0 0
Read Time:8 Minute, 22 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta Pakaian adat Betawi merupakan warisan budaya yang kaya akan sejarah di Indonesia. Pakaian Betawi atau dikenal juga dengan sebutan Pakaian Betawi merupakan salah satu jenis pakaian adat yang masih mempertahankan keasliannya. Pakaian Betawi erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat Betawi yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya.

Salah satu jenis pakaian adat betawi yang paling terkenal adalah baju koko betawi untuk pria dan baju kebaya betawi untuk wanita. Pakaian koko betawi biasanya terdiri dari kemeja hitam lengan panjang dan celana putih. Sedangkan kebaya Betawi memiliki desain yang elegan dan halus.

Pakaian adat Betawi mempunyai fungsi yang beragam. Pakaian betawi seringkali dikenakan tidak hanya pada acara formal seperti pernikahan atau pesta adat saja, namun juga pada saat upacara adat atau hari raya keagamaan. Keunikan pakaian adat betawi terletak pada desainnya yang kental dengan nuansa budaya betawi, hiasan bordir yang indah, dan motif yang unik.

Motif-motif tersebut seringkali mewakili keseharian masyarakat Betawi, seperti motif rumah adat, flora dan fauna. Ciri khas lainnya adalah penataan aksesoris yang dikenakan pada pakaian Betawi, seperti kain batik yang dililitkan di pinggang atau selendang berbahan lagu. Berikut jenis pakaian Betawi yang dihimpun dianrakyat.co.id dari berbagai sumber, Senin (27/05/2024). 

Masyarakat Betawi merupakan keturunan dari kota asli Batavia yang kini dikenal dengan nama Jakarta, ibu kota Indonesia. Batavia adalah nama yang digunakan pada masa penjajahan Belanda, yang kemudian diubah ketika disesuaikan dengan bahasa lokal dan menjadi Betawi. Saat ini masyarakat Betawi banyak berdomisili di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) dan sekitarnya. Secara biologis suku ini merupakan hasil perpaduan suku bangsa, karena Batavia mempunyai beberapa suku bangsa yang saling berinteraksi, kawin campur dan menghasilkan keturunan.

Suku bangsa yang turut berperan dalam terbentuknya suku Betawi antara lain suku Jawa, Sunda, Melayu, Bugis, Batak, Tionghoa, Arab, Inggris, Belanda, Portugis, Ambon, Bali, dan lain-lain. Keberagaman etnis inilah yang melahirkan budaya Betawi yang kaya dan beragam dengan pengaruh yang sangat kuat dari budaya Melayu, Islam, dan Tionghoa. Tradisi, adat istiadat, kesenian, dan kuliner Betawi banyak mengambil inspirasi dari ketiga budaya tersebut, dengan pengaruh Melayu dan Islam yang sangat kuat.

Menurut Taufik Effendi, masyarakat Jakarta sudah mengenal pakaian adat Betawi sejak abad ke-15. Pakaian adat tersebut tentu saja dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, seperti pakaian adat Sunda, Jawa, Cina, dan Melayu. Salah satu ciri khas pakaian adat Betawi adalah sentuhan Islami seperti pakaian yang mengingatkan pada pakaian haji, serta penggunaan atribut seperti topi dan sarung. Pengaruh Islam tidak hanya terlihat pada pakaian, tetapi juga pada seni budaya dan perilaku sehari-hari masyarakat Betawi.

Namun dalam beberapa dekade terakhir, suku Betawi menjadi minoritas di kota Jakarta karena banyaknya pendatang dari berbagai daerah di Indonesia. Akibatnya budaya dan keseharian suku Betawi mulai terpinggirkan. Untuk melestarikan budaya Betawi, pemerintah mendirikan cagar budaya di Situ Babakan, sebuah kawasan di Jakarta yang didedikasikan untuk pelestarian dan pemajuan budaya Betawi.1. Enzim Kebaya

Kebaya encim merupakan salah satu pakaian adat betawi yang sangat terkenal dan sering dikenakan oleh para wanita baik remaja, dewasa maupun wanita paruh baya. Kebaya ini memiliki desain yang polos dan sederhana, namun tetap memancarkan keanggunan dan keanggunan. Kebaya encim sering dikenakan pada berbagai acara penting seperti Pekan Raya Jakarta, seragam wanita yang bekerja di instansi pemerintah maupun swasta, merayakan hari raya, menerima tamu istimewa, pertunjukan seni dan budaya, dan berbagai acara lainnya.

