0 0
Read Time:2 Minute, 27 Second

dianrakyat.co.id Edukasi – Profesor Satyangara merupakan salah satu tokoh ternama di dunia kedokteran Indonesia. Beliau adalah salah satu ahli bedah saraf terbaik di Indonesia. Selain menjadi profesor di Jepang, direktur senior RS Zhu Chi menjadi dokter Presiden Indonesia. 

Menariknya, perjalanan akademis dan karirnya dimulai di Jepang, dimana Prof. Satyangara pertama kali mempelajari bahasa tersebut selama satu tahun empat bulan. Tampaknya dia memilih untuk tinggal di rumah keluarganya di Jepang untuk meningkatkan latihan berbicara dan memperluas kosakatanya.

Hingga semuanya siap, pada tanggal 3 Maret 1960, ia mengikuti ujian Kyushu University College of Medicine dan dinyatakan berhasil pada tanggal 15 Maret.  Kemudian mencoba mengikuti ujian masuk di universitas lain, Tokyo Medical and Dental University, pada tanggal 23 Maret.

Namanya kembali tercantum dalam daftar siswa yang diharapkan lulus ujian masuk. Kemudian dia memutuskan untuk belajar di Universitas Kyushu. Setelah mendapat jabatan dosen tersebut, Prof. Satyanagara dinyatakan lulus dan diwisuda pada tanggal 26 Maret 1966. 

Ia kemudian mengejar gelar master di bidang bedah saraf di Universitas Tokyo dan kemudian gelar doktor dari universitas yang sama. Ia juga memegang jabatan profesor di Jepang. Kemudian pada tanggal 18 September 1972, ia kembali ke Indonesia untuk menjadi dokter presiden Indonesia setelah 14 tahun berperang di Jepang. 

Sekembalinya ke Indonesia, Oh Kimson menggunakan nama Satyanagara. Prof Satyangara sangat aktif di bidang kesehatan, beliau ingin dapat bermanfaat dan meningkatkan kesehatan, produktivitas masyarakat Indonesia, termasuk pemanfaatan bioteknologi modern.

Hal inilah yang menjadi dasar ketika pendiri Saddar University SD Darmono memintanya untuk bergabung dalam Dewan Direksi Fakultas Kedokteran, Rektor Universitas. 

“Pusat Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Sadar yang sedang kita bangun ini bisa menjadi pusat penelitian yang bisa kita banggakan bersama, untuk menunjang Jababika Medical District dan Rumah Sakit Kawasan Industri Jababika,” ujarnya dikatakan.

Awalnya, ia mengaku heran mengapa Ketua sekaligus pendiri Jababika, Darmono, ingin bertemu dengannya. 

“Tentunya pertemuan dan pembahasan rencana pembangunan rumah sakit penelitian di Jababika. Itu membuat saya semakin bersemangat,” lanjut Prof Satyangra.

Menurutnya, sektor industri kesehatan masyarakat yang dikembangkan Grup Perusahaan Jababika dengan infrastruktur berstandar WHO akan menampung wisatawan asing yang datang ke Indonesia untuk berobat.

“Pusat penelitian ini akan menjadi pusat pengobatan dan pelayanan kesehatan terpadu di Indonesia,” jelasnya.

Saat ini terdapat sekitar 20 rumah sakit (4.000 tempat tidur) yang melayani lebih dari 2.000 perusahaan multinasional dari 34 negara dan sekitar 1 juta karyawan.

Industri farmasi juga telah didirikan di lokasi ini, antara lain Dexa Medica Group, Feron Par Pharmaceuticals, Genero Pharmaceuticals, Ethica Pharmaceutical Industry (Industri Farmasi Ethica), Combifer Donga, Inogra Farmando Listari, Intan Jaya Medica Soluci.

Keunggulan FKPU sebagai pusat penelitian kesehatan kelas dunia adalah mahasiswa kedokterannya fasih berbahasa Inggris. Keunggulan lainnya adalah mendukung 25 rumah sakit di Sikaring sebagai tempat praktek. Dan FKPU telah bermitra dengan universitas di Amerika untuk program Magister di Amerika. 35 tahun sejak berdirinya, Jababika terus berkembang Pusat Kesehatan dan Pendidikan didirikan pada tahun 1989, Jababika kini berusia 35 tahun di Kecamatan Sikaring. Selama ini pengembang PT Jababeka Tbk terus menambah fasilitas kesehatan dan pendidikan. dianrakyat.co.id.co.id 13 Juni 2024

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D