dianrakyat.co.id, Direktur Pengawasan Kesehatan dan Karantina Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) Jakarta, Achmad Farchanny Tri Adryanto, mengimbau masyarakat tidak mengonsumsi unggas dan mamalia yang sakit untuk mengantisipasi penularan flu burung ke manusia.
“Jangan konsumsi unggas dan mamalia yang sakit,” kata Farchanny.
Selain itu, selalu terapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Salah satunya bagi masyarakat yang sering bersentuhan dengan unggas, disarankan untuk selalu mencuci tangan dengan sabun setelah bersentuhan dengan unggas.
Kemudian gunakan alat pelindung diri (APD) jika bersentuhan dengan burung atau mamalia yang sakit atau mati mendadak, kata Farchanny dalam keterangan resmi yang diperoleh dianrakyat.co.id.
Jika terjadi kematian mendadak pada sejumlah besar burung atau mamalia, segera laporkan ke departemen hewan setempat. Maka Anda bisa mengetahui penyebabnya. Bagaimana cara penularan flu burung?
Penularan flu burung ke manusia dapat terjadi melalui kontak langsung dengan unggas yang sakit atau hewan lain atau produk unggas yang sakit tertular H5N1.
Penularan penyakit flu burung dapat terjadi di lingkungan, pasar, ayam, pekarangan, ladang atau peralatan yang terkontaminasi virus, baik melalui kotoran burung yang tertular penyakit flu burung (H5N1).
Penularan juga dapat terjadi melalui makanan, produk unggas olahan, konsumsi produk unggas mentah atau kurang matang di daerah yang hewan atau manusianya diduga atau dipastikan tertular H5N1.
Gejala klinis penyakit flu burung (H5N1) pada manusia mirip dengan gejala flu biasa. Seperti demam di atas 38 derajat Celcius, batuk dan sakit tenggorokan.
Kemudian dapat ditemukan gejala lain yaitu masuk angin, sakit kepala, nyeri otot, infeksi pada selaput mata, diare atau penyakit saluran cerna. Gejala sesak napas menandakan adanya gangguan pada saluran napas bagian bawah yang dapat memburuk dengan cepat.
Jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut, segeralah memeriksakan diri ke puskesmas atau layanan kesehatan lainnya.
“Segera ke fasilitas pelayanan kesehatan jika memiliki gejala dugaan penyakit flu burung dan memiliki riwayat kontak dengan faktor risikonya,” kata Farchanny.
Kasus flu burung pertama di Indonesia dilaporkan pada tahun 2005.
Sejak saat itu hingga tahun 2017 tercatat 200 kasus dan 168 kematian sehingga angka kematian (Case Fatality Rate/CFR) sebesar 84%. Kasus tersebut tersebar di 15 provinsi dan 59 kabupaten/kota.
Indonesia melaporkan kasus flu burung terakhir pada tahun 2017 (satu kasus, satu kematian) di Kabupaten Klungkung, Bali. Hingga kasus terakhir, penularan selalu terjadi dari unggas ke manusia, kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular. (P2PM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi.
Secara global, WHO menyebutkan kasus flu burung H5N1 pada manusia telah dilaporkan di 23 negara. Berikut data tahun 2003-2024: 2003-2009: 468 kasus, 282 kematian 2010-2014: 233 kasus, 125 kematian 2015-2019: 160 kasus, 48 kematian 2020 2020 kasus: 2020 kasus: 2 kasus: 2020 kasus 1: 2 kematian: 6 kasus, 1 kematian 2023: 12 kasus, 4 kematian 2024: 7 kasus, 2 kematian
Berdasarkan laporan terbaru WHO, terdapat kasus lain flu burung pada manusia yaitu: 19 April 2024: Flu burung H9N2 di Vietnam 18 Mei 2024: Flu burung H5N1 di Australia 22 Mei 2024 : Flu burung H9N2 di India Mei 23 Agustus 2024: Flu burung H5N2 di Meksiko