Dahulu ketika Batavia (sekarang Jakarta) masih mendapat pengaruh budaya Eropa yang kuat, Kebaya Encim terbuat dari bahan renda atau brokat Eropa yang dipadukan dengan bordiran lokal. Hasil sulaman ini seringkali terdapat motif bunga-bunga yang menghiasi bagian bawah atau pergelangan kebaya sehingga membuat kebaya seolah-olah disulam langsung. Salah satu jenis sulaman yang banyak digemari adalah kerancang yang terkenal dengan sulamannya yang banyak lubangnya dan halus serta hampir sempurna.

Saat ini, teknologi komputer sering digunakan dalam desain, yang menghasilkan desain yang lebih cepat dan inovatif, namun lebih kasar dan kurang halus dibandingkan desain buatan tangan. Keistimewaan lain dari Kebaya Encim adalah bagian leher yang membentuk V (V-neck) dan bagian bawah kebaya yang meruncing atau dikenal dengan Kebaya Sonday. Kebaya ini melebar pada bagian bawah lengan sehingga memberikan kesan longgar dan nyaman, disebut Kebaya Model Goeng. Kebaya encim terus dimodifikasi dan dimodernisasi dengan bahan seperti brokat, sutra, organza dan lainnya. Sebagai bawahannya, Kebaya Encim biasanya dipadukan dengan sarung dengan berbagai corak, seperti karangan bunga, rebung, kain pagi sore, atau ketupat. Namun banyak remaja putri yang memadukan Kebaya Encim dengan celana panjang atau rok panjang untuk tampil lebih modern. 2. Terdiri dari pakaian

Baju Sadaria merupakan pakaian adat Betawi yang sering dipadukan dengan Kebaya Encim untuk pria. Kemeja ini banyak digunakan pada festival seperti Abang None dan Jakarta Fair. Tampilan kaos yang simpel namun elegan ini sudah tidak asing lagi bagi banyak orang. Baju sadaria merupakan baju koko atau taqwa dengan kerah shanghai setinggi 3-4 cm. Kebanyakan berwarna putih dengan lengan panjang. Ceritanya, baju ini terinspirasi dari budaya Tionghoa, dimana pakaian kepompong sering dikenakan oleh para pria Tionghoa. Nama “koko” berasal dari kata Mandarin yang berarti “kakak laki-laki”. Baju Sadaria sebagian besar terbuat dari bahan katun, meskipun ada juga yang terbuat dari bahan sutra atau linen sutra alam. Kemeja ini memiliki kancing atas hingga bawah serta saku kanan dan kiri bawah. Terkadang kemeja ini memiliki belahan di bagian bawah agar lebih nyaman dipakai.

Terkadang kemeja ini dibordir di bagian kerah, di tengah, atau di samping kanan dan kiri. Sulaman bisa terbuat dari katun, sutera alam atau bahan lainnya. Baju Sadaria biasanya dipadukan dengan celana berwarna gelap atau celana pendek bermotif batik. Pemilihan celana mempengaruhi alas kaki yang akan dikenakan; Celana berwarna gelap cocok dipadukan dengan boots, dan celana batik cocok dipadukan dengan sandal pump. Laki-laki Betawi memakai peci hitam polos dan sarung lipat (zukin) yang dikalungkan di leher. Labu ini berfungsi ganda sebagai sarung atau sajadah saat beribadah, dan juga sebagai senjata pertahanan diri. Baju sadaria sering dikenakan oleh para pegawai pemerintah ataupun swasta pada acara-acara tertentu, acara adat, tempat wisata, menerima tamu istimewa, merayakan hari-hari besar. Meski tidak memiliki filosofi tertentu, namun pakaian tersebut mencerminkan jati diri pria Betawi yang rendah hati, dinamis, santun, dan bermartabat. 3. Pangsi Betawi

Pangsi Betawi merupakan pakaian adat yang sering dipakai oleh para jagoan atau pendekar Betawi. Menurut sejarah, baju Tikim dan celana Pangsi dipengaruhi oleh budaya Tionghoa. Nama Tikim berasal dari kata Hokkien “Tui Kim” dan Pangsi dari “Phang Si”. Pakaian ini diadaptasi dari pakaian orang Tionghoa yang tinggal di Batavia. Kaos Pangsi memiliki bentuk leher O (O-neck) bulat dan lengan panjang longgar. Dulunya baju ini dibuat tanpa kancing, namun kini kancing paling banyak digunakan. Laki-laki Betawi biasanya mengenakan kemeja putih polos sebagai lapisan di bawah Baju Pangsi, sehingga terkadang kemeja tersebut dipakai tanpa kancing.

