak langsung memberikan manfaat terhadap kesejahteraan ekonomi rumah tangga penerima manfaat, dampak terkuat terjadi di daerah dengan tingkat kemiskinan tinggi dimana pengeluaran untuk makanan mewakili proporsi pendapatan rumah tangga yang lebih besar,” jelasnya.
Anggota Bidang Keuangan Satgas Sinkronisasi Raka Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming, Thomas Djiwandono mengungkapkan, anggaran sebesar Rp71 triliun digunakan untuk program pangan bergizi gratis. Program ini sebelumnya bernama Makan Siang Gratis.
Ia mengatakan, tim pemerintahan Prabowo-Gibran akan mengoptimalkan penggunaan anggaran sebesar Rp71 triliun untuk makan siang gratis tersebut. Termasuk memprioritaskan daerah-daerah yang paling membutuhkan makanan bergizi gratis.
“Tahun ini kami akan mengoptimalkan penggunaan anggaran yang telah disiapkan pemerintah bersama DPR, sehingga jumlah program makan siang gratis dapat dimaksimalkan berdasarkan prioritas kebutuhan,” kata Thomas yang merupakan keponakan Prabowo. . konferensi pers di Kantor Direktorat Jenderal (DJP), Jakarta, Senin (24/6/2024).
Lanjutnya, program makan gratis bergizi ini akan dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2025. Teknis pelaksanaan bertahap ini merupakan bagian dari proses evaluasi untuk mengoptimalkan sasaran penerima manfaat.
“Kami berkomitmen untuk melaksanakan program andalan Pak Prabowo Subianto secara bertahap. Kuncinya bertahap tapi juga tentunya dengan prinsip belanja berkualitas dan tentunya kita ingin mencapai target 100 persen,” ujarnya.
Ia menyambut baik keputusan pemerintahan Jokowi yang mengalokasikan anggaran sebesar Rp 71 triliun untuk program makan bergizi gratis. Menurutnya, kesepakatan anggaran ini mencerminkan kerja sama yang kuat antara pemerintahan Jokowi dan presiden terpilih Prabowo Subianto.
“Sebelumnya sebesar Rp 71 triliun telah dialihkan sesuai kesepakatan antara pemerintahan saat ini dengan pemerintahan yang akan datang, tentunya kita harus menunggu proses siklus APBN di DPR,” tutupnya.
Wartawan: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com