0 0
Read Time:1 Minute, 13 Second

JAKARTA – Fenomena alam berupa kecerahan ionosfer bumi yang dikenal sebagai aurora terbesar memecahkan rekor dalam 500 tahun terakhir.

Pencapaian tersebut berdasarkan penelitian NASA yang dilansir wartawan Yunani, Senin (27/5/2024). Akibat penyebaran badai geomagnetik, warna yang dihasilkan dapat terlihat hingga ke garis khatulistiwa. Ada pula kabar bahwa topan ini merupakan yang terkuat dalam 20 tahun lebih.

Diketahui, badai geomagnetik yang terjadi antara 10 hingga 12 Mei 2024 terjadi setelah lima badai matahari berturut-turut. Badai matahari yang dikenal dengan coronal mass ejection (CME) ini dipicu oleh jilatan api matahari besar yang disebut AR3664.

Suar matahari ini 15 kali lebih besar dari Bumi, menjadikannya yang terbesar dalam beberapa dekade. Menurut Live Science, beberapa jilatan api matahari ini diklasifikasikan sebagai “Kelas X”, yang berarti jenis jilatan api matahari paling kuat.

Badai geomagnetik berikutnya diklasifikasikan sebagai G4, atau badai geomagnetik tingkat tertinggi kedua. Namun sempat mencapai puncak G5, atau setara dengan Peristiwa Carrington tahun 1859.

Saat itu, terjadi badai matahari terkuat yang menghasilkan aurora hingga ke Kuba dan Hawaii. Peristiwa ini menandai pertama kalinya Bumi mengalami kondisi ekstrem sejak badai super Halloween tahun 2003.

Namun, selain mengganggu satelit dan komunikasi untuk sementara, badai dahsyat ini tidak menimbulkan masalah besar bagi Bumi. Namun, hal ini memberikan pengamat aurora warna-warni menakjubkan yang memenuhi sebagian besar langit.

Ketika magnetosfer melemah, radiasi matahari membanjiri bagian atas atmosfer, membentuk molekul gas dan menghasilkan aurora. NASA menggambarkannya sebagai salah satu penampakan aurora paling intens yang tercatat dalam 500 tahun terakhir.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D