Celana pangansi bersifat longgar dan terlihat seperti celana kebesaran. Warna celana biasanya dipadukan dengan warna baju. Dahulu pakaian ini dikenakan oleh laki-laki Betawi dalam beraktivitas sehari-hari. Namun seiring berjalannya waktu, pakaian tersebut lebih sering dikenakan oleh jagoan betawi, pendekar, jagoan, dan petani. Laki-laki Betawi mengenakan ikat pinggang yang lebih lebar dari biasanya dan sarung yang dililitkan erat di leher. Sarung ini memiliki banyak fungsi, seperti sajadah dan sarung salat, serta sebagai senjata pertahanan diri.

Warna pakaian Pangsi tidak hanya hitam saja, namun juga merah, hijau, dan putih yang masing-masing memiliki makna tersendiri. Pakaian pangsi berwarna putih atau krem ​​biasanya dikenakan oleh para seniman bela diri yang juga merupakan pemuka agama. Baju pangsi berwarna hitam dikenakan oleh seorang centeng, sedangkan baju pangsi berwarna merah dikenakan oleh orang yang memiliki ilmu silat dan ilmu agama yang tinggi. Warna baju ini juga mempengaruhi warna atribut lainnya, seperti topi. Warna atribut menunjukkan siapa yang memakai pakaian tersebut. Dahulu, lencana berwarna merah melambangkan seseorang yang diakui masyarakat memiliki banyak ilmu dan pengalaman. Pecs merah dan baju merah Pangsi merupakan pakaian suci dan tidak boleh dipakai oleh siapapun kecuali untuk tujuan seni.

Pakaian bangsawan Ujung Serong merupakan pakaian adat Betawi yang dikenakan oleh para bangsawan dan demang pada khususnya. Pakaian ini biasanya hanya dikenakan oleh laki-laki dan merupakan simbol status sosial yang tinggi. Pakaian ini sering dikenakan oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) di instansi pemerintah, pada acara pernikahan sebagai tamu atau patron, pada saat perayaan besar saat bertemu dengan tamu istimewa, maupun pada acara resmi lainnya.

Pakaian lapis pertama berupa kemeja berwarna putih yang dikenakan sebagai lapisan dalam. Jaket hitam atau berwarna gelap lainnya kemudian dikenakan di atas kemeja putih. Di bawahnya ada celana dalam dengan warna yang sama dengan jaket. Kain batiknya dililitkan di pinggang hingga panjangnya mencapai paha. Kain batik ini memberikan kesan tradisional pada pakaian formal sederhana ini. Alas kaki yang tepat untuk outfit ini adalah boots yang menambah keanggunan dan fashion. Untuk menambah kesan seorang bangsawan, ia kerap mengenakan jam tangan emas di pergelangan tangannya. Kain berwarna hitam berbentuk pec dikenakan untuk menciptakan kesan bermartabat dan formal. 5. Pakaian Pengantin Betawi

Baju pengantin betawi merupakan pakaian khusus yang dikenakan oleh pasangan pengantin pada hari pernikahannya. Seperti halnya baju pengantin dari daerah lain, baju pengantin betawi mempunyai ciri khas dan ciri yang mencerminkan kekayaan budaya betawi. Pernikahan merupakan sebuah acara yang sangat sakral, sehingga busana yang dikenakan pada hari istimewa tersebut didesain dengan sangat hati-hati dan penuh makna. Pakaian pengantin Betawi merupakan perpaduan berbagai pengaruh budaya antara lain Arab, Cina, India, dan Eropa. Kombinasi ini menciptakan pakaian pernikahan yang unik dan penuh warna. Bagi pengantin pria pakaian ini dinamakan Dandanan Care Haji. Pakaian ini mencerminkan keagungan dan kesucian, seringkali dilengkapi dengan aksesoris seperti kain peci dan batik.

Sedangkan pakaian pengantin untuk wanita dinamakan Cine Bridal Care None Makeup. Pakaian-pakaian ini memadukan unsur keindahan dari berbagai budaya yang mempengaruhi Betawi sehingga menghasilkan pakaian yang memancarkan keanggunan dan eksklusivitas. Care None Tata rias pengantin yang biasanya dihiasi dengan berbagai hiasan dan aksesoris cantik seperti kalung, anting dan gelang, semuanya dirancang untuk mempercantik tampilan pengantin di hari istimewanya. Pakaian pengantin Betawi tidak hanya cantik secara estetika, namun juga memiliki filosofi mendalam di baliknya. Pakaian ini melambangkan persatuan, keharmonisan, dan keberagaman budaya yang telah menyatu dalam kehidupan masyarakat Betawi selama berabad-abad. Pakaian-pakaian tersebut merupakan wujud keindahan, kekayaan dan keagungan budaya Betawi yang masih dijunjung dan dilestarikan hingga saat ini. 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D