dianrakyat.co.id, JAKARTA – PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) telah mendapat restu dari pemegang saham terkait rencana pembelian atau buyback saham perseroan.
Sebelumnya, Adaro Energy Indonesia berencana membeli kembali saham perseroan dengan jumlah maksimal 4 triliun rupiah.
Pemegang saham menyetujui rencana pembelian kembali saham perseroan sesuai POJK No. 29 tentang pembelian kembali saham yang diterbitkan oleh emiten dengan jumlah sebanyak-banyaknya Rp 4 triliun yang akan dilakukan dalam waktu 12 bulan terhitung sejak tanggal 16 Mei 2024 saat ini. mengutip hasil RUPST PT Adaro Energy Indonesia Tbk pada Rabu (15 Mei 2024).
Pertimbangan perseroan untuk melakukan pembelian kembali saham adalah untuk memberikan kesempatan dan keleluasaan bagi perseroan untuk melakukan pembelian kembali saham sewaktu-waktu berdasarkan kondisi pasar.
Program pembelian kembali saham tersebut diharapkan dapat meningkatkan likuiditas perdagangan saham perseroan sehingga harga saham perseroan diharapkan dapat mencerminkan nilai dasar perseroan.
Sebelumnya, perseroan melakukan pembelian kembali saham pada tahun 2021 sesuai POJK 2/POJK.04/2013 di tengah kondisi pasar yang sangat fluktuatif.
Periode pembelian kembali saham ini terbagi dalam empat periode perpanjangan, dengan perpanjangan terakhir pada 16 September 2022 hingga 16 Desember 2022.
Pada periode tersebut, perseroan melakukan pembelian kembali 1 miliar saham atau mewakili 3,13% dari total modal ditempatkan dan disetor perseroan. Pada tahun 2023, perseroan akan kembali melakukan pelunasan pada periode 15 Februari 2023 sampai dengan 15 Mei 2023 sesuai POJK 2/2013, di tengah fluktuasi pasar yang signifikan.
Namun berdasarkan keterbukaan informasi pada 11 Mei 2023, perseroan telah menghentikan pembelian kembali saham.
Pada 11 Mei 2023, perseroan mendapat persetujuan pemegang saham untuk membeli kembali saham perseroan sesuai POJK 30/2017. Hingga 31 Maret 2024, perseroan telah melakukan pembelian kembali sebanyak 159.048.200 saham atau mewakili 0,50% dari total modal ditempatkan dan disetor perseroan.
Dengan demikian, per 31 Maret 2024, jumlah saham yang dibeli kembali perseroan adalah sebanyak 1.227.296.100 lembar saham atau mewakili 3,84% dari total modal ditempatkan dan disetor perseroan.
Waktu pembelian kembali saham yang dilaksanakan berdasarkan POJK 29/2023 tidak akan tumpang tindih dengan waktu pembelian kembali saham yang saat ini dilakukan perseroan berdasarkan POJK 30/2017.
Untuk itu, Perseroan akan mengungkapkan informasi mengenai penghentian pelaksanaan pembelian kembali saham sesuai POJK 30/2017 sebelum Rapat Umum Tahunan Perseroan diselenggarakan.
Sebelumnya, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mengumumkan hasil keuangan tahun buku yang berakhir 31 Desember 2023.
Pada Jumat (3 Januari 2024), PT Adaro Energy Indonesia Tbk merilis laporan keuangan perseroan di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan pendapatan operasional sebesar US$6,52 miliar sekitar 102,38 triliun rupiah (kurs: 15.708,00 ( IDR) menjadi 1 USD) pada tahun 2023.
Ini mewakili penurunan 19,56% dibandingkan pendapatan tahun 2022 sebesar $8,1 miliar. Meskipun terjadi penurunan pendapatan, beban pokok pendapatan naik 15% menjadi $3,98 miliar pada tahun 2023 dari $3,45 miliar pada tahun 2022.
Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan iuran yang dibayarkan kepada pemerintah dibandingkan tahun sebelumnya. Ketika produksi meningkat, biaya penambangan dan biaya pemrosesan juga meningkat. Meskipun konsumsi bahan bakar meningkat sebesar 14%, biaya bahan bakar pada tahun 2023 akan tetap sama seperti tahun 2022 karena harga minyak yang lebih rendah. Biaya tunai per ton batubara pada tahun 2023 (tidak termasuk bea) akan meningkat sebesar 9% dibandingkan tahun 2022.
Alhasil, laba kotor perseroan pada tahun 2023 sebesar US$2,54 miliar, turun 45,47% dibandingkan tahun 2022 sebesar US$4,65 miliar. Perusahaan juga mengeluarkan beban lain-lain sebesar US$37,85 juta. Hal ini menghasilkan laba operasional sebesar $2,16 miliar, turun dari $4,31 miliar pada tahun 2022.
Untuk setahun penuh tahun 2023, biaya keuangan Adaro Energy Indonesia sebesar US$109,4 juta, pendapatan keuangan sebesar US$140,42 juta, dan bagi hasil yang tidak diperbolehkan dari usaha patungan tersebut sebesar US$107,77 juta. Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, laba tahunan perseroan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk berjumlah US$1,64 miliar atau sekitar Rp25,78 triliun.
Dibandingkan laba tahun 2022 sebesar US$2,49 miliar, laba tersebut turun 34,16%. Total aset turun 3% menjadi $10,47 miliar pada akhir tahun 2023 dari $10,78 miliar pada akhir tahun 2022.
Total liabilitas pada akhir tahun 2023 sebesar US$3,06 miliar, turun 28% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ekuitas mencapai $7,4 miliar pada akhir tahun 2023, meningkat 14% karena laba ditahan yang lebih tinggi.
Pada perdagangan Jumat pagi pukul 09.57 WIB, saham ADRO menguat 0,83% ke Rp 2.440 per saham. Saham ADRO dibuka menguat 30 poin pada Rp 2.450 per saham. Harga saham ADRO berkisar dari harga tertinggi Rp 2.460 per saham hingga harga terendah Rp 2.430 per saham. Jumlah perdagangan sebanyak 3,599 dan volume 157,105 lembar saham. Nilai transaksi hariannya Rp 38,4 miliar.