0 0
Read Time:1 Minute, 5 Second

LONDON – Pernyataan AI bahwa manusia akan “menjadi abadi di abad ini” menarik untuk disimak, namun penting untuk diingat bahwa ini hanyalah prediksi dan bukan kepastian.

BACA JUGA – Kecerdasan buatan Google bisa dimanfaatkan

Kecerdasan buatan seperti Bard dilatih pada data dalam jumlah besar dan mampu memproses informasi serta menghasilkan prediksi berdasarkan pola yang diamatinya.

Namun, penting untuk diingat bahwa AI tidaklah sempurna dan prediksinya bisa saja salah. Faktor-faktor yang tidak terduga, seperti penemuan ilmiah baru atau peristiwa global yang tidak terduga, dapat mempengaruhi hasil sebenarnya.

Seperti dilansir Daily Start, konsep keabadian harus didefinisikan dengan jelas. Apa artinya “menjadi abadi”? Apakah ini berarti hidup selamanya tanpa menjadi tua atau mati?

Atau akankah manusia mampu menyembuhkan penyakit dan terus-menerus memperbaiki kerusakan tubuh?

Definisi keabadian yang berbeda dapat mempunyai implikasi berbeda terhadap cara mencapainya.

Keabadian dapat menimbulkan banyak pertanyaan etika dan sosial yang kompleks. Misalnya, bagaimana sumber daya bumi akan terdistribusi jika populasi manusia terus bertambah tanpa batas?

Juga, bagaimana keabadian mempengaruhi konsep kematian, makna hidup dan hubungan manusia?

Terlepas dari tantangan yang ada, ada banyak kemajuan ilmiah yang menjanjikan dalam memperpanjang dan meremajakan umur panjang.

Misalnya, penelitian di bidang terapi sel, rekayasa genetika, dan nanoteknologi menunjukkan potensi memperlambat penuaan dan bahkan membalikkan kerusakan terkait usia.

Prediksi AI mengenai keabadian manusia di abad ini menarik dan membuka kemungkinan-kemungkinan futuristik.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D